BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul atau dirasakan oleh pasien dan keluarganya disaat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa rencana begitu mulai masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan keluarganya dalam setiap tindakan keperawatan terhadap penyakit yang diderita pasien dirumah sakit. Kecemasan tersebut banyak berkaitan dengan penyakit, proses hospitalisasi prosesdur tindakan dan lain-lain yang mencakup 30-60% (Nursalam, 2011) Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan eksternal yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk menanganinya. Dampak dari kecemasan akan mempengaruhi pikiran dan motivasi sehingga keluarga tidak mampu mengembangkan peran dan fungsinya yang bersifat mendukung terhadap proses penyembuhan dan pemulihan anggota keluarganya yang sedang dirawat di ruang ICU (Keltner, 1995; dikutip Sibuea, 2010). Banyak faktor penyebab terjadinya kecemasan dalam diri pasien dan keluarganya selama pasien di rumah sakit, salah satunya adalah faktor komunikasi terapeutik perawat. Keluarga akan mengalami ansietas dan disorganisasi perasaan ketika anggota keluarganya mengalami sakit yang harus dirawat di rumah sakit dan ini akan lebih jelas ditemukan di unit perawatan kritis. Pasien yang dirawat dalamIntensive Care Unittidak hanya membutuhkan tehnologi dan terapi tapi juga memerlukan perawatan humanistik dari keluarganya. Pada umumnya pasien yang datang di unit perawatan kritis ini adalah dalam keadaan mendadak dan tidak direncanakan, hal ini yang menyebabkan keluarga dari pasien datang dengan perasaan cemas, khawatir yaitu ketakutan akan kematian,
1
2
ketidakpastian hasil, perubahan pola, kekhawatiran akan biaya perawatan, situasi dan keputusan antara hidup dan mati, rutinitas yang tidak beraturan, ketidakberdayaan untuk tetap atau selalu berada disamping orang yang disayangi sehubungan dengan peraturan kunjungan yang ketat, tidak terbiasa dengan perlengkapan atau lingkungan di unit perawatan kritis. Makmur Sentosa di RSU Kardinah pada seminar PPNI yang dimuat Harian Umum Suara Merdeka 18 Juni 2001, mengatakan bahwa salah satu permasalahan terhadap pelayanan kesehatan adalah komunikasi yang kurang baik antara tenaga kesehatan dan pasien. Dari riset Bart Smet tahun 1994, kurangnya komunikasi antara staf rumah sakit dengan pasien merupakan salah satu alasan keluhan umum pasien di rumah sakit.Pasien sering tidak puas dengan kualitas dan jumlah informasi yang diterima dari tenaga kesehatan. 35 - 40 % pasien tidak puas berkomunikasi dengan dokter dan perawat. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Arofati (2001), terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien yang menjalani perawatan diruang ICU, didapatkan hasil 80,6% keluarga pasien mengalami kecemasan dari tingkat ringan sampai berat (panic). Sedangkan prevalensi (angka kesakitan) gangguan kecemasan (anxietas) berkisar pada angka 6-7%. Penelitian Rusmini tahun 2006 pada RSU Doris Sylvanus Palangkaraya didapatkan bahwa periaku perawat khususnya dalam berkomunikasi kurang baik. Juga Penelitian yang dilakukan Hj. Indirawaty di RSU Haji Sukolilo Surabaya bahwa kepuasan pasien terhadap komunikasi perawat 54, 2 % tidak puas, 16, 7 % cukup puas dan 29, 2 %. Kaitan antara komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien maka sangat diperlukan solusi–solusi,Salah satu faktor yang dapat mengurangi perasaan cemas pada keluarga adalah adanya komunikasi terapeutik atau dukungan informasi yang jelas dan akurat dari tenaga medis berkaitan dengan
3
adanya penyakit yang diderita oleh pasien beserta tindakan yang dapat diambil untuk keselamatan pasien.Keluarga dari pasien yang dirawat di ruang ICU menginginkan perawatan yang terbaik untuk anggota keluarganya. Hal tersebut tentunya memberikan dorongan bagi tim perawatan untuk dapat meyakinkan keluarga bahwa pasien sedang diberikan perawatan yang terbaik dan maksimal, dengan cara memberikan informasi tentang tindakan perawatan yang diperlukan, informasi tentang kondisi pasien dan rencana perawatan. Dari hasil survey pendahuluan peneliti mendapatkan data-data dari rekam medik RSUP H. Adam Malik yang berjumlah 3.912 orang pada tahun 2013 dan rata-rata 186 orang pada bulan januari 2014, peneliti melakukan
wawancara kepada
beberapakeluargadi ruang ICUmengenai komunikasi antara perawat dengan keluarga. Dankeluarga menyatakan perawat dirasakan kurang memberikan informasi terbaru mengenai kondisi pasien. Kondisi tersebut menjadikan anggota keluarga menjadi lebih khawatir.anggota keluarga lainya menyatakan bahwa justru anggota keluarga yang lebih aktif mencari informasi mengenai kondisi pasien, namun tidak mendapat informasi yang baik dari perawat.Menurut anggota keluarga apabila perawat memberikan informasi mengenai kondisi pasien kurang bisa dipahami oleh anggota keluarga, dimana perawat masih banyak menggunakan istilah bahasa medis sehingga mempersulit pemahaman anggota keluarga. Peneliti menemukan kecenderungan yang terjadi yaitu nampak pada hubungan interpersonal perawat dan keluarga pasien ditunjukkan dengan komunikasi antara perawat yang sering tidak teraupetik saat berinteraksi dengan keluarga pasien. Ini dapat menimbulkan hal-hal yang dapat mempengaruhi psikologi maupun fisik keluarga pasien termasuk dalam hal pembiayaan serta penyakit pasien yang membutuhkan perawatan yang lama oleh karena itu mempengaruhi kecemasan keluarga.Dengan kondisi ruangan dimana keluarga pasien tidak boleh mendampingi pasien setiap saatdan tidak bisa melihat perkembangan pasien secara langsung akan menyebabkan keluarga pasienkhawatir dan cemas. Dampak langsung dari kecemasan ini dialami oleh keluarga pasien.
4
Melihat fenomena diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul, ”Hubungan Komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien ICU di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ". B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah : Apakah ada Hubungan Komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien ICU di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014? C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien ICU di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014.
2.
Tujuan Khusus a.
Untuk mengidentifikasi komunikasi terapeutik perawat ICU di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014
b.
Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga pasien ICU di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2014
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan informasitentang komunikasi terapeutik sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan.
2.
Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman serta dapat menerapkan ilmu yang didapat selama penelitian khususnya menerapkan komunikasi terapeutik
5
3.
Bagi Rumah Sakit Untuk bahan masukan bagi rumah sakit dalam meningkatkan komunikasi terapeutik keperawatan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan pasien.
4.
Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitiandapat menjadi bahan referensi dan sebagai data tambahan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitan tentang Hubungan komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien ICU.