BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Besarnya masalah overweight dan obesitas telah diakui sebagai masalah kesehatan global oleh Badan Kesehatan Dunia yaitu World Health Organization (WHO). Dalam beberapa dekade terakhir kecenderungan (trend) peningkatan prevalensi obesitas meningkat tajam, jumlah individu yang diklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Kondisi ini dikaitkan dengan masalah kesehatan, psikologis dan fisiologis (Bean et al., 2008). Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang maupun negara maju. Indonesia termasuk kedalam negara yang sedang berkembang, salah satu masalah gizi yang terjadi adalah obesitas. Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebih ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan dan kurangnya aktivitas fisik (Misnadierly, 2007).
Menurut laporan (World
Health Organization, 2011), sebanyak 1,6 miliyar orang dewasa didunia memiliki berat badan lebih (overweight) dan 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Dikawasan Asia-Fasifik, sebanyak 20,5% penduduk Korea Selatan tergolong mengalami berat badan lebih dan 1,5% tergolong obes. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami berat badan lebih (overweight) dan 4% mengalami obesitas (Hadi, 2005). Di Indonesia sendiri, sebanyak 12,8% 20% penduduk menderita berat badan lebih dan 5 – 15% menderita obesitas (Anonim, 2004). Obesitas tiga kali lebih banyak ditemukan pada wanita dan cenderung meningkat pada usia 20 tahun dan lebih tinggi pada usia 40 tahun (Aekplakorn et al., 2007). Dilihat dari jenis kelamin, wanita lebih mudah terkena obesitas, hal ini dapat disebabkan
metabolisme pada wanita lebih
rendah (Ardiani & Wirjadmadi, 2012). Selain itu rata –rata wanita memiliki lemak tubuh lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30%. Pada wanita dan 1823% pada pria (Anonim, 2004). Kejadian obesitas cenderung meningkat pada usia dewasa, hasil (Riset Kesehatan Dasar, 2010) menunjukkan masalah gizi pada penduduk dewasa diatas 18 tahun adalah 12.6% tergolong kategori kurus dan 21.7% gabungan kategori berat badan berlebih (overweight) dan obesitas. Dengan demikian dapat terlihat bahwa permasalahan gizi pada orang dewasa yang lebih dominan adalah kelebihan berat badan. Pada usia dewasa pola pertumbuhan berhenti dan beralih ketingkat homeostatis (tidak berubah/stabil). Dalam keadaan ini secara fisik tubuh orang dewasa telah berkembang dan mencapai tingkat yang stabil. Keseimbangan dinamis antara bagian tubuh dan fungsinya terjadi terus menerus sepanjang hidup, untuk itu perlu keseimbangan antara pemasukan energi juga pengeluaran yang dapat menjadi penyebab terjadinya kegemukan (Soetarjo, 2011). Berat badan lebih dan obesitas adalah faktor resiko utama penyakit kronis (WHO, 2006). Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas berhubungan secara signifikan dengan diabetes, tekanan darah tinggi, asma dan status kesehatan yang buruk (Mokdad et al., 2003). Studi Framingham menunjukkan adanya penurunan umur harapan hidup yang berhubungan dengan kelebihan berat badan dan obesitas (Peeters et al., 2003). Demikian juga studi kohor pada orang dewasa muda menunjukkan bahwa mereka yang berat badannya meningkat lebih dari 2,5 kg dalam 15 tahun mengalami peningkatan dalam faktor risiko penyakit jantung koroner dan tingginya angka kejadian sindrom metabolik dan komponennya, seperti lemak dan tekanan darah ( Truesdale et al., 2006). Penyebab terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas berkaitan dengan berbagai faktor, baik faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi: genetik, etnik/ budaya, jenis kelamin dan umur, serta faktor yang dapat diubah adalah konsumsi makanan, gaya hidup, stres dan aktivitas fisik
(Harahap et al, 2009). Faktor kebudayaan seseorang memegang peran yang sangat berarti, adanya pemikiran bahwa gemuk sebagai perlambang kemakmuran, hal tersebut akan dapat mencerminkan bagaimana gaya hidup dan pola makan seseorang, hal ini terlihat dari adanya beberapa jenis makanan yang mempunyai nilai lebih didalam masyarakat yang jika mengkonsumsi makanan tersebut akan meningkatkan prestise dalam bermasyarakat. Adakalanya makanan tersebut mengandung sedikit nilai gizi atau bahkan mengandung nilai gizi yang cenderung berlebih (Zainun, 2002). Pola makan yang berlebihan terutama mengandung lemak dan karbohidrat akan mengakibatkan obesitas. Menurut (Atkinson, 2005), konsumsi makanan tinggi lemak mengandung dua kali lebih banyak kalori dibandingkan dengan protein dan akan memberikan sumbangan energi yang lebih besar. Makanan berlemak memiliki energy density yang tinggi, namun tidak mengenyangkan. Selain itu makanan berlemak memiliki rasa gurih (umami flavor) sehingga dapat meningkatkan selera makan dan akan terjadi konsumsi berlebihan (Hidayati et al., 2009). Kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi makanan berlemak 7 kali/minggu atau lebih memiliki risiko obesitas sebesar 1,213 kali dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi makanan berlemak kurang dari 7 kali/minggu (Sudiko et al., 2005). Faktor lain yang berkaitan dengan kejadian obesitas adalah stres. Stres pada umumnya lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria, secara fisiologis otak wanita lebih kecil dari pada otak pria, namun demikian otak wanita bekerja 7-8 kali lebih keras dibandingkan pria (Vasdev, 2010). Stres pada wanita memicu perubahan biokimia pada tubuh sehingga memacing nafsu makan berlebih hingga menyebabkan obesitas. Wanita yang mengalami stres cenderung memilih makanan berkarbohidrat yang mengandung lemak tinggi (Taub-Dix et al., 2011). Penelitian di Yale University menemukan bahwa wanita dengan lemak perut merasa lebih banyak terancam oleh stres karena tugas dan memiliki kehidupan yang lebih stres (Spudich, 2007).
Aktivitas fisik juga merupakan salah satu penentu penting dalam peningkatan berat badan, karena kondisi yang inaktif dapat menimbulkan kejadian gizi lebih. Data FINRISK Studies menyimpulkan bahwa obesitas lebih berpotensi pada orang dengan aktivitas fisik ringan, misalnya pada mereka yang menghabiskan waktu luangnya hanya dengan membaca atau menonton televisi dan juga orang yang memilih menggunakan kendaraan bermotor dalam beraktivitas dari pada berjalan kaki atau bersepeda (LahtiKoshi et al., 2002). Wanita dengan aktivitas fisik kurang mempunyai risiko obesitas sebesar 1,27 kali (Kaplan et al., 2003). Selanjutnya penelitian beberapa penelitian terkait dengan hubungan antara aktivitas fisik dan kejadian obesitas pada perempuan dengan aktivitas fisik kurang mempunyai risiko obesitas sebesar 1,28 kali (Kruger et al., 2009). Kota Pekanbaru merupakan Ibu Kota Provinsi Riau, yang terdiri dari sebagian besar suku Melayu dan mempunyai budaya makan yang sama dengan budaya makanan Sumatera Barat yang suka mengkonsumsi sumber kolesterol dan berlemak didalam menu makanan sehari-hari yang dapat memicu terjadinya obesitas dan tingginya prevalensi penyakit degeneratif yang merupakan akibat dari obesitas. Prevalensi obesitas Propinsi Riau berdasarkan IMT sebesar 10,3%, berdasarkan jenis kelamin terdapat 6,4% pada laki-laki dan 14,5% pada perempuan. Berdasarkan hasil survey konsumsi lemak dan kontribusi energi dari lemak di daerah Riau lebih dari 25% dari total konsumsi energi yang di anjurkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yaitu 25,2%, serta konsumsi lemak lebih tinggi di perkotaan dan termasuk kedalam 10 besar dari seluruh Propinsi di Indonesia yaitu sebesar 27,6% (Riskesdas, 2010). Riau merupakan Propinsi ke-3 yang memiliki prevalensi tertinggi dengan kasus diabetes setelah Kalimantan Barat dan Maluku, dengan prevalensi 11,1% untuk Kalimantan barat dan Maluku dan Riau sebesar 10,4%, dimana penelitian menunjukkan bahwa 80% penderita DM, terutama DM tipe 2 juga menderita obesitas (Riskesdas, 2007). Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pola konsumsi makanan tinggi lemak,
tingkat stres dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada wanita dewasa di Kota Pekanbaru. Pada penelitian ini peneliti memilih kejadian obesitas pada wanita dewasa usia 20-40 tahun. Penelitian ini adalah penelitian kombinasi yaitu penelitian yang menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penggunaan metode kombinasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dari setiap variabel penelitian dan dapat lebih memperjelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara pola konsumsi makanan tinggi lemak, tingkat stres dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada wanita dewasa di Kota Pekanbaru?” C. Tujuan Penelian 1. Tujuan Umum Ingin mengetahui hubungan antara pola konsumsi makanan tinggi lemak, tingkat stres dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada wanita dewasa di Kota Pekanbaru. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui hubungan antara pola konsumsi makanan tinggi lemak dengan kejadian obesitas pada wanita dewasa di Kota Pekanbaru b. Mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian obesitas pada wanita dewasa di Kota Pekanbaru. c. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada wanita dewasa di Kota Pekanbaru. d. Mengetahui faktor predominan atau faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian obesitas pada wanita dewasa di Kota Pekanbaru. e. Mengeksplorasi lebih mendalam mengenai kejadian obesitas dan hubungannya dengan pola konsumsi makanan tinggi lemak, tingkat stres dan aktivitas fisik pada wanita dewasa di Kota Pekanbaru.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi ilmiah dalam bidang gizi kesehatan masyarakat mengenai pola konsumsi makanan tinggi lemak, tingkat stres dan aktivitas fisik pada wanita dewasa serta menjadi referensi bagi pengembangan penelitian serupa berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam menetapkan prioritas masalah terutama bidang gizi dan sebagai dasar dalam merumuskan suatu kebijakan penyebab obesitas pada wanita dewasa sehingga dapat dirumuskan upaya-upaya penanggulangan dan pencegahan
terhadap kejadian obesitas pada wanita dewasa di Kota
Pekanbaru. b. Bagi Masyarakat Salah satu sumber informasi ilmiah tentang kejadian obesitas sehingga masyarakat dapat mengetahui lebih dalam tentang penyebab obesitas, akibat dari obesitas dan mempunyai keinginan untuk ikut serta dalam upaya pencegahan obesitas pada wanita dewasa di Kota Pekanbaru. c. Bagi Penulis Memberi
kesempatan
pada
penulis
untuk
meningkatkan
keterampilan dalam menganalisis masalah yang terjadi di masyarakat khususnya masalah yang terkait dengan kejadian obesitas pada wanita dewasa dewasa di Kota Pekanbaru. E. Keaslian Penelitian Berikut ini disajikan beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini: 1. Martalina et al., (2012) melakukan penelitian dengan judul “High Fat Intake and Sport Activity as Risk Factor of Obesity Hypertension Early Adolescence”. Penelitian dengan rancangan case control, subyek penelitian terdiri dari 40 remaja awal dengan hipertensi obesitas sebagai
kasus dan 40 remaja awal yang tidak hipertensi sebagai kontrol dengan padanan usia dan jenis kelamin di 3 SMP di Semarang. Hasil penelitian menunjukkan asupan tinggi lemak berisiko 4,3 kali meningkatkan kejadian hipertensi obesitas pada remaja awal. Inaktivitas olahraga berisiko 3,31 kali meningkatkan kejadian hipertensi obesitas pada remaja awal. Perbedaan dengan penelitian ini adalah rancangan penelitian, subjek penelitian, variabel tingkat stres dan cara pengambilan sampel serta tempat penelitian. 2. Barrington et al., (2012) melakukan penelitian dengan judul “Perceived Stress, Behavior, and Body Mass Index Among Adults Participating in a Worksite Obesity Prevention Program, Seattle, 2005-2007”. Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan pada pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres berkaitan dengan rendahnya tingkat kesadaran akan makanan, aktivitas fisik dan berjalan, tingkat stres yang dirasakan dikaitkan dengan porsi lebih, sedikit buah dan sayuran dan mengkonsumsi lebih besar makanan cepat saji. Perbedaan penelitian ini adalah variabel pola konsumsi, subyek penelitian, tempat penelitian. 3. Daubenmier
et
al.,(2011)
melakukan
penelitian
dengan
judul
“Mindfulness Intervention for Stress Eating to Reduce Cortisol and Abdominal Fat among Overweight and Obese Women: An Exploratory Randomized Controlled Study”, dengan desain experimental yang dilakukan pada wanita dewasa yang stres dan ingin mengontrol efek stres pada perilaku makan mereka, sampel adalah wanita umur 25-40 tahun. hasil penelitian menunjukkan perbaikan kesadaran terhadap makanan, perbaikan stres kronis dan perbaikan cortisol awakening respose (CAR) berhubungan dengan penurunan lemak abdominal. Perbedaan dengan penelitian ini adalah cara pengambilan sampel, kriteria sampel, tempat penelitian, desain penelitian, variabel pola konsumsi dan aktivitas fisik. 4. Yuliani et al., (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Obesitas di Kelurahan Pai Kecamatan
Biringkanaya Makasar”, dengan desain penelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pola makan, aktivitas fisik dan stres dengan kejadian obesitas di Kelurahan Pai Kecamatan Biringkanaya Makasar. Pola makan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kejadian obesitas dibandingkan aktivitas fisik. 5. Sugianti et al., (2009) melakukan penelitian dengan judul “Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Orang Dewasa di DKI Jakarta : Analisis Lanjut Data Riskesdas 2007”, dengan desain penelitian cross sectional . sampel penelitian adalah orang dewasa berumur 15 tahun atau lebih yang tinggal di DKI Jakarta dengan total sampel 11.805 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko obesitas sentral di DKI Jakarta adalah perempuan berumur ≥ 35 tahun, berstatus kawin, cerai, pernah merokok, mengkonsumsi makanan berlemak, dan kondisi mental emosional terganggu. Perbedaan dengan penelitian ini adalah sampel penelitian, variabel tingkat stres, aktivitas fisik dan tempat penelitian.