BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Proporsi penduduk usia lanjut diproyeksikan meningkat setiap tahun diperkirakan mencapai 67 juta orang atau sekitar 24% dari seluruh populasi Indonesia pada tahun 2035. Sementara proporsi penduduk usia 50 tahun ke atas pada tahun 2010 tercatat mencapai 11,3% dari seluruh populasi. Hal ini menunjukkan bahwa umur harapan hidup penduduk Indonesia semakin panjang (BPS et al., 2013). Umur harapan hidup meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, kualitas lingkungan hidup, ilmu pengetahuan yang lebih maju terutama ilmu kedokteran dalam konteks pencegahan dan perawatan kesehatan yang semakin berkualitas sehingga mengakibatkan jumlah populasi usia tua akan bertambah (Darmojo, 2001). Namun dilain pihak penyakit kronis yang diderita pada usia lanjut menyebabkan disabilitas, kejadian ini lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia remaja maupun dewasa. (Michaud et al., 2006). WHO (2001) memperkirakan bahwa pada tahun 2020 terdapat 5 kelompok penyakit penyebab disabilitas di negara berkembang seperti Indonesia yaitu: Penyakit Jantung Iskhemik, Cerebrovascular, gangguan kejiwaan (depresi, stress dan lain-lain), kanker dan kecelakaan lalu lintas. Perubahan gaya hidup di negara maju maupun negara berkembang berpengaruh terhadap peningkatan kejadian obesitas yang mampu memprediksi kejadian disabilitas dan tingkat kesehatan secara umum (Stenholm et al., 2009). Beban disabilitas sangat mempengaruhi kualitas kesehatan yang akhirnya berpengaruh kepada kualitas hidup (Palloni et al., 2009). Terjadi gap disabilitas pada gender di kelompok umur 45-64 tahun: disablitas banyak dialami oleh laki-laki dari pada wanita, sedangkan pada kelompok umur 65-74 dan 75 tahun ke atas disabilitas terbanyak dialami 1
2
oleh wanita. Demikian pula obesitas dan kondisi kesehatan kronis lebih berkemungkinan terjadi pada wanita dibanding laki-laki (Knai et al., 2007). Gap disabilitas yang terjadi pada gender dapat juga berpengaruh pada kondisi kesehatannya (Zunzunegui et al., 2009). Kelompok umur>75 tahun merupakan kelompok dengan indikator disabilitas tertinggi. Lebih tingginya hari produktif hilang kelompok umur 65–74 tahun dapat disebabkan tingginya populasi kelompok ini dibanding kelompok umur 75 tahun atau lebih. Perempuan cenderung lebih rentan mengalami disabilitas daripada laki-laki pada semua indikator disabilitas. Fenomena serupa terjadi untuk kelompok tidak sekolah dan kelompok kuintil terbawah. Dibandingkan wilayah perkotaan, penduduk di wilayah perdesaan memiliki prevalensi, rerata skor, dan hari produktif hilang serta jumlah hari produktif hilang lebih tinggi. Walaupun merupakan kelompok dengan prevalensi terendah, tingginya jumlah hari produktif hilang pada kelompok tidak bekerja disebabkan tingginya rerata hari produktif hilang (KEMKESRI, 2013).. Sangat penting untuk memperhatikan kualitas hidup populasi usia lanjut, ada 3 faktor agar hidup di usia lanjut mencapai sukses yaitu: merasa
sehat
karena
terhindar
dari
penyakit
dan
disabilitas,
mempertahankan fungsi fisik dan kognitif dan keterlibatan yang aktif dalam kehidupannya. Untuk mempertahankan keterlibatan aktif dalam hidup, individu berusia lanjut harus memiliki fungsi fisik dan kognitif yang baik dan untuk mempertahankan fungsi fisik dan kognitif yang baik, mereka harus terhindar dari penyakit kronis dan harus mempunyai gaya hidup sehat sehingga bisa dikatakan penuaan yang sukses (Unger et al., 1999). Oleh karena itu, dalam kajian penelitian ini akan dilihat jenis dan tingkat disabilitas terhadap gangguan kesehatan melalui persepsi kesehatan diri dengan mempertimbangkan karakteristik sosial, demografi dan klinis. Diharapkan hasil yang didapatkan nanti dapat digunakan sebagai bahan masukan institusi kesehatan baik pusat atau daerah untuk dapat
memberikan
intervensi
preventif
dalam
mengurangi
atau
3
menghindari terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat dengan disabilitas terutama di populasi berusia lanjut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui berapa besar disabilitas fisik dan kognitif serta persepsi kesehatan di antara orang yang
memiliki
disabilitas
usia
tua.
Kemudian
rumusan
masalah
selanjutnya adalah apakah jenis dan tingkat disabilitas berpengaruh kepada kondisi kesehatan pada individu usia di atas 55 tahun di Indonesia? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian dilakukan untuk untuk mengetahui apakah jenis tingkat disabilitas berpengaruh terhadap persepsi kesehatan pada individu 55 tahun ke atas. 2. Tujuan khusus a. Diketahuinya prevalensi disabilitas fisik dan kognitif serta kondisi kesehatan dari presepsi diri yang terjadi pada individu 55 tahun ke atas di Indonesia. b. Diketahuinya jenis dan tingkat disabilitas yang berhubungan dengan kondisi kesehatan pada individu 55 tahun ke atas di Indonesia. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya dalam disabilitas pada populasi tua bagi Program Studi IKM 2. Bagi Peneliti berikutnya diharapkan penelitian ini mampu memberikan informasi awal mengenai tingkat kesehatan pada individu dengan disabilitas usia 55 tahun ke atas.
4
3. Bagi praktisi dan stakeholder diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi kebijakan pengembangan program kesehatan individu usia tua khususnya penyandang disabilitas di Indonesia. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan topik dan masalah penelitian dalam tesis ini adalah sebagai berikut : 1. Jitapunkul et al. (2003) melakukan penelitian tentang harapan hidup yang terbebas dari disabilitas pada suatu populasi di Thailand, hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko terjadinya disabilitas lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Perempuan memilik angka harapan hidup yang lebih panjang dari pada laki-laki, dan sekitar 10% dari harapan hidup mereka akan dihabiskan dalam keadaan tidak mampu melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari. 2. Tahir (2007) melakukan penelitian tentang tingkat disabilitas fisik dan daya ingat yang dihubungkan dengan dengan perawatan diri pada individu 50 tahun ke atas di Kabupaten Purworejo. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi disabilitas fungsi penglihatan paling besar di antara orang yang berusia 50 tahun ke atas. Seseorang berusia 50 ke atas dengan gangguan disabilitas fisik dan daya ingat sangat memerlukan bantuan orang lain dalam perawatan diri. 3. Astuti and Budijanto (2008) melakukan penelitian tentang tingkat disabilitas fisik berdasarkan penyakit degenerative dan faktor-faktor demografi dari studi data RISKESDAS 2007, hasilnya menunjukkan Disabilitas fisik lebih banyak terjadi di pedesaan daripada perkotaan, lebih banyak pada wanita dibanding laki-laki, lebih banyak terjadi pada, responden yang tidak bekerja, ada kecenderungan meningkat kejadiannya seiring dengan meningkatnya umur, ada kecenderungan menurun kejadiannya seiring dengan meningkatnya tingat sosial ekonomi dan pendidikan. Resiko terjadinya disabilitas fisik pada penderita gangguan persendian 2,6 kali lebih besar dibanding yang tidak menderita gangguan persendian.
5
4. Sugiharti (2010) melakukan peneltian tentang determinan disabilitas pada lanjut usia di Indonesia dari studi data RISKESDAS 2007, hasil peneltian ini menunjukkan determinan disabilitas pada lanjut usia di Indonesia adalah tempat tinggal, umur, status kawin, pendidikan, penyakit jantung, diabetes, gangguan sendi, hipertensi, merokok, status ekonomi, dan aktifitas fisik. Faktor yang paling dominan hubungannya dengan kejadian disabilitas pada lanjut usia adalah aktifitas fisik. 5. Yount et al. (2010) melakukan penelitian tentang disabilitas dan penilaian diri atas kondisi kesehatan orang lanjut usia berdasar kejadian obesitas dan riwayat penyakit kronis di wilayah desa Guatemala. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa indeks massa tubuh sebagai indikator obesitas berpengaruh terhadap kejadian disabilitas sedang riwayat penyakit kronis berpengaruh terhadap kejadian disabilitas dan kondisi kesehatan yang buruk. 6. Horner-Johnson et al. (2013) melakukan penelitian tentang penyakit kronis dan persepsi kesehatan mental dan fisik diantara penyandang disabilitas berdasar jenis disablitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disabilitas fisik menyebabkan semakin buruknya penyakit atritis, obesitas, jantung dan persepsi kesehatan fisik buruk. Sedangkan disabilitas kognitif menyebabkan semakin buruknya penyakit stroke dan persepsi kesehatan mental buruk. Perbedaan dari beberapa penelitian di atas adalah antara lain lokasi penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian dan sumber data yang digunakan. Dalam penelitian ini akan digunakan data sekunder IFLS (Indonesia Family Life Survey) 2007 dengan sampel yang diambil dari 13 provinsi yang telah mewakili diversitas kultur budaya wilayah Barat, Tengah dan Timur Indonesia. Demikian juga dengan subjek penelitian adalah penduduk usia 55 tahun keatas sedangkan yang dipergunakan adalah cross-sectional.
metode penelitian