BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan faktor utama dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM yang berkualitas, gizi merupakan salah satu faktor yang turut memegang peranan penting dalam keberhasilan pembangunan (Shafwan, 2008). Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagian kegiatannya dilaksanakan di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dengan menitik beratkan pada kegiatan penyuluhan gizi dengan menggunakan pesan pesan gizi sederhana (Depkes RI,2006). Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk masyarakat dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes RI, 2012). Peran serta masyarakat semakin nyata, setelah munculnya posyandu sebagai salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), yang merupakan wujud nyata peran serta mereka dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes (Pondok Bersalin Desa), POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja), TOGA (Taman Obat Keluarga), Dana Sehat, dll yang jenis dan jumlahnya terus bertambah (Depkes RI, 2001). Peran-serta masyarakat mempunyai peranan penting dalam rangka keberhasilan pembangunan, salah satunya pembangunan kesehatan. Peran-serta dalam pembangunan kesehatan diartikan sebagai partisipasi seluruh masyarakat, baik itu individu, keluarga maupun kelompok, guna secara bersama-sama
1
2
bertanggung
jawab,
mengembangkan
kemandirian,
menggerakkan,
serta
melaksanakan upaya kesehatan di masyarakat. (Widagdo, 2006). Posyandu mengajak masyarakat untuk sadar guna memelihara kesehatan, dengan cara hadir secara rutin ke posyandu. Hal ini dikarenakan posyandu merupakan wadah yang dikelola bersama oleh masyarakat dan puskesmas di bantu kader secara aktif untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat (Saripawan dan Hasanbasri, 2007). Sesuai pernyataan Subagyo & Mukhadiono, (2010) bahwa tanpa adanya dukungan dan partisipasi dari masyarakat maka akan sulit sekali program bisa berhasil karena masyarakat termasuk pelaku dan sasaran dari pembangunan tersebut, sehingga untuk meningkatkan partisipasi masyarakat perlu melibatkan tokoh masyarakat agar berperan secara aktif mendukung kegiatan Posyandu. Kurang berfungsinya posyandu menyebabkan kinerjanya rendah, antara lain disebabkan rendahnya kemampuan kader maupun kurangnya pembinaan dari pemerintah desa dan dinas/instansi/lembaga terkait, yang mengakibatkan rendahnya minat masyarakat untuk ke posyandu (Maryan i et al., 2007). Sesuai pernyataan Kemenkes RI (2012) bahwa terselenggaranya posyandu melibatkan banyak
pihak
diantaranya
kader,
petugas
puskesmas
dan
pemangku
kepentingan/stakeholder ( Camat, Lurah, tim penggerak PKK, Tokoh Masyarakat, organisasi kemasyarakatan maupun swasta). Peran aktif petugas kesehatan dan tokoh masyarakat sangat diperlukan dalam terselenggaranya posyandu. Yuliantina (2011), menyatakan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi partisipasi masyarakat ke posyandu adalah tokoh masyarakat. Hal senada diungkapkan Widagdo (2006), bahwa desa yang kadesnya selalu memberikan motivasi pada kegiatan posyandu akan lebih baik kinerja dan kelestarian posyandunya dibandingkan desa yang kadesnya tidak memberi motivasi. Handajani et al., (2009), menyebutkan bahwa kehadiran petugas kesehatan menjadi salah satu daya tarik bagi ibu balita untuk hadir ke posyandu, guna mengetahui secara langsung perkembangan balitanya dari petugas kesehatan.
3
Kota Jambi terdiri dari 8 Kecamatan , 62 Kelurahan, 20 Puskesmas, 2260 orang kader untuk 443 posyandu dengan tingkat kemandirian pratama sebanyak 3 posyandu, madya 234, purnama 171 dan mandiri sebanyak 35 posyandu. Hasil analisis profil dinas kesehatan kota jambi menunjukkan cakupan D/S serta jumlah gizi kurang dan buruk pada balita yang kurang mengembirakan. Gambaran tentang kondisi selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Cakupan D/S
Tabel 1. Cakupan D/S, Gizi Kurang Dan Buruk Tahun 20 11, 2012 Dan 2013 Di Kota Jambi N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Puskesmas Putri Ayu Aur duri S.IV Sipin Tj.Pinang Tl.Banjar P.Selincah Pk.Baru Tl.Bakung Kb.Kopi P.Merah I P.Merah II O.Kemang T.Yaman Koni Paal V Paal X Kn. Besar Rawasari Simp.kawat Kb.Handil Rata-rata
Cakupan D/S 2011 2012 60.78 60.65 78.93 74.4 68.38 70.05 61.58 62 84.45 74.5 49.84 71.8 85.62 69.9 73.43 69.8 25.96 52.75 48.77 55.45 38.21 42.55 94.41 80.85 63.93 66.85 72.72 81.25 54 43 60.08 49.2 78.01 77.75 38.46 35.75 48.82 50.6 67.01 67 62.67 62.81
2013 61.13 77.21 80.98 70.72 63.1 58.92 57.68 47.73 34.16 79.59 33.41 81.98 63.74 40.16 45.21 42.91 81.33 33.2 61.1 67.77 59.10
2011 0.9 5.8 1 4.1 0.3 7.6 2.7 2.6 5.4 0.3 10.2 1.6 6.8 0 8.7 3.3 6.7 1.3 1.7 1.3 3.62
Gizi Kurang 2012 2013 1 1 4.2 4.2 1.1 1.1 3.5 3.5 1.1 1.1 4.8 4.8 3.1 3.1 0.4 0.4 2.9 2.9 0.2 0.2 7.0 7.0 3.3 3.3 5.0 5.0 0 0 8.5 8.5 2.1 2.1 1.4 1.4 2.5 2.5 2.6 2.6 1.8 1.8 2.83 2.83
Gizi Buruk 2011 2012 2013 0.3 0.3 0.3 0.5 0.2 0.2 0.1 0.1 0.1 0.2 0.1 0.1 0.1 0 0 0.5 0.3 0.3 0.9 0.3 0.3 0 0 0 0 0 0 0.2 0.1 0.1 2.2 0.7 0.7 1.5 0.4 0.4 1.5 0.6 0.6 0 0 0 1.0 0.8 0.8 0.3 0.1 0.1 0.1 0 0 0.6 0.2 0.2 1.4 0.8 0.8 0.4 0.4 0.4 0.54 0.27 0.27
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jambi, 2013 Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S) Kota Jambi menunjukkan hanya sebesar 59,10%.. Disini terlihat bahwa capaiannya masih belum sesuai standar nasional yaitu 80%. Puskesmas Rawasari merupakan salah satu puskesmas di Kota Jambi dengan tingkat cakupan D/S terendah yang hanya mencapai 33,2% yang masih jauh dari target capaian program, sedangkan cakupan D/S tertinggi berada di puskesmas Olak Kemang yaitu 81,98% untuk tahun 2013 (Dinkes Kota Jambi, 2013). Rendahnya D/S sebagai gambaran rendahnya partisipasi ibu membawa balitanya ke posyandu yang mengakibatkan tidak terpantaunya status gizi balita sejak dini. Sesuai pernyataan Madanijah dan Triana (2007), bahwa semakin
4
rendah tingkat partisipasi ibu ke posyandu maka semakin besar kemungkinan anak mengalami status gizi kurang. Hal senada diungkapkan Sulistyorini et al., (2010) bahwa dengan membawa anak ke posyandu maka pertumbuhan anak balita akan terpantau sehingga tidak terjadi gizi kurang bahkan gizi buruk. Rendahnya partisipasi ibu juga dinyatakan oleh Lestari et al., (2012) bahwa ibu menganggap tidak perlu membawa balitanya ke posyandu jika kondisi fisik balitanya sehat, padahal penimbangan di posyandu bertujuan untuk memantau pertumbuhan balita setiap bulannya. Data status gizi di Kota Jambi berdasarkan pada tabel 1 terlihat bahwa untuk kategori status gizi kurang sebesar 2,83% dan status gizi buruk 0,27 %. Dimana wilayah kerja Puskesmas Rawasari yang merupakan tingkat partisipasi masyarakat (D/S) terendah, menunjukkan angka status gizi kurang sebesar 2,5% dan buruk 0,2%, sedangkan di puskesmas Olak Kemang dengan tingkat partisipasi masyarakat (D/S) tertinggi menunjukkan 3,3% dengan status gizi kurang dan 0,4% status gizi buruk. Rendahnya D/S menyebabkan kunjungan menurun, sehingga banyak status gizi balita dalam hal ini gizi buruk tidak terpantau dengan baik (Dinkes Kota Jambi, 2013). Manfaat posyandu bagi masyarakat yaitu untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu, guna mendapatkan kapsul vitamin A, imunisasi bagi balita serta memperoleh tablet tambah darah/imunisasi TT bagi ibu hamil (Sulistyorini et al., 2010). Sesuai penelitian Sopacua dan Widjiartini (2010), sebagian besar status gizi balita pada rumah tangga yang memanfaatkan posyandu berada pada kategori normal dan hanya sebagian
kecil yang gemuk
atau kelebihan gizi. Kader merupakan warga masyarakat yang dipilih oleh masyarakat dan dapat bekerja sukarela untuk menjadi penyelenggara posyandu (Zulkifli, 2003). Keberhasilan posyandu tergantung dari aktif tidaknya kader. Sesuai penelitian Simanjuntak (2012), kegiatan posyandu sangat tergantung pada kader. Keberadaan kader dibutuhkan sebagai satu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar karena kader merupakan pelayanan kesehatan terdepan dan perpanjangan tangan puskesmas Mikrajab dan Rachmawaty (2012), juga
5
menyatakan bahwa peran kader di Posyandu sangat penting sehingga tidak dapat dilepaskan dengan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak karena peran mereka setara dengan peran bidan dan petugas kesehatan lainnya. Maisya dan Putro (2011), juga menyatakan bahwa kunjungan kader yang aktif pada ibu yang tidak datang ke posyandu akan meningkatkan cakupan layanan pada balita dan program posyandu. Dalam penyelenggaraan posyandu, terdapat beberapa hambatan yang sering ditemui, seperti tempat pelaksanaan posyandu kurang memadai, waktu buka posyandu, kebersihan posyandu, kurangnya kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana, minimnya dukungan stakeholder, kurangnya partisipasi masyarakat serta masih kurangnya pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat posyandu (Minarto, 2010; Martoni, 2007, Sulistyorini et al., 2010). Minarto (2010), menjelaskan cakupan partisipasi masyarakat di posyandu (D/S) merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Dengan semakin rendahnya aktivitas posyandu akan membuat semakin menurunnya partisipasi masyarakat (D/S) terutama ibu-ibu balita untuk datang membawa anaknya ke posyandu. Berdasarkan permasalahan diatas, mengingat pentingnya peran stakeholder dalam hal ini Lurah, tim penggerak PKK dan Tokoh Masyarakat juga kader dalam partisipasi ibu balita ke posyandu diwilayah cakupan D/S terendah dan tertinggi di Kota Jambi.
B. Perumusan Masalah Dengan melihat permasalahan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana Peran Lurah, Petugas Kesehatan dan Kader dalam Partisipasi ibu balita ke posyandu di wilayah cakupan D/S terendah dan tertinggi di Kota Jambi”?
6
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum Untuk mengeksplorasi peran Lurah, Petugas Kesehatan dan Kader dalam Partisipasi ibu balita ke posyandu diwilayah cakupan D/S terendah dan tertinggi di Kota Jambi. 2. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: a. Mengkaji secara mendalam peran lurah dalam partisipasi ibu balita ke posyandu. b. Mengkaji secara mendalam peran petugas kesehatan dalam partisipasi ibu balita ke posyandu. c. Mengkaji secara mendalam peran kader dalam partisipasi ibu balita ke posyandu. d. Mengkaji secara mendalam peran ibu PKK dalam partisipasi ibu balita ke posyandu. e. Mengkaji secara mendalam peran tokoh masyarakat dalam partisipasi ibu balita ke posyandu.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat maupun masukan baik secara praktis maupun secara teoritis 1. Manfaat Secara Praktis a. Sebagai masukan bagi pengelola posyandu di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Jambi dalam membuat perencanaan program posyandu agar memperhatikan penyebab rendahnya partisipasi ibu balita untuk datang ke posyandu. b. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat, betapa pentingnya partisipasi ibu balita guna kelangsungan keberhasilan posyandu dan kesehatan balita di masyarakat.
7
2. Secara Teoritis a) Sebagai informasi dibidang pelayanan kesehatan tentang peran lurah, petugas kesehatan dan kader dalam partisipasi ibu balita ke posyandu. b) Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang terkait dengan partisipasi ibu balita ke posyandu dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian Menurut pengetahuan penulis, penelitian Peran lurah, petugas kesehatan dan kader dalam partisipasi ibu ke posyandu di wilayah cakupan D/S terendah dan tertinggi di Kota Jambi sampai saat ini belum pernah dilaksanakan, namun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan posyandu terutama tentang partisipasi masyarakat sudah banyak dilakukan antara lain: 1. Farhat (2011): Perbedaan keaktifan kader dan faktor internal maupun eksternal yang berhubungan Di wilayah Kerja Puskesmas dengan Tingkat Partisispasi Masyarakat (D/S) tinggi dan rendah di Kota Banjarmasin. Hasil penelitian, tidak ada perbedaan keaktifan kader antara Puskesmas Sei Jingah (D/S tinggi) dan Puskesmas Pelambuan (D/S rendah) serta ada hubungan antara status pekerjaan dengan keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sei Jingah dan Puskesmas Pelambuan. Persamaan dengan peneliti pada subjek penelitian. Perbedaan pada lokasi, dan disain kuantitatif dan kualitatif. 2. Sucipto (2009): Tentang Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kader Posyandu dalam Penimbangan Balita dan Cakupan D/S di Posyandu di Wilayah Puskesmas Geyer II Kabupaten Grobogan. Hasil penelitian ada hubungan karakteristik kader, pengetahuan, sikap, dukungan kepala desa, dukungan bidan desa dengan praktek kader posyandu dalam penimbangan balita dan ada hubungan praktik kader posyandu dalam penimbangan balita dengan cakupan D/S. Persamaan dengan peneliti pada subjek penelitian Perbedaan pada lokasi, rancangan penelitian. 3. Widiastuti (2006) tentang Pemanfaatan Pelayanan Posyandu di Kota Denpasar. Hasil penelitian diketahui umur, pengetahuan kader, persepsi kader terhadap
8
peran TOMA, peran petugas kesehatan, dukungan sarana dan prasarana, dan motivasi berhubungan dengan pemanfaatan penimbangan balita di posyandu. Persamaan dengan peneliti pada subjek penelitian
Perbedaan pada lokasi,
rancangan penelitian. 4. Yuliantina (2011): Tentang Hubungan Peran Petugas Kesehatan, Tokoh Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat (D/S) Dalam Pelaksanaan Posyandu Di Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten. Hasil Penelitian semakin baik peran petugas kesehatan dan tokoh masyarakat maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat (D/S). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan partisipasi masyarakat adalah peran dari tokoh masyarakat. Persamaan dengan peneliti pada subjek penelitian. Perbedaan pada lokasi, serta rancangan penelitian.