BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti-hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak boleh lebih buruk atau justru harus lebih baik daripada tingkat generasi saat ini. Dari definisi tersebut mencerminkan bahwa pembangunan yang dilakukan saat ini harus memiliki jaminan bahwa pemanfaatan sumberdaya alam harus dikelola dengan baik, proyek-proyek pembangunan yang dilakukan juga sedapat mungkin harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Kerusakan lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap pembangunan berkelanjutan karena kerusakan lingkungan yang terjadi akan mempengaruhi tingkat hidup generasi yang akan datang. Kerusakan lingkungan tersebut sebenarnya juga merupakan beban yang tidak ringan bagi pembangunan, perbaikan lingkungan yang rusak akan merupakan beban yang berat dan membutuhkan biaya (Suparmoko, 2000:13-14). Pembangunan berkelanjutan salah satunya yaitu industri. Industri sebagai salah satu sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi dapat menimbulkan dampak yang bersifat negatif maupun positif bagi daerah disekitarnya. Pengaruh positif industri akan mempunyai multiplier effect bagi daerah tersebut, yaitu munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja dan berdampak pada perkembangan daerah tersebut. Dampak negatif yang ditimbulkan diukur dari sudut pandang kesejahteraan dan pengaruhnya terhadap lingkungan karena biasanya pembangunan industri mengabaikan evaluasi terhadap biaya manfaat yang diperoleh. Dampak negatif tersebut biasanya terjadi pada lingkungan yaitu berupa pencemaran udara, air dan tanah serta berdampak pada masalah perekonomian dan sosial. Pembangunan sektor industri secara nasional diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek pada perubahan ekonomi. Fokus perhatian pembangunan sektor ekonomi perlu diberikan pada subsektor indutri kecil yang memiliki potensi. Keberadaan industri kecil yang sebagian besar didaerah pedesaan tentunya menjadikan industri tersebut memberikan sumbangan bagi daerahnya. Tingkat perkembangan sektor industri di indonesia masih relatif rendah. Namun perlu disadari bahwa dengan berkembanganya industri kecil bukan hanya penting bagi pemerataan hasil-hasil pembangunan, tetapi juga sebagai
suatu unsur pokok dari seluruh struktur industri di Indonesia yang dengan investasi kecil dapat berproduksi secara efektif serta dapat pula menyerap tenaga kerja. Peranan yang cukup penting dan strategi industri dalam perekonomian sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat dasar dari industri kecil itu sendiri, yaitu pertama industri kecil sangat mengandalkan pada pengunaan tenaga kerja yang berasal dari sekitar (tenaga kerja lokal). Kedua industri kecil sangat intensif dalam penggunaan sumber-sumber alam lokal. Ketiga industri kecil banyak ditemukan didaerah peDesaan. Keempat, industri kecil sangat erat hubungannya dengan sektor pertanian. Kelima, sebagian besar industri kecil membuat barang-barang konsumsi dan industri untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dengan tingkat harga yang terjangkau (Tambunan,1999: 44-46). Ada banyak macam dan jenis industri. Industri kecil merupakan salah satu jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerjanya. Industri kecil merupakan industri yang menggunakan tenaga kerja 5-9 orang. Ciri industri ini memiliki modal yang terbatas, dan sebagian dari tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sehingga sebagian tenaga kerja tidak digaji. Contoh dari industri kecil yaitu industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan. Industri tempe yang merupakan salah satu contoh industri kecil kini sudah berkembang untung mengembangkan perindustrian. Produksi tempe yang biasanya digunakan untuk lauk ketika makan, kini hasil olahan tempe sudah di inovasi menjadi bahan makanan camilan. Untuk mengembangkan industrinya, kini sudah banyak produsen tempe yang menginovasi produksinya menjadi kripik tempe untuk mengembangkan industri mereka. Industri kripik tempe merupakan industri kecil yang mampu menyerap sejumlah tenaga kerja baik yang terkait dengan perdagangan bahan yang merupakan produk hasil olahannya. Industri kripik tempe memiliki peran yang sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja, kesempatan usaha dan peningkatan pendapatan. Selain diposisikan sebagai pelengkap makanan utama, tempe juga dikenal sebagai jajanan tradisional yang lezat dan sehat. Dengan pengembangan industri kripik tempe makan juga akan memberi efek tidak langsung pada masyarakat yang bergantung pada pertanian. Jika permintaan produksi kripik tempe tersebut akan meningkat maka produksi kedelai juga akan meningkat pula. Industri kripik didaerah Ngawi ini memiliki kesempatan menjadi industri yang akan terus berkembang mengingat Kabupaten Ngawi sendiri sebagian besar wilayahnya digunakan sebagai lahan pertanian.
Biasanya tempe diolah untuk dijadikan lauk pada makanan. Tapi ada juga beberapa orang yang menjadikannya sebagai keripik. Camilan ini banyak dijumpai di beberapa Kota yang ada di Jawa Timur. Seperti Malang, Madiun dan Kota lainnya di Jawa Timur. Kota ngawi memiliki kuliner khas salah satunya adalah kripik tempe, mungkin anda sudah sering makan keripik tempe, namun disetiap tempat suatu makanan termasuk kripik tempe memiliki kekhasan rasa yang masing-masing berbeda. Kota Ngawi merupakan Kota yang sebagian besar dari wilayahnya masih berupa lahan pertanian. Untuk masyarakat yang memiliki lahan yang luas, seharusnya bidang pertanian bisa berkembang dan masyarakat dapat sejahtera dengan mata pencaharian tersebut. Namun dengan keadaan pertanian yang semakin kebelakang tidak dapat di pastikan hasilnya, masyarakat memilih dan berusaha untuk mencari jalan lain untuk mendapatkan penghasilan. Cara yang dapat digunakan masyarakat Desa untuk meningkatkan penghasilan dengan memanfaatkan keadaan alam dan lingkungannya yang ada yaitu perindustrian kecil atau industri rumahan yang memanfaatkan alam untuk dikembangkan. Sejak dulu Kabupaten Ngawi dikenal sebagai daerah penghasil tempe. Beberapa wilayah di Kabupaten Ngawi merupakan sentra penghasil tempe, yang meliputi; Desa Tulakan Kecamatan Sine, Desa Gendingan Kecamatan Widodaren, Desa Pucangan Kecamatan Ngrambe, Desa Purwosari Kecamatan Kwadungan dan Desa Karangtengah Prandon Kecamatan Ngawi. Saat ini di Kota Ngawi belum terdapat pabrik kripik tempe. Perusahaan kripik tempe yang ada di Ngawi masih tergolong dalam usaha mikro. Semua produksi kripik tersebut dilakukan dengan proses manual dan tradisional. Karena produk yang berupa tempe sayur masa kadaluwarsanya tidak lama, maka munculah pemikiran untuk mengolah tempe menjadi kripik tempe yang mempunyai kadaluwarsa lebih lama, dan juga memberikan nilai tambah bila dibandingkan produk berupa tempe. Desa Karangtengah Prandon Ngawi, yang merupakan sentra tempe terbesar para pelaku usahanya tidak hanya membuat tempe sayur, namun sudah mengarah pada diversifikasi produk berupa kripik tempe, dimana nilai ekonomis kripik tempe jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan tempe sayur. Karangtengah Prandon adalah sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Ngawi , Kabupaten Ngawi. Desa ini terletak di sebelah utara jalan Ngawi-Caruban. Mata pencaharian mayoritas penduduknya adalah sebuah pembuat dan pedangang tempe.
Desa Karangtengah Prandon terkenal dengan Desa produksi kripik tempe di Ngawi. Di Desa Karangtengah Prandon, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, ada sekitar 175 unit industri rumah tangga keripik tempe. Dilihat dari sejarahnya pembuatan kripik tempe hinga pemasarannya ini dimulai sejak tahun 1973. Produksi kripik tempe di Desa Karangtengah Prandon ini awal mulanya hanya dilakukan oleh bebrapa orang saja namun industri tersebut menjadi industri turun temurun dan kini semakin bertambah. Pengrajin kripik tempe mulai berkembang karena permintaan kripik yang dirasa semakin meningkat setiap tahunnya. Hampir setiap rumah di kawasan ini memproduksi keripik tempe dan memiliki merek sendiri-sendiri. Mayoritas pengrajin dalam memproduksi kripik tempe ini dalam ketenaga kerjaannya menggunakan keluarga dan warga sekitar. Tujuan dari semua itu yaitu memanfaatkan produktifitas masyarakat sekitarnya. Dengan berkembangnya pengrajin kripik ini dianggap bahwa mereka mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan mampu mengurangi jumlah pengangguran disekitarnya. (http://diskopperind-ngawi.blogspot.co.id/ diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 pukul 22.15 WIB) Dengan memiliki kegiatan yang sama dan sumber ekonomi yang sama makan akan terjadi persaingan yang ketat untuk mendapatkan ekonomi yang baik. Namun kreativitas dari produsen keripik tempe ini harus ditingkatkan, mengingat persaingan industri pangan yang semakin ketat. Rasa yang beraneka ragam memang merupakan salah satu kreativitas para perajin keripik tempe. Namun ketika semua rumah memiliki jenis hasil produksi yang sama maka mereka memiliki persaingan yang ketat untuk memasarkan. Dalam distribusi pemasarannya mayoritas dari pengrajin kripik tempe Desa Karangtengah Prandon menggunakan saluran tidak langsung yaitu melalui perantara atau jalur pengepul dan dititipkan melalui toko-toko kelontong dan pusat oleh-oleh. Namun perkumpulan pengrajin keripik ini mendapat banyak binaan dari berbagai lembaga sehingga dapat meningkatkan perkembangannya. Produksi kripik tempe menggunakan bahan baku yaitu kedelai, pada awalnya untuk bahan baku pengrajin mengandalkan kedelai lokal mengingat Ngawi merupakan Kota pertanian dan tak jarang petani penghasil kedelai disekitarnya. Namun akhir-akhir ini banyak dari pengrajin kripik kesulitan mencari bahan baku selain dikarenakan semakin berkurangnya pertanian terutama penghasil kedelai juga karena harga kedelai yang semakin mahal. Ketersediaan bahan baku merupakan salah satu strategi produksi dalam keberlangsungan usaha. Selain bahan baku yang semakin sulit dicari, modal dan ketenagakerjaan juga merupakan bagian dari strategi produksi.
Pada saat ini modal yang dibutuhkan oleh pengrajin terus meningkat mengingat ketersediaan bahan baku yang semakiin berkurang dan memiliki harga semakin tinggi. Selain bahan baku dan modal yang semakin sulit, mencari tenaga kerja untuk melakukan usaha kripik juga semakin sulit. Hal ini disebabkan karena perkembangan zaman yang ada. Mayoritas masyarakat memilih untuk bekerja ditempat lain dan memilih keluar Kota untuk mencari pekerjaan. Mereka menganggap pergi ke kota akan mendapatkan pekerjaan yang lebih bergengsi daripada tetap bekerja di desa. Sehingga sebagian besar dari warga yang masih tinggal di desa adalah warga yang kurang produktif. Dengan keadaan demikian pengrajin mengalami kesulitan untuk mencari tenaga kerja yang bisa membantu meningkatkan keberlangsungan usahanya. Pengrajin juga harus pandai menggunakan strategi produksi agar keberlangsungan usaha masih tetap bertahan. Dalam keberlangsungan usaha selain diperlukan strategi produksi pengusaha juga harus memperhatikan strategi pemasarannya. Dalam suatu perindustrian pemasaran juga merupakan faktor penting untuk mewujudkan keberhasilan perindustrian itu sendiri. Pemasaran merupakan suatu konsep bisnis strategi yang bisa memberikan kepuasan berkelanjutan. Bisa dikatakan pula proses pemasaran merupakan proses kegiatan usaha untuk menyampaikan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Pada pengrajin kripik tempe di Desa Prandon strategi pemasaran nampak sangat diperlukan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat persaingan pasar. Kelemahan dibidang pemasaran biasanya berupa ketidakserasian antara program produksi dan penjualan. Kelemahan tersebut biasanya disebabkan karena kurangnya penelitian pasar sehingga tidak tahu bagaimana posisi pasarnya, cara menghadapi persaingan, apa guna promosi dan lain-lain. Di suatu wilayah yang sama, memiliki sumber perekonomian yang sama dan kegiatan yang sama dengan hasil produksi yang sama akan memeperketat persaingan hasil pasar yang ada.
Persaingan pasar ini
membuat para pengrajin harus pandai mencari tempat pemasaran yang cocok. Selain strategi menentukan tempat pemasaran, strategi yang harus dilakukan oleh para pengusaha untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya yaitu menentukan harga, promosi dan distribusi. Dengan bahan baku dan ketenagakerjaan yang sulit didapatkan hingga pada akhirnya harus menambah modal usaha, maka pengrajin kripik
juga
harus
menggunakan
strategi
penentuan
harga
dalam
strategi
pemasarannya. Harga harus disesuaikan dengan keinginan konsumen dengan tetap memperhitungkan keuntungan.
Setelah menentukan harga, pengusaha (pengrajin kripik tempe) juga harus memperhatikan proses distribusi produk. Proses ini merupakan suatu alur yang melibatkan lembaga-lembaga tataniaga antara lain agen, pedagang pengepul, pedagang besar, pedagang eceran, serta industri pengolahan dan sebagainya. Keberhasilan dalam memilih strategi pemasaran akan mempengaruhi perilaku konsumen. Adanya kepuasan yang dirasakan oleh konsumen, menimbulkan respon positif berupa terjadinya pembelian ulang, dan menganjurkan konsumen lain agar membeli produk yang sama. Keuntungan berlipat ganda akan diperoleh produsen, melalui penyebaran informasi positif dari konsumen ke konsumen lain. Selain terjadinya pembelian ulang penyebaran informasi positif juga akan memberikan keuntungan dalam hal perluasan pemasaran. Memperoleh keuntungan dan perluasan pasar merupakan tujuan utama dari keberlangsungan perusahaan untuk mempertahankan usahanya. Butuh strategi pemasaran khusus yang digunakan untuk memikat konsumen agar produk mereka memiliki daya tarik dalam persaingan pasar. Dalam keberlangsungan usaha antara strategi produksi dan strategi pemasaran merupakan suatu sistem yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Strategi produksi akan mempengaruhi strategi pemasaran, dan strategi pemasaran akan mempengaruhi strategi produksi. strategi tersebut dimaksudkan agar keberlangsungan usaha masih tetap bertahan, maka strategi harus digunakan bukan hanya untuk saat ini namun juga untuk merencanakan keberlanjutan usaha tersebut. Dengan latar belakang seperti diatas peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul Strategi Keberlangsungan Usaha Kripik Tempe dengan studi deskriptif kualitatif pada pengrajin kripik tempe di Desa Karangtengah Prandon, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan diteliti yaitu bagaimanakah strategi produksi dan strategi pemasaran industri kripik tempe sebagai keberlangsungan usaha dan untuk memeperoleh keuntungan, dan perluasan pasar? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan strategi produksi dan strategi pemasaran industri kripik tempe
sebagai kerlangsungan usaha dan untuk memperoleh keuntungan, dan perluasan pasar. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat. Manfaat yang diharapkan antara lain: 1. Manfaat teoritis a. Memberikan gambaran tentang strategi yang digunakan oleh para pengusaha dalam mempertahankan usaha industri kripik tempe. b. Dari hasil penelitian dapat menambah wawasan yang bermanfaat untuk dikembangkan masyarakat. c. Hasil penelitian bisa memberikan sumbangan bagi perbendaharaan ilmu pengetahuan. Terutama di bidang ilmu sosial khususnya dalam pengembangan
teori
sosilogi
dalam
pengembangan
tentang
sosiologi industri, dapat dijadikan landasan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan masalah ini. 2. Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi dunia usaha khususnya industri kecil mengenai strategi yang digunakan oleh pengusaha untuk keberlangsungan memepertahankan usahanya.