BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sains merupakan mata pelajaran penting untuk menunjang kehidupan karena hampir semua aspek kehidupan tidak terlepas dari sains. Hal ini serupa dengan yang dikemukakan (Samatowa, 2006) tentang empat alasan sains dimasukkan di kurikulum SD yaitu, a. kesejahteraan bangsa hampir semua aspeknya ditunjang oleh kemampuan pada bidang IPA (sains), berbagai bidang profesi memiliki pengetahuan dasar IPA seperti dokter atau ilmuwan, b. mampu membuat orang untuk berpikir kritis dengan pembelajaran yang tepat tentunya, c. IPA bukan mata pelajaran yang bersifat hapalan karena sebenarnya pembelajaran IPA harus dengan mencoba, d. memiliki potensi untuk membentuk pribadi secara keseluruhan. Pendidikan sains tidak cocok pengajarannya hanya dengan menyampaikan informasi kepada siswa, sains perlu dicoba sendiri oleh siswa atau ditemukan sendiri konsepnya oleh siswa, seperti yang dikemukakan oleh Sumantoro, dkk. (2011, hlm. 4) “Pendidikan sains menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Siswa diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar”. Hal tersebut selaras dengan hakikat pembelajaran IPA menurut Sujana (2013, hlm. 31) bahwa, “Pembelajaran IPA yang dilakukan di sekolah hendaknya bukan untuk membekali konsep-konsep IPA saja, melainkan harus dijadikan sebagai wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri serta alam sekitar, serta yang lebih penting adalah bagaimana menerapkan IPA tersebut dalam kehidupan sehari-hari”. Kesimpulan dari kedua pendapat di atas, pembelajaran IPA harus memberikan pengalaman langsung, tidak sebatas pada konsep-konsep belaka. Pengalaman langsung membuat siswa memahami bukan menghapal pelajaran IPA yang ia peroleh. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan
1
2
sendiri oleh siswa, maka IPA bukan lagi mata pelajaran yang sekedar hapalan. Salah satu materi yang dilakukan percobaan adalah sifat fisik tanah. Salah satu materi IPA yang harus dilakukan percobaan adalah sifat fisik tanah di kelas V. Siswa kelas V umumnya berumur sekitar 11 tahun dengan demikian mereka memiliki kecakapan berpikir logi walau pemikirannya belum sepenuhnya abstrak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Piaget (dalam Budiningsih, 2012, hlm. 38) tentang perkembangan kognitif siswa pada tahap operasional konkret bahwa, “Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis”. Dengan kata lain, siswa berumur 11 tahun telah mampu untuk melakukan percobaan untuk menemukan suatu konsep melalui petunjuk-petunjuk karena mereka mulai mampu menggunakan aturan yang jelas dan logis. Ketika melakukan observasi di kelas V SDN Cinangsi, ternyata siswa merasa kesulitan dalam mengisi soal-soal tes hasil belajar pada materi sifat fisik tanah. Permasalahannya terdapat pada kinerja guru dan aktivitas siswa yang belum baik yang mengakibatkan hasil belajar tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditemukan saat peneliti melakukan praktik pembelajaran pada tanggal 16 Desember 2014. Masalah-masalah tersebut dipaparkan lebih jelas pada Tabel 1.1 sebagai berikut. Tabel 1.1 Data Awal Deskripsi PembelajaranpadaMateriSifatFisik Tanah di Kelas V SDN Cinangsi No. Kinerja Guru Aktivitas Siswa 1. Media: Dampak: Media pembelajaran kurang a. Siswa hanya memahami pembelajaran diberdayakan. semi abstrak yakni dari paparan materi dan gambar yang ada pada buku paket serta materi dipahami dengan menghapal. b. Siswa mengalami kesulitan ketika sifat fisik tanah, karena tidak menggunakan media pada saat pembelajaran.
3 (Lanjutan) No. 2.
Kinerja Guru Pengelolaan Kelas:
Aktivitas Siswa Dampak:
a. Guru tidak mengobservasi
a. Beberapa siswa tidak melakukan
kegiatan siswa saat
pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran berlangsung
instruksi guru, adapula yang bermainmain.
b. Guru terfokus pada siswa yang aktif.
b. Beberapa siswa tidak menghiraukan penjelasan guru, adapula siswa yang mengobrol.
c. Guru duduk di depan kelas
3.
4.
c. Siswa ada yang tidak memperhatikan
ketika menerangkan dan
penjelasan guru dan melakukan
ketika proses belajar tidak
kegiatan menyimpang dari
mengobservasi siswa.
pembelajaran.
Metode:
Dampak:
Guru menggunakan metode
Siswa cenderung pasif, dan hanya
ceramah, tanya jawab, dan
melakukan pembelajaran dengan
penugasan.
menerima informasi saja dari guru.
Pendekatan:
Dampak:
Guru tidak memperhatikan
a. Beberapa siswa menjadi pasif dan malas
siswa secara menyeluruh
untuk menyimak dan mengikuti
terutama dalam hal motivasi
pembelajaran.
dan penguatan.
b. Siswa malu bertanya ketika ada yang tidak dimengerti.
5
Model:
Dampak:
Guru tidak menggunakan
Siswa tidak ada kesempatan untuk
model pembelajaran. Guru
berpikir kritis dan memaknai
melakukan kegiatan sesuai
pembelajaran untuk dapat diterapkan pada
dengan materi di buku paket .
kehidupan.
4
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat kinerja guru dari mulai media, pengelolaan kelas, pendekatan, metode, dan model pembelajaran serta terlihat pula dampak pada aktivitas siswanya. Aktivitas siswa pada Tabel 1.1 berdampak pada hasil belajar siswa yang rata-rata tidak mencapai KKM. Masalah-masalah yang dilakukan oleh kinerja guru membuat kualitas belajar mengajar menurun. Dari data awal pada Lampiran 1.2 tentang hasil tes belajar siswa, hanya 3 orang yang tuntas dan 21siswa yang belum tuntas, bila dipersentasekan siswa yang tuntas adalah 12,5% sedangkan, yang belum tuntas 87,5% dengan nilai KKM yang ditentukan oleh guru yaitu,75. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran perlu mendapatkan perbaikan karena hasil belajar siswa dalam materi sifat fisik tanah masih rendah. Untuk itu, diperlukan suatu tindakan agar dapat mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yakni diambil tindakan dengan menggunakan model discovery learning. Queen (2008, hlm.151) menyatakan bahwa, “The discovery learning model is designed to let the learners realize knowledge for themselves”. Model discovery learning dirancang untuk membiarkan siswa menyadari pengetahuan untuk diri mereka sendiri. Model discovery learning menuntut siswa untuk menggali pengetahuan dengan bebas melalui percobaan ataupun pengamatan, kemudian mengkonstruktif berbagai penemuannya menjadi suatu pengetahuan baru. Di samping itu, melalui discovery learning ini siswa akan terlatih untuk berpikir kritis. Penggunaan model discovery learning diharapkan belajar siswa dapat lebih bermakna dan hasil belajar meningkat, karena model discovery learning dapat mendorong siswa untuk menemukan sendiri hal-hal yang terkait dengan materi sifat fisik tanah serta dapat membantu siswa memecahkan permasalah terkait dengan sifat fisik tanah. Sebagai suatu upaya konkret untuk menciptakan pembelajaran sifat fisik tanah yang bermakna dan hasil belajar siswa meningkat, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Penerapan model discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat fisik tanah di kelas V SDN Cinangsi Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang”.
5
B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1.
Rumusan masalah Secara umum, maka dari keseluruhan permasalah yang timbul dapat
dirumuskan sebagai berikut. a. Bagaimana perencanaan penggunaan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat fisik tanah di kelas V SDN Cinangsi Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang? b. Bagaimana pelaksanaan penggunaan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat fisik tanah di kelas V SDN Cinangsi Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang? c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas V setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada materi sifat fisik tanah di kelas V SDN Cinangsi Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang? 2.
Pemecahan masalah Berdasarkan hasil observasi di kelas V SDN Cinangsi, masalah yang terjadi
pada siswa saat proses pembelajaran sedang berlangsung siswa cenderung pasif, tidak fokus,dan banyak ngobrol, hal tersebut karena kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran. Dapat dilihat pula dari hasil tes siswa belum mencapai hasil yang memuaskan, terbukti dengan nilai siswa yang belum mencapai target KKM. Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan, maka dipilih sebuah model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Model pembelajaran tersebut yaitu, discovery learning sebagai rangkaian kegiatan pembelajaran siswa pada materi sifat fisik tanah. Discovery learning adalah model pembelajaran yang dapat mendorong siswa aktif dalam menemukan konsep mengenai sifat fisik tanah, karena discovery learning menggiring siswa untuk melakukan percobaan-percobaan sifat fisik tanah, serta menemukan konsep sendiri mengenai sifat fisik tanah. Sehingga pembelajaran akan bermakna dan siswa dapat menggunakan pengetahuannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Model discovery learning menggambarkan proses pembelajaran yang mengkaji permasalahan dalam
6
beberapa tahap proses untuk pencapaian akhir dalam bentuk penarikan kesimpulan sebagai tindakan pemecahan masalah. Pada
proses
pembelajaran
model
discovery
learning
guru
menginstruksikan siswa membawa alat dan bahan yang menunjang pada percobaan sifat fisik tanah. Sebelum melakukan percobaannya guru menyajikan peristiwa yang memungkinkan para siswa menemukan masalah yakni berupa pertanyaan. Salah satunya adalah, “Apabila tanah liat, tanah berhumus, dan tanah berpasir dibentuk bulatan-bulatan kecil. Apa yang akan terjadi pada masingmasing jenis tanah?” Dengan bimbingan guru, siswa harus melakukan percobaan dan pengamatan untuk memecahkan permasalah tersebut hingga mencapai suatu konsep tentang sifat fisik tanah. Berikut langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan mengacu pada langkah-langkah model discovery learning. a. Perencanaan 1) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model discovery learning baik dengan studi literatur maupun berdiskusi dengan rekan. 2) Mempersiapkan LKS. 3) Mempersiapkan alat evaluasi berikut kriteria penilaian dan kunci jawaban. 4) Mempersiapkan alat dan bahan yang dapat diaplikasikan dengan kegiatan percobaan mengidentifikasi sifat fisik tanah. 5) Mempersiapkan alat untuk dokumentasi pembelajaran. b. Proses pembelajaran Dengan
menggunakan
langkah-langkah
discovery
learning
maka,
pembelajaran tergambar pada paparan berikut. 1) Guru memberikan stimulasi dengan menyajikan peristiwa-peristiwa kepada siswa. 2) Guru membimbing siswa untuk mengidentifikasi masalah dan merumuskan hipotesis. 3) Siswa melakukan percobaan untuk mengumpulkan data/informasi. 4) Siswa mengolah, mentabulasi, serta menafsirkan data/informasi dengan bantuan guru. 5) Melakukan pembuktian atas hipotesis yang telah dibuat pada sintak ke-2.
7
6) Menarik kesimpulan, pada tahap ini siswa mendapatkan pengetahuan konsep yang baru. c. Hasil belajar Hasil belajar siswa pada materi sifatfisiktanah dapat meningkat dengan kriteria ketuntasan minimal 75. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a.
Untuk mengetahui perencanaan penggunaan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat fisik tanah di Kelas V SDN Cinangsi Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.
b.
Untuk mengetahui pelaksanaan penggunaan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat fisik tanah di Kelas V SDN Cinangsi Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.
c.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakanmodel discovery learning pada materi sifat fisik tanah di Kelas V SDN Cinangsi Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Siswa dan Pembelajaran Pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa memiliki hubungan yang saling mempengaruhi hal ini dapat berjalan selaras dengan guru terus meningkatkan kemampuannya untuk melakukan penelitian. Guru yang selalu melakukan peningkatan kualitas penelitian akan berimplikasi terjadinya sikap kritis dan reflektif terhadap hasil belajar siswa. Sikap kristis ini akan dijadikan model bagi siswa untuk terus merefleksi diri sebagaimana yang dilakukan oleh gurunya. 2. Manfaat bagi Guru Guru dapat mengembangkan kinerjanya dengan profesional, karena dengan penelitian guru dituntut untuk mampu mengevaluasi segala aspek pembelajaran
8
agar dapat terus diperbaiki. Guru berkesempatan berperan aktif untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Guru bukan sebagai penerima perbaikan dari observer, tetapi guru juga berperan untuk merancang dan melakukan perbaikan, dengan begitu diharapkan dapat menghasilkan praktikpraktik pembelajaran yang berkualitas. 3. Manfaat bagi Sekolah Sekolah akan mengalami perkembangan pesat dengan usaha para gurunya yang terus meningkatkan kemampuan dan senantiasa mengadakan perbaikan dalam kinerjanya. Sebaliknya, sekolah tidak akan berkembang jika gurunya tidak memiliki kemampuan dan keinginan untuk meningkatkan kemampuan diri. Adapun kaitannya dengan penelitian, jika sekolah dengan guru yang terampil dalam melakukan penelitian, sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, dengan meningkatnya kualitas pembelajaran akan mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah. E. Batasan Istilah Untuk memperjelas fokus penelitian diberikan batasan istilah yang berkaitan dengan judul penelitian, yaitu sebagai berikut. 1. “Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya. Model pembelajaran dapat muncul dalam beragam bentuk dan variasinya sesuai dengan landasan filosofis dan pedagogis yang melatarbelakanginya” (Suyanto& Jihad 2013, hlm. 134). 2. Sifat fisik yang diidentifikasi yakni, warna, struktur, dan tekstur pada suatu jenistanah. Tanah yang akan diidentifikasi sebanyak tiga jenis, yakni tanah berhumus, tanah liat, dan tanah berpasir. Setiap jenis tanah memiliki kegunaan masing-masing untuk menunjang kehidupan manusia. Tanah berhumus dimanfaatkan untuk bercocok tanaman, tanah liat dimanfaatkan sebagai bahan dasar membuat batu bata atau gerabah, dan tanah berpasir dimanfaatkan sebagai bahan dasar membuat bangunan. Sepertihalnya air, tanah pun mengalami pencemaran akibat ulah manusia, maka akibat ulahnya tersebut, manusia harus dapat menanggulangi masalah pencemaran tanah.
9
3. Discovery learning adalah suatu model pembelajaran yang dirancang untuk
siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya dengan menyuguhkan masalah kemudian dipecahkan oleh siswa dengan bantuan guru dengan tujuan mencapai suatu konsep tertentu (Queen, 2008). 4. Hasil belajar adalah capaian dari upaya yang dilakukan untuk memperoleh
hasil maksimal berupa penguasaan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja (Sukmadinata, 2005).