BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai 1. Masyarakat yang bertikai dalam perang etnis lebih membela sentimen primordial dibandingkan dengan rasa nasionalisme yang mereka miliki. Hal inilah yang menjadikannya berbahaya karena pada perang etnis
masyarakat
percaya
bahwa
perang
tersebut
dilakukan
untuk
mempertahankan way of life kelompok mereka sehingga mendorong mereka untuk melakukan hal apapun salah satunya pembantaian massal etnis yang kalah pada perang tersebut. Peraturan yang mengatur perang etnis pun lebih sedikit dibandingkan dengan peraturan yang mengatur perang antar negara. Oleh karena itulah perang etnis dinilai lebih berbahaya sehingga memerlukan bantuan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) yang biasanya mengirimkan tentara yang disebut peacekeeping force atau pasukan perdamaian untuk mencegah eskalasi konfilk lebih lanjut. Siprus, yang merupakan negara bekas kolonial Inggris, memiliki dua etnis utama yaitu etnis Turki dan Yunani. Kedua etnis ini memiliki sejarah yang sangat panjang. Sejak era Byzantium pada abad ke-11, yang dilanjutkan pada era Ottoman hingga pada era Siprus modern sekarang ini, kedua etnis tersebut terus mengalami konflik. Konflik kedua etnis tersebut semakin meningkat pasca Inggris memberikan kemerdekaan kepada Siprus. Puncak konflik pun terjadi saat Siprus
Paul Kimmel, “Culutural and Ethnic Issues of Conflict and Peacekeeping,” in The Psychology of Peacekeeping, ed. H. Longholtz. (Westpoint: Praeger, 1998), 57.
1
1
dilanda perang etnis antara etnis Yunani dengan etnis Turki pada 21 Desember 1963 dengan korban jiwa mencapai lebih dari 500 jiwa bagi kedua belah pihak 2. Melihat hal ini, perwakilan dari Inggris, yang merupakan salah satu negara guarantor pada treaty of guarantee 1960, serta pemerintah Siprus meminta bantuan kepada Dewan Keamanan (DK) PBB untuk mengambil tindakan agar tidak terjadi konflik lebih lanjut di Siprus. PBB yang salah satu tujuan utamanya adalah ‘to keep peace throughout the world’ merespon permohonan bantuan tersebut dengan mengeluarkan resolusi DK PBB 186 yang berisi tentang pembentukan United Nations Peacekeeping Forces In Cyprus (UNFICYP) yang mulai aktif pada 27 Maret 1964. 3 UNFICYP mengalami dinamika pasca kudeta oleh pemerintahan junta Yunani yang disusul dengan invasi militer oleh Turki pada tahun 1974. UNFICYP kini bertugas mengawasi proses gencatan senjata di sepanjang garis gencatan senjata dan menjaga wilayah buffer zone yang berada di antara garis gencatan senjata yang memisahkan Siprus Utara, yang dikuasai oleh etnis Turki, dan Siprus Selatan, yang dikuasai oleh etnis Yunani. Pada awal penerjunannya UNFICYP didominasi oleh pasukan Inggris. UNFICYP masih aktif hingga saat ini dan menjadi salah satu operasi peacekeeping terlama yang pernah dilakukan oleh PBB. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana UNFICYP menjaga perdamaian di Siprus pasca perang etnis tahun 1963?
Pierre Oberling, The Road to Bellapis (New York: Social Science Monograph, 1982), 120. UNFICYP Background, 2012, UNFICYP (online) ,
diakses pada 21 Desember 2012 2 3
2
C. Landasan Konseptual Traditional Peacekeeping Peacekeeping merupakan pendekatan yang dibutuhkan untuk menjaga konflik agar tidak semakin meluas. Peacekeeping adalah tindakan yang dilakukan oleh PBB dalam menurunkan pasukan untuk menjaga ketertiban di daerah konflik. Peacekeeping Operation (PKO) biasanya diberikan mandat oleh DK PBB sebagai landasan serta tujuan utama meraka di wilayah konflik. PKO kadangkala juga bertugas untuk mengawasi gencatan senjata atau mengawal implementasi perjanjian damai yang telah disetujui oleh pihak yang bertikai bergantung kepada mandat yang diberikan. Pada awal pembentukannya, peacekeeping bertujuan untuk mengawasi gencatan senjata serta menjaga stabilitas wilayah konflik yang menjadi penempatan pasukan perdamaian hingga terjadinya kesepakatan politik yang mengakhiri konflik dengan damai 4. Misi peacekeeping yang bertujuan seperti itu dikenal dengan istilah traditional peacekeeping. Traditional peaceekeping memiliki ciri khas utamanya yaitu bekerja di bawah komando dari PBB dan menjaga stabilitas tanpa ikut campur dalam masalah politik. Traditional peacekeeping merupakan bentuk awal atau juga disebut generasi pertama dari peacekeeping. Kebanyakan PKO yang tradisional terjadi pada era perang dingin. Traditional peacekeeping mempunyai ciri khas yang disebut ‘holy trinity’ yaitu dengan menggunakan kekuatan senjata seminimum mungkin atau hanya digunakan saat membela diri saja. Selain itu kedua prinsip lainnya yang dipegang adalah imparsial dan mendapatkan persetujuan dari pihak yang bertikai untuk menurunkan PKO 5. Sekretaris Jendral PBB yang kedua, Dag Hammarskjöld, menyebutkan bahwa PKO adalah sebuah operasi yang dilandaskan pada Piagam PBB yang terletak di antara bab 6 dan bab 7, atau yang disebut bab 6 setengah. Ramesh Thakur, The United Nations, Peace, and Security (Cambridge: Cambridge University Press, 2006), 38. 5 Alex Bellamy, Paul D. Williams, and Stuart Griffin, “Peacekeeping in Global Politics,” in Understanding Peacekeeping (Cambridge: Polity Press, 2004), 95. 4
3
D. Argumentasi Utama UNFICYP, seperti kebanyakan PKO yang terjadi pada era perang dingin, termasuk ke dalam kategori traditional peacekeeping. Hal tersebut tercermin dalam mandat yang diberikan, yaitu untuk mencegah terjadinya konflik lanjutan serta mengawasi gencatan senjata dan juga mengembalikan ketertiban umum di Siprus menjadi normal kembali. Untuk memenuhi mandat tersebut UNFICYP melakukan tindakan dengan menjaga buffer zone yang memisahkan Siprus Utara dan Siprus Selatan, mengawasi gencatan senjata di sepanjang garis gencatan senjata, membentuk satuan kepolisian di bawah komando UNFICYP untuk mengembalikan
ketertiban
umum,
serta
melakukan
beberapa
kegiatan
humanitarian untuk membantu Siprus kembali ke kondisi normal. UNFICYP menjalankan peran utama sebagai pasukan perdamaian dengan melakukan pengawasan terhadap gencatan senjata antara etnis Turki dan Yunani di Siprus, serta mengontrol buffer zone yang ada di perbatasan antara Siprus Utara yang dikuasai etnis Turki dan Siprus Selatan yang dikuasai etnis Yunani. UNFICYP secara status quo memegang kendali terhadap keamanan di wilayah buffer zone tersebut. UNFICYP telah berperan secara efektif dalam menjalankan mandat yang diberikan di Siprus. Peran-peran yang dilakukan oleh UNFICYP telah berhasil dalam meredam perang lanjutan di Siprus sejak 1974. Walaupun insiden-insiden masih terjadi di wilayah buffer zone, tetapi UNFICYP berhasil meredamnya sehingga kondisi keamanan di Siprus tetap terjamin dan mendukung untuk diadakan negosiasi damai sesuai dengan mandat yang diberikan. Meskipun UNFICYP berhasil menjaga situasi agar tetap kondusif, namun sayangnya proses perdamaian antar kedua pihak masih terus mengalami deadlock sehingga UNFICYP masih tetap harus menjalankan mandatnya dan terus menjadi salah satu peacekeeping operation terlama dalam sejarah PBB.
4
E. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitain kualitatif. Studi literatur dilakukan dengan memilih data yang relevan untuk mendukung penelitian yang diambil dari buku, jurnal, berita mengenai konflik Siprus dan UNFICYP, serta dokumen resmi PBB dan UNFICYP. F. Sistematika Penulisan Bab Pertama, menjelaskan pendahuluan yang mencakup latar belakang penerjunan UNFICYP di Siprus dan menjelaskan landasan konseptual yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang menjadi acuan dasar penelitian,
serta argumentasi
utama
yang
diambil
sehubungan
dengan
permasalahan yang ada. Pada bab ini juga dijelaskan metode penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan pada skripsi ini. Bab Kedua, menjelaskan mengenai sejarah terjadinya konflik di Siprus serta bagaimana kondisi Siprus saat konflik tersebut berlangsung sebelum PBB menerjunkan UNFICYP. Bab Ketiga, analisa terhadap peran UNFICYP dalam menjaga perdamaaian di Siprus menggunakan konsep traditional peacekeeping. Secara lebih lengkap, di bab ini akan disebutkan apa saja yang dilakukan serta hambatan UNFICYP dalam rangka memenuhi mandat PBB sebagai pasukan perdamaian, apa hasilnya, serta kekurangan UNFICYP dalam menyelesaikan konflik di Siprus. Bab Keempat, berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang akan menjawab pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah
5