BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan
pengelolaan
secara
profesional
dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Efektifitas dan efisiensi ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator keberhasilan rumah sakit bila didukung oleh ketersediaan jumlah sumberdaya manusia yang cukup dengan kualitas yang professional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap pegawai. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dirumah sakit, begitu pentingnya pelayanan dirumah sakit, bahkan Huber (Nurdjanah, 2009) melaporkan bahwa 70% tenaga kesehatan dirumah sakit adalah perawat. Sedangkan menurut Gillies dalam Nursalam (2014) memperkirakan bahwa sekitar 75% tenaga keperawatan dirumah sakit adalah perawat, dan 60-70% dari total anggaran digunakan untuk menggaji perawat. Kualitas asuhan keperawatan dapat mencapai hasil yang optimal apabila beban kerja dan sumber daya perawat yang ada memiliki proporsi yang seimbang. Berdasarkan penelitian WHO (2007), beberapa Negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia ditemukan fakta bahwa perawat yang bekerja dirumah sakit menjalani peningkatan beban kerja dan masih mengalami kekurangan perawat Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan juga sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dalam pelaksanaan praktek keperawatan, menggunakan salah satu metode penugasan yang strategis dan sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan klasifikasi klien berdasarkan 1
tingkat ketergantungan, metode penugasan dalam pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun mengalami perkembangan dalam upaya menghadapi era globalisasi yang menuntut persaingan yang cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah. Pada kondisi persaingan yang tinggi, pelanggan memiliki informasi yang memadai dan mampu untuk memilih diantara beberapa alternatif pelayanan yang ada. Oleh karena itu, untuk memenangkan persaingan dalam mendapatkan pelanggan, rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang dapat memberikan kepuasan pada klien. Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yaitu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai armada terbesar dalam pelayanan kesehatan disuatu rumah sakit sehingga pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu faktor utama untuk meningkakan kualitas pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya manusia. Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Perencanaan
yang
baik
dapat
mempertimbangkan
klasifikasi
pasien
berdasarkan managemen tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager 2
keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit rumah sakit. Oleh karena itu, dalam memenuhi tahapan managemen dengan melaksanakan pelayanan keperawatan yang berkualitas sehingga kami mengadakan praktek managemen keperawatan sebagai program akhir perkuliahan di PSIK FK Unhas (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin) yang dilaksanakan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar ruangan Lontara 1 Atas Depan. Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit terbesar di Indonesia yang telah meraih akreditasi international (JCI) saat tahun 2014 yang lalu dimana dalam mencapai hal itu RS Wahidin Sudirohusodo telah melakukan berbagai persiapan mulai dari sarana dan prasarana, manajemen rumah sakit, serta yang menjadi hal utama terkait dengan pelayanan kepada pasien harus dilakukan sesuai dengan standar international dan dapat dikatakan bahwa RS Wahidin Sudirohusoda sangat baik sebagai tempat dalam melaksanakan praktek manajemen keperawatan dengan melihat keberhasilan yang diperoleh terutama dalam hal manajemen yang merupakan sebagai dasar atau tombak utama terbentuknya rumah sakit yang bertaraf international dan dapat membedakan perubahan yang terjadi di rumah sakit ini dari awal terbentuk hingga sekarang. B. Rumusan Masalah Setelah meninjau latar belakang diatas dapat kita ambil suatu masalah yang dapat kita angkat sesuai dengan judul makalah ini, yakni Bagaimana sebenarnya pelaksanaan manajemen keperawatan di RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang telah meraih standar international dan pelaksanaannya di setiap ruangan, yakni Lontara 1 Atas Depan sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan manajemen keperawatan.
3
C. Tujuan Penulisan Tujuan dari laporan ini adalah mahasiswa mampu melaksanakan praktek manajemen keperawatan di RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar ruangan Lontara 1 Atas Depan. D. Manfaat Penulisan Penulisan laporan ini bermanfaat sebagai pengembangan pelayanan manajemen keperawatan, yang berfokus pada: 1. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya 2. Membantu keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. 3. Adanya manajemen akan berguna untuk mencapai efisiensi dan efektivitas serta menjaga keseimbanagan dari berbagai tujuan.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Sebelum terbentuknya RSUP Dr. wahidin Sudirohusodo ini, tepatnya pada tahun 1947 didirikan rumah sakit dengan meminjam dua (2) bangsal rumah sakit jiwa yang telah berdiri sejak tahun 1942 sebagai bangsal bedah dan penyakit dalam yang merupakan cikal bakal berdirinya Rumah Sakit Umum Dadi. Pada awalnya ditahun 1957 RSU Dadi yang berlokasi di jalan Lanto Dg. Pasewang No. 43 Makassar ini berfungsi sebagai rumah sakit pemda Tingkat 1 Sulawesi Selatan, yaitu rumah sakit yang manajemennya diatur oleh pemerintah daerah sulawsi selatan. Hingga pada tahun 1992 rumah sakit dadi menjadi rumah sakit dengan klasifikasi B. Pengembangan pembangunan rumah sakit inipun dipindahkan ke Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 11 Makassar, Berdekatan dengan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Pada tahun 1994 RSU Dadi berubah menjadi Rumah Sakit Vertical milik departemen kesehatan dengan nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Wahidin Sudirohusodo berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 540/SK/VI/1994 sebagai rumah sakit kelas A dan sebagai rumah sakit pendidikan serta sebagai rumah sakit rujukan tertinggi di kawasan timur Indonesia. Pada tanggal 10 Desember 1995 RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo ditetapkan menjadi rumah sakit unit swadana dan pada tahun 1998 dikeluarkan Undang – Undang No. 30 Tahun 1997 berubah menjadi unit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak ( PNBP ). Dengan terbitnya peraturan pemerintah R.I. No. 125 tahun 2000, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo beralih status kelembagaan menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN).
5
Pada dasarnya nama RSUP Wahidin Surdirohusodo pun memiliki sejarah dimana pada tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional bangsa Indonesia, sekaligus juga sebagai peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia yang pada hari itu didirikan organisasi Boedi Oetomo oleh Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, Soeleman, dll. Mereka adalah pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau sekolah dokter jawa, yang mempunyai cita-cita untuk mengangkat derajat bangsanya dari “cibiran” kaum penjajah. Bahkan berdirinya pun di salah satu ruangan gedung STOVIA, yang sekarang menjadi kampus FKUI Jakarta. Sekolah kedokteran STOVIA menjadi saksi betapa siswa-siswa sekolah kedokteran turut ambil bagian bagi perjalanan sejarah bangsa ini. Minggu, 20 Mei 1908, pukul 9 pagi di ruang kuliah anatomi, sebuah perkumpulan bernama Boedi Oetomo berdiri. Perkumpulan ini lahir di atas kesadaran para pendirinya, betapa penjajahan melahirkan kebodohan, kemelaratan, dan penderitaan bagi rakyat. Maka, kemajuan perlu dikejar salah satunya dengan pendidikan. Hanya dengan kepandaian dan kecerdasan cita-cita luhur sebuah bangsa dapat diperjuangkan. Cukuplah bangsa Indonesia direndahkan martabatnya oleh bangsa lain dalam hal ini penjajah sebagai bangsa yang bodoh dan dapat diambil keuntungan sebanyak-banyaknya. Apa yang diusahakan Soetomo dan rekan-rekannya tidak terlepas dari idealisme seorang Dr. Wahidin Soedirohoesodo. Dokter yang telah pensiun ini menjadi pimpinan redaksi surat kabar "Retnodhumilah" tahun 1901-1906. Melalui surat kabar tersebut, Wahidin selalu berusaha membangkitkan pengertian golongan priyayi Bumiputera agar memberikan bantuan pada rakyat untuk meningkatkan kecerdasan mereka. Caranya adalah dengan membentuk Studiefonds atau dana pendidikan. Sekolah-sekolah yang sudah ada berdiri lebih ditujukan untuk kepentingan Belanda, yang membutuhkan tenaga yang dapat membaca dan menulis dikarenakan jika harus selalu mendatangkan tenaga dari Belanda maka memiliki ongkos yang terlalu besar. Wahidin sendiri adalah lulusan Sekolah Dokter Jawa Weltevreden dan 6
selanjutnya menjadi asisten dosen di almamaternya. Meski suaranya menghimbau kalangan pribumi cukup keras melalui tulisan-tulisannya, namun Wahidin merasa seruan tersebut tidak membuahkan hasil. Wahidin pun mencoba
cara
lain,
yaitu
dengan
terjun
langsung
ke
lapangan
mempropagandakan cita-citanya ke kalangan para bangsawan atau priyayipriyayi bumiputera. Ia pun mengadakan perjalanan keliling Jawa menemui kalangan elit masyarakat, mengajak mereka ikut aktif memikirkan pendidikan bangsa yang masih rendah tingkat kecerdasannya. Ia membiayai sendiri perjalanannya tersebut. Akhir tahun 1907, dalam perjalanan menuju Banten, Wahidin singgah di Stovia. Ia memaparkan cita-citanya kepada R. Soetomo dan M. Soeradji dan kedua siswa STOVIA tersebut sangat terkesan oleh segala upaya Wahidin. Dari pertemuan inilah Soetomo semakin terbakar untuk mendirikan Boedi Oetomo. Apa
yang
dilakukan
Dr.Wahidin
Sudirohusodo,
menunjukkan
bagaimana peran seorang dokter yang berjuang ikhlas untuk kepentingan bangsanya meski untuk itu ia menghabiskan harta kekayaannya, dan perjuangan beliau dapat direfleksikan pada kondisi kekinian khususnya bagi komunitas RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, dimana kepedulian terhadap kondisi kesehatan masyarakat, berupa tingginya penyakit-penyakit infeksi seperti TB,AIDS & flu-burung, makin meningkatnya kasus penyakit metabolik & kanker, masih tingginya angka kematian ibu & bayi serta kondisi rawan bencana alam khususnya di wilayah indonesia timur, tetap menjadi fokus utama bagi kita semua. Perhatian dan kepedulian itu tidak cukup hanya dengan optimalisasi pelayanan di dalam rumah sakit namun juga keluar tembok rumah sakit dalam meningkatkan tanggung-jawab pembinaan terhadap rumah-sakit rumah sakit daerah. B. Visi Misi RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana RSUP. Dr.. Wahidin Sudirohusodo harus dibawa dan berkarya secara 7
produktif, inovatif konsisten serta antsipatif terhadap perubahan. Visi tidak lain adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan. Dengan mengacu pada batasan tersebut, visi RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah: “Menjadi Rumah Sakit Bertaraf Internasional pada tahun 2015”. Untuk mewujudkan visi tersebut, RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo mencanangkan 3 misi sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, berkualitas dan terjangkau 2. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian yang berkualitas 3. Menyelenggarakan usaha lain yang menunjang kegiatan pelayanan dan pendidikan. Dan untuk memotivasi organisasi agar dapat mewujudkan tujuannya, maka RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo membuat moto yaitu “Dengan Budaya Sipakatau Kami Melayani dengan Hati” C. Struktur Organisasi
Pihak yang mengelola perusahaan diatur sedemikian rupa dalam suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka dasar tertentu yang menunjukkan hubungan suatu organisasi dan individu-individu yang berbeda di dalam suatu organisasi, melalui suatu struktur organisasi maka tugas dan wewenang dan tanggung jawab setiap pejabat dapat diketaui dengan jelas dan tegas, sehingga diharapkan setiap satuan-satuan organisasi dapat bekerja bersama- sama secara harmonis. Untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan, struktur organisasi perusahaan merupakan salah satu unsur yang menentukan untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan perusahaan. Struktur organisasi yang baik harus mampu berfungsi sebagai alat pengatur maupun pengawas usaha pelaksanaan pencapaian tujuan perusahaan sehingga usaha-usaha yang dilakukan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Struktur organisasi yang disusun dengan baik dan jelas akan membantu melaksanakan 8
pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan tegas antara suatu bagian dengan bagian lainnya, baik pada tingkat manajemen atas, menengah, maupun tingkat bawah. Suatu perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang sesuai dengan sifat dan jenis usahanya. Pada gambar berikut ini kita akan dapat melihat bentuk struktur organisasi dari RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo:
DEWAN PENGAWAS
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR ADMINISTRASI DAN
KEUANGAN
DIREKTUR PELAYANAN DAN PENDIDIKAN
DIVISI
DIREKTUR SARANA DAN SDM
DIREKTUR PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN FARMASI
DIVISI DIVISI
DIVISI
UNIT PELAYANAN DAN INSTALASI Gambar 3.1 Bagan Stuktur Organisasi RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo 9
Adapun Kegunaan dari pembagian tugas dalam sebuah organisasi/ perusahaan adalah : 1.
Untuk menghemat waktu dan tenaga.
2.
Mencegah adanya penumpukan pekerjaan dalam suatu bagian.
3.
Mempermudah pengawasan oleh pihak atasan.
4.
Mempermudah pelaksanaan kerja. Berikut ini dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab masing-masing
komponen organisasi RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo: 1. Direktur Administrasi dan Keuangan Mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama dalam hal memonitor seluruh arus keuangan perusahaan dan sistem administrasi rumah sakit, pengkoordinasian pengelolaan dengan divisi-divisinya. 2. Direktur Pelayanan dan Pendidikan Mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama dalam hal
penyusunan rencana kerja bidang pelayanan dan pendidikan,
pengkoordinasian pengelolaan dengan divisi-divisinya, penyelenggaraan kegiatan pendidikan formal dan non formal bagi pegawai serta kegiatan penelitian seluruh bidang keilmuan, baik medis, keperawatan, maupun manajemen administrasi, pelaksanaan evaluasi hasil dan monitoring 3. Direktur Sarana dan SDM Mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama dalam hal mengkoordinasikan divisi-divisi bagian pendidikan dan pelatihan, penelitian, bagian sumber daya manusia dan bagian Sarana dan Prasarana Medik dan Non Medik. 4. Direktur Perencanaan Pengembangan dan Promosi 10
Mempunyai tanggung jawab kepada Direktur Utama untuk melakukan pengembangan RSUP.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, yang tidak hanya dilakukan dengan peningkatan pelayanan namun mempromosikan rumah sakit dengan membangun citra yang baik dimana menjadikan RSUP.Dr.Wahidin Sudirohusodo sebagai salah satu rumah sakit yang bertaraf Internasional. 5. Direktur Utama Bertanggung jawab langsung kepada Dewan Pengawas.Dalam melaksanakan tugasnya, direktur utama membawahi 4 direktur. Direktur utama bertugas untuk memonitor jalannya operasional perusahaan. 6. Dewan Pengawas Mempunyai tugas mengawasi seluruh kinerja RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dalam mencapai tujuan. Adapun pelayanan RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar, yaitu sebagai berikut: 1. Pelayanan Rawat Jalan Pelayanan rawat jalan ditunjang poliklinik spesialis dan sub spesialis yang ditangani oleh 195 dokter ahli meliputi pelayanan Bedah Umum, Bedah Tumor, Bedah Anak, Bedah Ortopedi, Bedah Urologi, Bedah Saraf, Kardiologi, Anak. Berikut penjelasannya: -
Penyakit dalam meliputi paru-paru, endokirin, saluran cerna, hematologi,
-
onkologi, reumatologi dan geriatric
Kebidanan dan Kandungan meliputi Obsterti umum, Ginekologi, Infertil, Fetomaternal, Urogenital, Onkologi, THT, Mata, Kulit dan Kelamin, Gigi dan Mulut, Neurologi, dan Jiwa.
11
Bagi pasien yang mempunyai waktu terbatas dan menginginkan dilayani oleh dokter yang diinginkan, disediakan Poliklinik Perjanjian. Kemudian terdapat General Check Up disediakan untuk memonitor tingkat kebugaran dan dapat mendeteksi dini adanya penyakit-penyakit yang diidap oleh pasien. Fasilitas lain yang dimiliki adalah pelayanan nefrologi dan urologi yang menyediakan fasilitas cuci darah (hemodialisa) untuk pasien gagal ginjal. 2. Pelayanan Rawat Inap Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari berbagai segmen, telah disediakan 600 tempat tidur mulai dari kelas 3 hingga pelayanan super VIP yang didukung dengan berbagai kemudahan pelayanan antara lain : -
Customer Information yang akan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan.
-
Customer Admission yang akan mengurus kebutuhan administrasi pelanggan.
-
Customer Care yang akan membantu menangani berbagai keluhan pelanggan.
-
Customer Relation yang akan memelihara hubungan dengan pelanggan dan bagi pelangan yang memilih pelayanan super VIP maka pelanggan dapat memilih dirawat oleh dokter ahli yang diinginkan.
3. Pelayanan Rawat Darurat Pelayanan rawat darurat terletak disebelah kiri pintu utama yang memberikan pelayanan cepat dan professional oleh tim dokter dan paramedic yang bersertifikat penanganan life saving serta dilengkapi dengan dokter ahli yang siap 24 jam yang meliputi 7 spesialisasi. Pelayanan Medis Gawat Darurat yang meliputi: -
Gawat Darurat Bedah
-
Gawat Darurat Non Bedah
-
Gawat Darurat Obstetri Gynekology
-
Gawat Darurat Pediatric 12
-
Pelayanan Khusus meliputi Pelayanan Penanggulangan Gawat Darurat Bencana oleh tim BSB (Brigade Siaga Bencana) serta Tim Siaga untuk pejabat Negara dan tamu Negara yang sesuai dengan aturan yang ditentukan.
-
Pelayanan Gawat Darurat juga dilengkapi dengan 5 kamar operasi untuk
menangani
pasien
yang
memerlukan
tindakan
operasi
emergensi, serta pelayanan penunjang yang siap 24 jam sperti CT Scan, Radiodiagnostik lainnya, Laboratorium serta Bank Darah. 4. Pelayanan Intensif Pelayanan Intensif untuk semua pasien baik pasien dewasa pada ICU (Intensive Care Unit) maupun pasien anak pada PICU (Pediatric Intensive Care Unit). Unit ini dilengkapi dengan sarana yang lengkap dan mutakhir seperti ventilator dengan berbagai mode, terapi titrasi serta pelayanan terbaru saat ini yaitu terapi kontinyu pengganti fungsi ginjal (CRRT) dengan dokter jaga 24 jam dengan kualifikasi konsultan intensive care (KIC) serta pasien mendapatkan pemantauan hemodinamik invasive dan non invasive secara ketat oleh perawatanperawatan yang professional. 5. Pelayanan Bedah Sentral Pelayan ini memiliki 10 kamar operasi yang didukung oleh 52 dokter ahli dari 12 jenis keahlian yaitu: -
Bedah Saraf
-
Bedah Thorax / Jantung
-
Bedah Anak
-
Bedah Umum / Vasculer
-
Bedah Tumor
-
Bedah Urologi
-
Bedah Orthopedi
-
Bedah Obgyn
-
Bedah Plastik
-
Bedah THT
-
Bedah Digestif
-
Bedah Mata
Pelayanan ini juga didukung oleh 6 ahli anastesi, tenaga paramedic terlatih serta peralatan peralatan yang canggih antara lain mesin anastesi yang modern dengan monitor invasive dan non invasive, microscope untuk bedah mikro, bedah laser untuk operasi mata, peralatan bedah endoscopy untuk berbagai bidang seperti ; THT, Urologi, Ortopedi, Obgyn dan Digestif. 13
6. Pelayanan Rehabilitasi Medik Pelayanan rehabilitasi medic melaksanakan pelayanan secara tim yang dipimpin oleh dokter ahli rehabilitasi medik dan dibantu dengan tenaga fisioterapi, tenaga ocupasy therapy, tenaga speech therapy serta tenaga orothetic prosthetic. Pelayanan ini juga dilengkapi dengan peralatan canggih untuk memberikan pelayanan rehabilitasi seperti: -
Rehabilitasi Musculoskeletal
-
Rehabilitasi Penyakit Paru-Paru
-
Rehabilitasi penyakit Neuromuskuler
-
Rehabilitasi Cardiovascular
-
Rehabilitasi Anak.
7. Pelayanan Laboratorium Pelayanan Laboratorium ini berfungsi sebagai penunjang diagnostik memberikan pelayanan hematologi dan bank darah, kimi klinik, imunlogi, cairan tubuh, mikrobiologi, parasitology, serta pelayanan patologi anatomi. Pelayanan ini menyediakan pelayanan 24 jam yang didukung oleh tenaga yang terampil, peralatan yang canggih dengan internal quality control yang ketat. 8. Cardiac Center Cardiac center memberikan pelayanan terpadu tentang masalah – masalah penyakit jantung da pembulu darah untuk pasien anak dan dewasa yang meliputi penanganan kegawatdaruratan jantung, rawat jalan untuk pasien penyakit jantung dan penanganan intensif (ICCU). Cardiac Center dilengkapi dengan peralatan penunjang yang canggih seperti tread mill. Echocardiography, dan cateterisasi jantung yang dapat mendeteksi dini berbagai kelainan pada jantung dan pemasangan stent untuk melebarkan pembuluh nadi tanpa operasi. 9. Pelayanan Radiologi Pelayanan radiology memberikan pelayanan radio imaging serta pelayanan radiotherapy. Pelayanan ini memiliki 15 orang tenaga ahli radiology dan radiotherapy serta ditunjang dengan alat-alat canggih seperti: CT Scan, MRI, Mammography, USG, After loading dan C.arm 14
10. Pelayanan Farmasi Instalasi farmasi menyediakan fasilitas untuk melakukan kegiatan : -
Peracikan obat
-
Penyimpanan dan penyaluran obat – obatan dan bahan kimia ke unitunit pelayanan
-
Penyimpanan dan penyaluran alat kedokteran, alat perawatan, dan alat kesehatan lainnya ke unit – unit pelayanan
-
Pelayanan kefarmasian untuk pasien
-
Penyuluhan obat ke masyarakat rumah sakit Jumlah tenaga kerja yang tersedia yaitu 2 orang spesialis farmasi rumah sakit, 21 orang apoteker, 40 orang asisten apoteker serta dibantu beberapa tenaga administrasi. Instalasi
ini
dalam
pengembangan
penerapan
system
pharmaceutical careyaitu pelayanan kefarmasian di ruang rawat inap dan rawat jalan yang meliputi drug history, unit dose, pemantauan zero defect, pemantauan pemakaian obat, informasi obat dan konseling obat pasien. Pelayanan tersebut ditunjuk agar pasien mendapatkan informasi yang jelas mengenai obat – obatan yang di gunakan atau dikonsumsinya sehingga membantu efektivitas pengobatan secara optimal. 11. Pendidikan dan Pelatihan Memberikan pendidikan dan pelatihan bagi SDM rumah sakit baik untuk tenaga medis, paramedic dan non medis serta melaksanakan pelatihan bagi tenaga kesehatan di kawasan Indonesia timur. 12. Pelayanan laundry Untuk mendukung pelayanan medis di rumah sakit, pelayanan laundry menyiapkan berbagai keperluan linier dan laundry pada unit pelayanan dan satuan pelayanan baik untuk kebutuhan rawat jalan, rawat inap, ICU maupun COT.
15
D. Struktur Manajemen
1. Definisi Tenaga Keperawatan Pengelolaan tenaga keperawatan adalah pengaturan, mobilisasi potensi, proses motivasi, dan pengenbangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan dalam karyanya. Keputusan yang diambil tentang ketenagakerjaan sangat dipengaruhi oleh falsafah yang dianut oleh pimpinan keperawatan tentang pendayagunaan tenaga kerja, misalnya, pandangan
tentang
motivasi
kerja
dan
konsep
tentang
tenaga
keperawatan. Dari pandangan dasar Tersebut akan terbentuk pola tenaga kerjaan yang disesuaikan dengan gambaran pimpinan. 2. Tahap-Tahap Pengelolaan Tenaga Kerja Keperawatan a. Perekrutan Dan Seleksi Tenaga Kerja Perekrutan dan seleksi tenaga kerja menerima pegawai adalah tugas yang sulit dan dapat menyebabkan kecemasan. Akan tetapi disatu sisi hal ini merupakan kesempatan penting untuk mengadakkan perubahan dan pengembangan staf. Langkah pertama pada perekrutan adalah menstimulasi calon untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Hal ini tidak sederhana karena tidak hanya segi teknis kualifikasi, melainkan juga kualitas individu harus sesuai dengan pekerjaaan dan susunan. Tujuan organisasi dalam usaha perekrutan jangan tergesa-gesa karena dapat mengakibatkan hasil seleksi yang tidak memuaskan. Selain itu, tempat penempatan tenaga kerja harus sesuai dengan kondisi kerja yang efisien. Dalam perekrutan, ada lima kriteria yang perlu diperhatikan, kriteria yang dimaksud yaitu : a. Profil keperawatan saat ini b. Program perekrutan c. Metode perekrutan d. Program pengembangan tenaga baru Prosedur penerimaan, yang melalui tahap seleksi, penentuan kualifikasi dasar seleksi, proses seleksi dan prosedur lamaran. Selain 16
kriteria perekrutan diatas, hal-hal lain yang harus diperhatikan aadalah sebaagai berikut: 1) Data biografi, berisikan riwayat personal calon, latar belakang pendidikan, riwayat dan pengalaman kerja serta data lain yang dapat menunjang. 2) Surat rekomendasi atau referensi dari perusahaan atau instasi dimana calon bekerja sebelumnya. 3) Wawancara, untuk mencari informasi, memberi informasi, dan menentukan apakah calon memenuhi persyaratan untuk posisi tertentu. 4) Psikotes untuk mengetahui tingkat pengertahuan, ketrampilan, bakat dan sikap umum calon. b. Orientasi Tenaga Keperawatan Orientasi dan pengembangan dalam kaitannya dengan perekrutan, yaitu: a) Orientasi institusi, yang melibatkan penjelasan tentang: 1) Misi tentang rumah sakit, riwayat dan tujuan spesifik rumah sakit atau organisasi 2) Struktur dan kepemimpinan 3) Kebijakan personalia,evaluasi kerja, promosi,cuti dan lain sebagainya 4) Prilaku yang diharapkan,pengembangan staf daan prograam pembinaan yang ada 5) Hubungan antar karyawan daan hubungan dengan pimpinan b) Orientasi pekerjaan yang melibatkaan tindakan untuk : 1) Memahami tujuan bagi keperawatan dan bagimana tujuan diterjemahkan kedalam deskripsi pekerjaaan 2) Memahami tujuan keperawatan dalam hubungannya dengan tujuan individu 3) Menciptakan hubungan interpersonal 4) Memperkenalkan pekerjaan, prosedur dan pekerjan yang ada 17
5) Melakukan orientasi tempat,fasilitas dan perlengkapan yang ada. Pengembangan Staff Pengembangan staf, yang berlaku sesudah orientasi. Hal ini dilakukan
untuk
melanjutkan
edukasi
secara
bebas
dan
mengembangkan potensi secara penuh dari seseorang dengan estetiks,teknis dan pendidikan profesional. c. Penghargaan Penghargaan yang bisa diberikan pada pegawai/karyawan, berupa : 1. Promosi kenaikan pangkat a) Merupakaan reward untuk individu yaang berprestasi atau kesempatan pengembangan. b) Mempertimbangkan senioritas Manfaat dari promosi yaitu : a) Mempertinggi semangat kerja bagi yang berprestasi b) Menciptakan keseimbangan c) Memotivasi. 2. Mutasi, yaitu pemindahan dari suatu pekerjaan atau jabatan lain Tujuan dari mutasi yaitu : 1) Pengembangan 2) Mengurangi kejenuhan 3) Reorganisaasi 4) Memperbaiki penempatan tenagaa kerja yaang kurang cocok 5) Memberi kepuasn kerja danMemperbaiki kondisi kesehatan.
3. Hambatan Dalam Ketenagakerjaan Hambatan dalam ketenagakerjaan yang biasanya muncul adalah: 1. Absensi (Kariawan Tidak Masuk Kerja) Hal ini merupakan kehilangan waktu yang mengakibaatkan kerugian secara kualitas dan ekonomi bagi instasi: a. Persentase absensi b. Jumlah hari kerja yang hilang
18
c. Jumlah hari kerja efektif
Rata-rata frekuensi absensi per tahun : 1) Total hari absen 2) Rata-rata jumlah karyawan
Faktor absensi (tidak masuk kerja) biasanya karena tempat tinggal jauh, kelompok karyawan yang banyak dan sakit. a. Pola absensi b. Sering-pendek-pendek c. Jarang- panjang d. Hari-haari tertentu.
Cara mengurangi absensi: a. Menerapkan sistem pencatatan b. Melakukan kunjungan rumah c. Memperhatikan kesejahteran karyawan d. Meningkatkan kondisi tempat kerja e. Memperbaiki suasana kerja f. Menerapkan sistem penghargaan bagi karyawan yng tidak
pernah atau sedikit absensinya. 2. Keluar Masuknya Tenaga Kerja (Turn - Over) Penghitungan dalam mengurangi turn-over dapat dilakukan pada waktu : a. Proses penerimaan karyawan b. Peningkatan penugasan c. Perubaahan job-description d. Pengembangan e. Jumlah tenaga kerja yang keluar f. Jumlah tenaga kerja dalam unit
3. Kejenuhan ( Burn - Out) Merupakan keadaaan dimana karyawaan merasa kemampuan dirinya semaakin kurang dan kerja keras menjadi kurang produktif. Hal itu biasanya disebabkan oleh: 19
a. Peran dan fungsi yang kurang jelas b. Perasaan terisolasi c. Beban kerja berlebihan d. Terlalu lama disuaatu bagian.
4. Pengembangan Staf Tujuannya adalah membantu individu untuk meningkatkan diri dalam pengetahuan, keterampilan serta pengalaman dibidangnya melalui kegiatan pendidikan berkelanjutan, prograam pelatihan dan lain sebagainya. Berbagai macaam pengembangan penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan baik pelatihan maupun pendidikan yang bermaanfaat untuk pekerjaaan, pengetahuan, ketrampilan,
serta
sikap
perawat.
Kegiaatan ini meliputi: 1. Pelatihan awal (introduction training) untuk karyawan baru 2. Orientasi pendidikan dalam pengerjaan (education on-the job) 3. Pendidikan berkelanjutan baik formal maupun non formal.
Pengaturannya : a. Di RS yang besar terdapat pada bagian tersendiri yang ada
kaitaannya pada bagian personalia b. Bagian keperawatan membuat komisi atau diklat.
5.
Perencanaan Ketenagakerjaan Keperawatan Merupakan salah satu fungsi utamaa seorang pemimpin organisasi,
termaksud organisasi keperawatan. Keberhasilan suatu organisasi saalah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Hal ini berhubungan erat dengan bagaimana seorang pimpinan merencanakan ketenagaan diunit kerjanya. Langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut Drucicter dan Gillies (1994) meliputi hal-haal sebagai berikut: a. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan diberikan. b. Menentukan
kategori
perawat
yang
akaan
ditugskaan
untuk
melaksanakan pelayaanaan keperawatan.
20
c. Menentukan
jumlah
masing-masing
kategori
perawaat
yaang
dibutuhkan. d. Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada. e. Melakukan selekssi calon-calon yng ada. f. Menentukaan tebaga perawt sesuai dengan unit atu shif. g. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan. 6. Sistem Penugasan 1) Metode Fungsional Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan pertama pada saat perang dunia ke-2 . pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
Sistem ini secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: Kelebihan: a. Menerapkan
manajemen
klasik
yang
menekankan
efisiensi,
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik. 21
b. Perawatan senior menyibukkan diri dengan tugas manejerial sedangkan perwaatan pasien diserahkan kepadaperawaat junior dan atau perawat yang belum berpengalaman. c. Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Kelemahan: a. Tidak memberikan kepuasab pada pasen maupun perawat. b. Pelayanan keperaawaatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperaawatan. c. Persepsi perawat cenderung terhadap tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja. 2) Keperawatan Tim Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan
konsep
kooperatif
dan
kolaboratif.
Model
ini
menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda. Sistem ini mempunyai kelebihan daan kekurangan sebagai berikut Kelebihan: a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan. c. Memungkinkan komunikasi aantar tim,sehingga konflik mudah diataasi dan memberi kepuasaan kepada anggotaa tim. Kelemahaan: Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk anggota konferensi tim,yang biasaanya membutuhkanwaktu karna sulit untuk melaksanakan nya pada waktu – waktu sibuk.
22
a. Konsep Keperawatan Tim Secara garis besar, konsep keperawatan tim ini terdiri atas beberapa poin yang harus dilaksanakan yaitu: 1. Ketua
tim
sebagai
perawat
professional
harus
mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. 2. Komunikasi yang efektif sangat penting, agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin. 3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. 4. Peran Kepala ruangan dalam metode ini snagat penting. Artinya, metode tim ini akan berhasil dengan baik hanya bila didukung oleh kepala ruangan. b. Tanggung jawab anggota tim Tanggung jawab anggota tim yaitu: 1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya. 2. Bekerja sama dengan anggota tim dan antar tim. 3. Memberikan laporan. c. Tanggung jawab ketua tim Tanggung jawab ketua tim, yaitu: 1. Membuat perencanaan. 2. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi. 3. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien. 4. Mengembangkan kemampuan anggota. 5. Menyelenggarakan konferensi. d. Tanggung jawab kepala ruangan Secara garis besar, tanggung jawab kepala ruangan terbagi menjadi empat,
yaitu
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
dan
pengawasan. 1. Perencanaan
23
Perencanaan seharusnya menjadi tanggung jawab kepala ruangan pada tahap perencanaan. Tugas bagian perencanaan ialah : -
Menunjuk ketua tim untuk bertugas di ruangan masing-masing.
-
Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
-
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, seperti pasien gawat, pasien transisi, atau pasien persiapan pulang, bersama ketua tim.
-
Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, serta mengatur penugasan/penjadwalan.
-
Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
-
Mengikuti
visite
dokter
untuk
patofisiologi, tindakan medis
mengetahui
kondisi,
yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. -
Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan. Dalam hal ini yang dapat dilakukan yaitu membimbing pelaksanaan asuhan
keperawatan,
membimbing
penerapan
proses
keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk. -
Membantu mengembangkan niat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan diri.
-
Membantu membimbing peserta didik keperawatan
-
Menjaga terwujudnya visi dam misi keperawatan dan rumah sakit.
2. Pengorganisasian Tahap pengorganisasian dalam melaksanakan tugas meliputi : -
Merumuskan metode penugasan yang digunakan
-
Merumuskan tujuan metode penugasan 24
-
Membuat rentang kendali kepala ruangan yang membawahi dua ketua tim dan ketua tim yang membawahi 2-3 perawat.
-
Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
-
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
-
Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.
-
Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
-
Mendelegasikan tugas saat tidak berada di tempat kepada ketua tim.
-
Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
-
Mengatur penugasan jadwal pos dari pakarnya.
-
Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan
3. Pengarahan Tahap pengarahan meliputi: -
Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
-
Member pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik.
-
Memberikan
motivasi
dalam
peningkatan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. -
Menginformasikan
hal-hal
yang
dianggap
penting
dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien. -
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
-
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melakukan tugasnya.
-
Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
4. Pengawasan a. Pengawasan langsung terbagi menjadi dua bagian, yaitu: -
Melalui komunikasi
25
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Melalui supervise Supervisi dapat dilakukan dengan cara: Pengawasan langsung melalui inspeksi , mengamati sendiri, atau
melalui
laporan
secara
lisan
dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga. b. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan). Selain itu, mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas. 5. Evaluasi
yaitu
mengevaluasi
upaya
pelaksanaan
dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim. 3) Keperawatan Primer Adalah metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawaatan pasien. Secara garis besar sisstem keperawatan primer memilikiu kelebihan dan kekurangan sebaagai berikut:
26
Kelebihan : a. Bersifat kontinu dan kompeherensif b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit (Gillies,1989). Kelemahan: Hanya dapat dilaakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan
yang
memadai
dan
kriteria
asertif,
self
direction,memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yangf tepat,
menguasai
keperawatan
klinik,akuntabel,serta
mampu
berkolaborasidengan berbagai disiplin. 4) Manajemen Kasus Dalam model ini perawat ditugaskaan untuk melayani seluruh kebutuhn pasien saat berdinas. Hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawatan privat atau untuk perawataan khusus seperti ruang isolasi dan intensive care. Manajemen kasus secara umum mempunyai kelebihaan dan kekurangan sebagai berikut: Kelebihan: a. Perawat lebih memahami kasus per kasus b. Sistem evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah
27
Kekurangan: a. Perawat penanggung jawab belum dapat teridentifikasi b. Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama. 7. Penjadwalan Penentuan pola dinas dan libur untuk karyawan pada suatu bangsal atau unit tertentu. Pertimbangan pimpinan dalam penjadualan: a. Berapa lama jadwal disiapkan b. Hari apa kalender penjadwalan mulai c. Hari libur atau mingguan dapaat dipecah / beruntun d. Waktu kerja maksimum dan minimum e. Berapa lama waktu untuk mengajukan libur mingguan /cuti Prinsip Penjadwalan a. Keseimbangan kebutuhan tenagaa dan pekerjan serta rekreasi b. Siklus penjadualan serta jam kerja adil antar staf c. Semua karyawan ditugaskan sesuai siklus d. Bila jadwal sudah dibuat penyimpangan dilakukan melalui surat permohonan 28
e. Jumlah tenaga serta komposisi cukup untuk tiap unit atau shif f. Jadwal harus dapat meningkatkan perawatan yang berkesinambungan dan pengembangan kerja tim. Hal Yang Perlu Diperhatikan pada Penjadwalan Jadwal dikembangkan bersifat relatif permanen didasarkan kebutuhan. a. Perawat dapat mengantisipasi waktu libur mereka karna jadwal dikembangkan untuk kurung waktu 6-12 bulan b. Perencanaan personeldibuat sesuai dengan alasan daan kenyataan c. Dapat dimodifikasi untuk antisipasi periode kelebihan beban kerja atau bersifat sementara untuk memenuhi keadaan emergensi d. Jadwal dibangun berdasarkanpersetujuan staf dan manejer e. Pola siklus jadwal dapat merefleksikan kebijakan,kelebihan beban/ menurunnya beban kerja dan pilihan staf. f. Pola siklus dievaluasisecara periodik untuk memenuhi filosofi,tujuan dan sasaaran organisasi divisi keperawatan. 8. Permasalahan Staf Berbagai permasalahn staf yang sering terjadi adalah: a. Absensi 1) Demografi ; kodrat sebagai wanita (melahirkan,menyusui) 2) Kehidupan pribadi (pengalaman traumatik atau masaalah keluarga) 3) Kebutuhan seseorang 4) Kebijakaan organisasi 5) Perencanaan
dan
penjaadwalaan
tidak
sesuai
dengan
keinginannya. b. Upaya mengatasinya 1) ada daftar hadir 2) pola absen individu 3) pengembangan ketrampilan 4) sistem penghargaan dan 5) sediakan pengobataan. 29
“Turn – over” (keluar masuk) Terjadi karna tidak ada kesesuaiaan kebutuhan organisasi terhadap tenaga dengan kebutuhan tenaga terhadap harga diri, aktualisasi diri, pengembaangan dan lainlain. Faktor-faktor yang berhubungan: a. Kondisi ekonomi secara umum b. Kondisi pasaran pegawai setempat c. Keamanan dan keselamatan kerja d. Kebijakaan sistem pelayann yang berlaku Cara mengatasi: a. Perbaikan uraian kerja b. Perubahansistem rekruitmen c. Penempatan yang tepat d. Program orientasi dan e. Penjadwalan “Burn – out” (kejenuhan) Terjadi karna individu merasa tidak mampu mengatasi maslah aataau tidak produktif: a. Tidak yakin terhadaap peran dan tanggung jawabnya b. Merasa kurang diperhatikan c. Tidak tahu berbuat apa setelah berupaya semaksimal mungkin Mengatasi burn-out: a. Mobilisasi karier b. Cross training c. Mobilisasi dinas 9. Sistem Klasifikasi Dan Menentukan Kebutuhan Staf Perawat Menurut hubert (1996) adalah Pengelompokan pasien sesuai dengan standar pengkajian pelayanan keperawatan yang dibutuhkan. Sedangkan menurut Gillies (1994) adalah pengelompokan pasien menurut jumlah dan kompleksitas pelayanan yang dibutuhkan. 30
Tujuan klasifikasi pasien : a. Menentukan jumlah dan jenis staf yang dibutuhkan b. Menentukan sistem penugasan yang efektif c. Menentukan anggaran biaya pelayanan keperawaytan yang sebenarnya d. Memberi
kemampuan
pada
manajer
keperawatan
untuk
mengendalikan dan menguasai pelayanan e. Keberimbangan produkrifitas output dan input. 10. Menentukan Jam Keperawatan Data klasifikasi pasien, beban kerja dianalisa setiap hari selama seminggu (kritikal care) untuk menentukan kebutuhan staf. Jumlah jam keperawatan dibutuhkan pasien sehari adalah jumlah total kebutuhan keperawatan dalam unit dibagi dengan jumlah pasien. Misalnya: 26 pasien dengan jumlah jam keperawatan 109,5 jam sehingga rata-rata jumlah jam keperawatan 5,3 jam. 11. Menentukan Kebutuhan Staf Perawat Berbagai metode perhitungan tenaga perawat dapat digunakan namun prinsip dasar nya dapat mencakup beberapa hal dibawah ini : Perhitungan tenaga keperawatan dasar pada : a. Derajat ketergantungan pasien b. Kualifikasi pasien (SC, PC, TC, IC) c. Jumlah jam keperawatan (2,5 jam ; 4,5 jam ; 6-6,5 jam ; 9-10 jam ) d. Efektifitas kerja perawat e. Dinas pagi 6 jam f. Dinas sore 7 jam g. Dinasmalam 9 jam Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan beberapa faktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya sebagai berikut: a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien c. Rata-rata hari perawatan klien d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan 31
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung g. Pemberian cuti. 12. Klasifikasi Klien berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Doglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai berikut: a. Kategori I: self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari 1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri 2) Makanan dan minum dilakukan sendiri 3) Ambulasi dengan pengawasan 4) Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift 5) Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil 6) Perawatan luka swederhana b. Kategori II: Intermediate care/perawatan partial, memerlukan 3-4 jam/hari 1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu 2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam 3) Ambulasi dibantu 4) Pengobatan dengan injeksi 5) Klien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran dicatat 6) Klien dengan infuse dank lien dengan pleura pungsi
c. Kategori III: Total care/Intensif care, memerlukan 5-6 jam/hari 1) Semua kebutuhan klien dibantu 2) Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan 3) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam 4) Makan dan minum melalui selang lambung 5) Pengobatan intravena “perdrip” 6) Dilakukan suction 7) Gelisah/disorientasi 8) Perawatan luka kompleks 32
Cara Perhitungan Jumlah dan Kategori Tenaga Keperawatan a. Metode Douglas Douglas (1983, dalam swansburg & swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, dimaan masing-masing kategori nilai standar shiftnya, yaitu sebagai berikut: Klasifikasi Pasien Jml klien
Minimal
Parsial
Total
Pagi
Sore
Malam
Pagi
Sore
Malam
Pagi
Sore
Malam
1
0,17
0,14
0,07
0,27
0,15
0,10
0,36
0,30
0,20
2
0,34
0,28
0,14
0,54
0,30
0,20
0,72
0,60
0,40
3
0,51
0,42
0,21
0,81
0,45
0,30
1,08
0,90
0,60
Dst Contoh: Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan ketergantungan parsial dan 6 orang dengan ketergantungan total. Maka jumlah perawat yang dibutuhkan: Minimal Parsial Total Jumlah Pagi 0,17 x 3 = 0,27 x 8 = 0,36 x 6 = 4,83 (5) orang 0,51 2,16 2,16 Sore 0,14 x 3 = 0,15 x 8 = 0,3 x 6 = 3,42 (4) orang 0,42 1,2 1,8 Malam 0,07 x 3 = 0,10 x 8 = 0,2 x 6 = 2,21 (2) orang 0,21 0,8 1,2 Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 orang b. Metode Sistem Akuitas Kelas I
: 2 jam/hari
Kelas II
: 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari Kelas IV : 6 jam/hari
33
Untuk tiga kali pergantian shift → pagi : sore : malam = 35% : 35% : 30% Contoh: Rata-rata jumlah klien: 1. Kelas I
: 3 orang 2 jam/hari
= 6 jam
2. Kelas II
: 8 orang x 3 jam/hari
= 24 jam
3. Kelas III
: 4 orang x 4,5 jam/hari
= 18 jam
4. Kelas IV
: 2 orang x 6 jam/hari
= 12 jam
Jumlah jam: -
60 jam
Pagi/sore = 60 jam x 35% = 2,625 orang (3 orang) 8 jam
-
Malam = 60 jam x 30% = 2,25% orang (2 orang) 8 jam
Jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang. c. Metode Gillies Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit perawatan adalah sebagai berikut:
Jumlah jam perawatan Yang dibutuhkan klien/hari
rata-rata
jumlah
x
klien/hari
-
hari libur
jumlah
Masing-masing
tiap perawat
hari/tahun Jumlah hari/tahun jam kerja
Perawat Jumlah keperawatan yang dibutuhkan/tahun = jumlah jam keperawatan yang diberikan perawat/tahun = jumlah perawat di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies: Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah: 34
1) Waktu keperawatan langsung (rata-rata 45 jam/klien/hari) dengan spesifikasi pembagian adalah: keperawatan mandiri (self care) = x 4 = 1 jam, keperawatan partial (partial care) =
¼
¼
x 4 = 3 jam,
keperawatan total (total care) = 1-1,5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensif care) = 2 x 4 = 8 jam. 2) Waktu keperawatan tidak langusng -
Menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
-
Menurut Wolfe & Young (Gillie, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari
3) Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/klien/hari = 0,25 jam/klien/hari 4) Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat disuatu unit berdasarkan rata-rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus: Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100% Jumlah tempat tidur x 365 hari -
Jumlah hari pertahun yaitu: 365 hari
-
Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu: 73 hari (hari minggu/libur = 52 hari) untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari.
-
Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam perminggu (kalau hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6,6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
-
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah
20%
(untuk
antisipasi
kekurangan/cadangan) 35
-
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45%
Contoh: Rata-rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari Rata-rata = 17 klien/hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 0rang ketergantungan parsial, dan 6 orang ketergantungan total) Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu (6 hari/minggu) jadi jumlah jam kerja perhari 40 dibagi 6 = 7 7 jam/hari Jumlah hari libur: 73 hari (52 + 8 (cuti) + 13 libur nasional)
Jumlah jam keperawatan langsung -
Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
-
Ketergantungan partial
= 8 orang x 3 jam = 24 jam
-
Katergantungan total
= 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam
= 63 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung 17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Pendidikan kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
sehingga jumlah total jam keperawatan/klien/hari: 63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 jam/klien/hari
Jumlah tenaga yang dibutuhkan: 4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang (15 orang) (365 – 73) x 7
2044
Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15+3 = 18 orang/hari Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45% = 10 : 8 orang d. Metode Swansburg Contoh: 36
Pada satu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata-rata perhari Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam/klien/hari 1) Total jam perawat/hari: 17 x 5 jam = 85 jam 2) Total jam kerja / minggu = 40 jam Jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift/minggu Jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang. (jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang) Menurut Wartsler dalam Swansburg dan Swansburg (1999), merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari → pagi : siang : malam = 47% : 36% : 17% Sehingga jika jumlah total staf keperawatan / hari = 14 orang -
Pagi
: 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
-
Sore
: 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
-
Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang
37
13. Standar Perlengkapan Ruang Rawat Inap Menurut Depkes 2007 No.
Nama Ruangan
1.
Ruang Perawatan
2.
Ruang Stasi Perawat (;Nurse Station)
3.
Ruang Konsultasi
4.
Ruang Tindakan
5.
R. Administrasi/ Kantor
6.
R. Dokter
7. 8.
Fungsi Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam. Ruang utk melakukan perencanaan, pengorganisasian asuhan dan pelayanan keperawatan (pre dan post-confrence, pengaturan jadwal), dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien
Besaran Ruang / Luas Tergantung Kelas & keinginan desain, kebutuhan ruang 1 tt min. 7.2 m2 Min. 8 m2 (Ket : perhitungan 1 stasi perawat untuk melayani maksimum 25 tempat tidur)
Ruang untuk melakukan konsultasi oleh profesi kesehatan kepada pasien dan keluarganya. Ruangan untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa tindakan invasive ringan maupun noninvasive
9-16 m2
3~5 m2/ petugas (min.9 m2)
Ruang Perawat
Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan pasien di Ruang Rawat Inap, yaitu berupa registrasi & pendataan pasien, penandatangan-an surat pernyataan keluarga pasien apabila diperlukan tindakan operas Ruang Dokter terdiri dari 2 bagian : 1. Ruang kerja, 2. uang istirahat/kamar jaga Ruang istirahat perawat
Ruang kepala instalasi rawat inap
Ruang tempat kepala ruangan melakukan
8-16 m2
12-25 m2
Kebutuhan Fasilitas Tempat tidur pasien, lemari, nurse call, meja, kursi, televisi, tirai pemisah bila ada, (sofa untuk ruang perawatan VIP). Meja, Kursi, lemari arsip, lemari obat, telepon/intercom Tersedia peralatan keperawatan sesuai dengan kemampuan pelayanan yang ada, alat monitoring untuk pemantauan terus menerus fungsi2 vital pasien. Meja, Kursi, lemari arsip, telepon/intercom, peralatan kantor lainnya Lemari alat periksa & obat, tempat tidur periksa, tangga roolstool, wastafel, lampu periksa, tiang infus dan kelengkapan lainnya. Meja, Kursi, lemari arsip, telepon/ intercom, komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
9-16 m2
Tempat tidur, sofa, lemari, meja/kursi, wastafel.
9-16 m2
Sofa, lemari, meja/kursi, wastafel Lemari, meja/kursi, sofa, komputer, printer dan
38
9.
Ruang Linen Bersih
10.
Ruang Linen Kotor
11.
Gudang Kotor (Spoolhoek/Dirty Utility
12.
KM/WC (pasien, petugas, pengunjung
manajemen asuhan dan pelayanan keperawatan diantaranya pembuatan program kerja dan pembinaan. Tempat penyimpanan bahan-bahan linen steril/ bersih. Ruangan untuk menyimpan bahan-bahan linen kotor yang telah digunakan di r. perawatan sebelum dibawa ke r. cuci (;Laundry). Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan. Spoolhoek berupa bak/ kloset yang dilengkapi dengan leher angsa (water seal). KM/WC
peralatan kantor lainnya
Min. 4 m2
Lemari
Min. 4 m2
Bak penampungan linen kotor
4-6 m2
Kloset leher angsa, keran air bersih (Sink) Ket : tinggi bibir kloset + 80-100 m dari permukaan lantai
KM/WC pria/wanita luas 2
Kloset, wastafel, bak air
2
13.
Dapur Kecil (;Pantry)
14.
Gudang Bersih
15.. Janitor/ Ruang Petugas Kebersihan
16.
Ruang Evakuasi Pasien
Sebagai tempat untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi petugas di Ruang Rawat Inap RS. Ruangan tempat penyimpanan alat-alat medis dan bahan-bahan habis pakai yang diperlukan. Ruang untuk menyimpan alat-alat kebersihan/cleaning service. Pada ruang ini terdapat area basah. Ruangan untuk evakuasi pasien bila terjadi bencana internal pada ruang perawatan (khususnya pada bangunan bertingkat.
2
m –3m Min. 6 m2
Kursi+meja untuk makan, sink, dan perlengkapan dapur lainnya.
Min. 6 m2
Lemari
Min. 4-6 m2
Lemari/rak
Sesuai kebutuhan
Instalasi telepon, kamera CCTV
39
BAB III Pendekatan Pengkajian Terhadap Aspek Manajemen RS (Pelayanan/Asuhan Keperawatan) A. Pengumpulan Data Kuesioner Struktur Manajemen Pelayanan Keperawatan di Tingkat Ruang Perawat Berdasarkan Pengelolaan SPSS 16 Tabel 4.1 Disrtibusi Frekuensi Berdasarkan Struktur Managemen Pelayanan Keperawatan di Lontara I Atas Depan (n = 18)
Kategori penilaian
Aspek Yang Dinilai
Kurang
Baik
%
F
%
Ketenagaan (M1)
18
100
0
0
Sarana dan Prasarana (M2)
4
22.2
14
77.8
Model Asuhan Keperawatan yang digunakan
0
0
18
100
Efektifitas dan Efisiensi Model Keperawatan
6
33.3
12
66.7
Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Tanggung Jawab dan Pembagian Tugas
5
27.8
13
72.2
1
5.6
17
94.4
Timbang Terima (M3-2)
0
0
18
100
Ronde Keperawatan (M3-3)
3
16.7
15
83.3
Pengadaan Sentralisasi Obat
3
16.7
15
83.3
Alur Penerimaan Obat
12
66.7
6
33.3
Cara Penyimpanan Obat
0
0
18
100
Cara Penyiapan Obat
2
11.1
16
88.9
Penerimaan Pasien Baru (PPB) (M3-5)
2
11.1
16
88.9
Discharge Planning (M3-6)
8
44.4
10
55.6
Dokumentasi Keperawatan (M3-7)
5
27.8
13
72.2
Supervisi (M3-8)
12
66.7
6
33.3
Sentralisasi Obat (M3-4)
Model Praktek Pelayanan Profesional (MPKP) (M3-1)
F
40
KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) Kejadian Dekubitus Formula
Jumlah kejadian dekubitus Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus
X 100 %
1-30 Juni 2012 No Variabel 1
2
1 Jumlah 2 kejadian dekubitus Jumlah 9 pasien beresiko terjadi dekubitis
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9 2
10 2
tanggal 11 12 2 2
9
9
10
10
10
8
8
8
8
8
8
13 2
14 2
15 2
16 2
17 2
total 34
10
10
10
10
10
155 34/155x100% 21%
Kejadian flebitis Formula
Jumlah kejadian flebitis Jumlah pasien beresiko terjadi flebitis
X 100 %
41
1-30 Juni 2012 tanggal 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 4 4 5 4 5 5 5 4 6 6 6 8 7 7 5 91
1 1 Jumlah kejadian flebitis a. Mechanical b. Bacterial 1 c. chemical 1 2 Jumlah pasien beresiko 5 terjadi flebitis Angka kejadian felbitis = 12 x 10% 91 = 13%
Kejadian Pasien Jatuh Formula
Jumlah pasien jatuh Jumlah pasien yang beresiko jatuh
X 100 %
1-30 Juni 2012
1 2
1 Jumlah pasien 0 jatuh Jumlah pasien yang 8
7 0
8 0
9 0
tanggal 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2 0
3 0
4 0
5 1
6 0
8
8
8
8
10 10 10 10 10 9
9
9
6
6
6
6
141
42
beresiko jatuh Angka kejadian pasien jatuh
= 1 x 10% 141
= 0,7 %
Medication Error Formula Angka KTD/Sentinel dalam pemberian obat: Jumlah pasien yang terkena kejadian tidak diharapkan dalam pemberian obat Jumlah pasien pada hari tersebut Angka KNC dalam pemberian obat: Jumlah pasien yang terkena kejadian nyaris cedera dalam pemberian obat Jumlah pasien pada hari tersebut
X 100 %
X 100 %
KTD 1-30 Juni 2012 No Variabel 1
Jumlah pasien yang terkena kejadian tidak
1 0
2 0
3 0
4 0
5 0
6 0
7 0
8 0
9 0
tanggal 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total 0 0 0 0 0 0 0 0 0
43
2
diharapkan dalam pemberian obat a. tidak tepat pasien b. tidak tepat obat c. tidak tepat waktu pemberia n d. Tidak tepat dosis obat e. Tidak tepat cara pemberia n f. Tidak tepat dokumen tasi Jumlah
33 34 34 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
563
44
pasien pada hari tersebut Angka kejadian KTD
= 0%
KNC 1-30 Juni 2012 No Variabel 1
Jumlah pasien yang terkena kejadian tidak diharapkan dalam pemberian obat g. tidak tepat pasien h. tidak tepat obat i. tidak tepat waktu pemberia n j. Tidak
1 0
2 0
3 0
4 0
5 0
6 0
7 0
8 0
9 0
tanggal 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total 0 0 0 1 0 0 0 0 1
45
2
tepat dosis obat k. Tidak tepat cara pemberia n l. Tidak tepat dokumen tasi Jumlah 33 34 34 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 pasien pada hari tersebut Angka kejadian KNC = 0,1%
563
46
KEPUASAN PASIEN Formula
Jumlah pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan jumlah pasien yang dilakuukan survey pada periode tertentu
X 100 %
Sebelum dikelola-setelah dilakukan kelolaan No
Elemen Indikator
1 2 3 4 5 6
Kelengkapan dan ketetapan informasi Penurunan Kecemasan Perawat terampil profesional Pasien merasa nyaman Terhindar dari bahaya Perawat ramah dan empati Total Jumlah pasien
Waktu Pre 10 0 5 0 0 1 16 34
Angka kepuasan Post 10 2 8 3 0 2 25 34
Pre Post
= 16 x100 % 34 = 25 x 100% 34
= 47% = 73 %
47
KENYAMANAN Angka tata laksana pasien nyeri
Persentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi dalam askep= Formula
Jumlah total pasien yang terdokumentasi x 100% Jumlah total pasien perperiode waktu tertentu Persentase tatalaksana pasien nyeri
Formula
Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala 2-4 per periode waktu tertentu
x 100 %
1-30 Juni 2012 tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total 10 10 10 10 10 11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 174
1 Jumlah pasien nyeri yang terdukomentasi 2 Total pasien 33 34 34 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33
563
48
Persentase pasien dengan nyeri terdokumentasi = 174 x 100 % = 30 % 563 1-30 Juni 2012 No Variabel 1
2
tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total 10 10 10 10 10 11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 174
Jumlah tindakan perawat sebagai respon nyeri Total pasien 10 10 10 10 10 11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 nyeri skala ≥ 4 Persentase tatalaksana pasien nyeri = 174 x 100 % = 100 % 174
174
Angka kenyamanan Pasien Formula
Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol Jumlah pasien yang terdokumtasi nyeri per periode waktu tertentu
X 100 %
1-30 Juni 2012 No Variabel 1
Jumlah pasien
1 4
2 4
3 5
4 5
5 5
6 6
7 6
8 6
9 6
tanggal 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total 6 5 5 5 6 6 6 6 92
49
2
dengan nyeri terkontrol Total pasien 10 10 10 10 10 11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 yang nyeri Persentase pasien dengan nyeri terkontrol = 92 x 100 % = 53 % 174
174
KECEMASAN: IDENTIFIKASI KECEMASAN PASIEN Formula
Jumlah pasien yang cemas Jumlah pasien yang dirawat
X 100 %
1-30 Juni 2012 No
Variabel
tanggal Pre
Jumlah pasien Cemas ringan Cemas sedang 2 Jumlah pasien yang dirawat Angka kecemasan:
Post
1
Pre
: 10 X 100 % = 30% Post 34
6 4 34
6 34
: 6 x 100 % = 18% 34
50
PERAWATAN DIRI FORMULA
Jumlah Pasien yang tidak terpenuhi perawatan diri/minggu x 100% Jumlah pasien yang dirawat dengan ketergantungan total dan partial care
No
Variabel
1
Makan
2
Mandi Bersih pada
3
Porsi diet
Gigi dan Mulut Mata Rambut Kulit Kuku Telinga Tidak bau badan Perineal Berpakaian Baju dan bersih berpenampilan dan kering
Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Total 15 15 15 14 14 14 14 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 17 17 17 17 17 16 16 16 16 16 18 18 18 18 18 18 18
17 17 17 17 17 16 16 16 16 16 18 18 18 18 18 18 18
51
4
Wajah segar Eliminasi Berkemih 17 17 17 17 17 16 16 16 16 16 18 18 18 18 18 18 18 Defekasi Perawatan diri tidak 17 17 17 17 17 18 18 18 18 18 16 16 16 16 16 16 16 terpenuhi Jumlah pasien dirawat 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 dengan ketergantungan total dan partial care
287 374 287/374x100% 76%
PENGETAHUAN Pengetahuan Tentang Perawatan Penyakitnya
FORMULA
Jumlah Pasien yang kurang penegtahuan x 100% Jumlah pasien yang dirawat pada priode tertentu
Sebelum dikelola – Setelah di kelola No 1 2
Variabel Jumlah Pasien yang kurang pengetahuan Total Pasien
Tanggal Pre Post 20 11 34 34
52
Angka Pengetahuan Pre
: 20
x 100% = 58%
34 Post
: 11 x 100% = 32% 34
53
B. Analisa SWOT ANALISIS SWOT
Strenght Rumah Sakit
Weakness
1) RSWS
Opportunity
Threatened
memiliki 1) RSWS memiliki lift di 1) RSWS terletak di wilayah yang 1) RSWS merupakan rumah sakit
Wahidin
kelengkapan
Sudirohusodo
perangkat
IGD dan di bangsal yang
strategis,
manajemen seperti struktur
sudah
memadai
dengan RSUH, PCC, RS Gigi
sehingga
organisasi,
sehingga
menghambat
dan Mulut Halimah Dg. Sikati,
Rumah Sakit yang semakin
jalan poros propinsi, Fakultas
kuat.
tugas
pokok
dan fungsi.
dalam ambulasi pasien.
2) RSWS
menerima 2) RSWS
mahasiswa
praktik
dari
berbagai institusi 3) RSWS
tidak
memiliki
tenaga
medis dan paramedis yang
memiliki
peralatan
medis
yang
yaitu:
berdekatan
yang
semakin
berkembang
persaingan antar
Kedokteran (Prodi Keperawatan, 2) RSWS merupakan RS yang dan
telah terakreditasi oleh JCI
tidak diperbaharui dan
Kedokteran Hewan), Fakultas
sehingga tingkat kewaspadaan
menghambat
Kedokteran
kerja
dalam
pemeriksaan penunjang.
sangat mencukupi untuk 3) RSWS
Fisioterapi,
Psikologi,
Gigi,
Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Fakultas
harus
di
minimalkan.
memiliki
Farmasi,
peralatan seperti kursi
Provinsi,
Laboratorium
pemberian
kepada masyarakat sesuai
roda,
Kesehatan, dan Balai Teknik
profesional
dengan kapasitas pasien
masih kurang di semua
Kesehatan Lingkungan.
tinggi dengan status rumah
yang datang berobat.
ruangan.
memberikan
pelayanan
brangkar
yang
Dinas
yang
Balai
Kesehatan 3) Tuntutan
2) RSWS merupakan rumah sakit
sakit
masyarakat
akan
pelayanan yang
yang
semakin
bertaraf
54
4) RSWS yang
memiliki luas
lahan 4) RSWS memiliki jumlah
yang dapat dijadikan sebagai
telah
sarana pendidikan dan penelitian.
dan
medis dan para medis
membagun gedung-gedung
yang
baru (Cardiac Centre) yang
terutama
dapat menunjang kekuatan
perawatan
RSWS di mata publik.
rujukan
Indonesia
ruang
tenaga-tenaga kesehatan.
4) RSWS memiliki kerjasama yang baik dengan Fakultas kesehatan
pegawai di ruangan yang
yang berada di UNHAS Fakultas
wilayah
bertugas di administrasi
Kedokteran
pada
masih kurang sehingga
Keperawatan UNHAS
Timur
semua
memiliki
sistem
data
perawat
informasi kesehatan yang
mengimputnya
sudah
komputer.
berjalan
kurang 3) Adanya Program pelatihan untuk
memiliki
semua penyakit. 6) RSWS
di
5) RSWS
5) RSWS yang merupakan pusat
masih
dengan
internasional.
yang
menaungi
pasien yang dalam
baik, dapat dilihat dari cara memperoleh
informasi
yang cepat dan akurat. Selain itu dapat dilihat dari validitas
data
di
unit
Rekam Medik dan Sistem Informasi
Manajemen
55
Rumah
Sakit
(SIMRS)
yang yang cukup tinggi.
7) RSWS
dalam
absensi
pegai menggunakan finjer prin. Ruang Lontara 1 1) Terdapat banyak tenaga atas depan
1) Tenaga perawat masih 1) Terjalin kerjasama yang baik 1) Tuntutan
medis profesional dengan
kurang
masing-masing
siftnya
disiplin
ilmu .
dalam sesuai
teori
2) Terdapat
tenaga
keperawatan
setiap dengan
ketergantungan pasien 2) Fasilitas perawatan yang
kualifikasi pendidikan S1
belum memadai dalam
berjumlah
melakukan
orang,
pendidikan DIII berjumlah 14 orang. 3) Dukungan
dari
bidang keperawatan
kepala
rumah sakit.
profesional
melanjutkan
pengembalian
akan
pelayanan yang
semakin
tinggi dengan status RS yang terakreditasi oleh JCI.
pendidikan/mengikuti pelatihan khusus bagi staff perawat.
tindakan 3) Adanya
keperawatan.
3) Jadwal
pemberian
douglas 2) Terbukanya kesempatan untuk
yang
5
antar RWS Unhas dengan pihak
masyarakat
mahasiswa
S1
keperawatan yang berpraktek di ruang perawatan tersebut
linen tidak tepat waktu.
pelayanan untuk
menerapkan metode TIM dalam ruangan.
56
4) Hubungan kepala ruangan dengan anggota baik 5) Hubungan antar perawat terjalin dengan baik
6) Hubungan antar perawat dan tim kesehatan lain (kemampuan
kolaborasi)
baik.
Sarana
dan 1) Tersedianya nurse station. 1) Fasilitas
Prasarana serta 2) Jumlah Ketenagaan
tenaga
dengan
perawatan 1) Ada
hubungan
belum memadai dalam
dengan
klasifikasi S1 berjumlah 6
melakukan
institusi/perusahan
orang, pendidikan DIII 14
keperawatan.
orang.
3) Format
penunjang asuhan
keperawatan
yang sudah
(pengkajian, dll).
ada
lembaga
dalam
mahasiswa
siftnya dimana perawat
melakukan
menangani
Manajemen Keperawatan.
dengan HCU
kamar
1 orang 4) Sebagai
dengan ketergantungan yang berbeda-beda.
3) Tingkat pendidikan DIII
atau
pengadaan alat secara berkala.
3-4 orang dalam setiap 3) Adanya
7
sama 1) Masih adanya keterbatasan
praktik
sarana
fasilitas berupa sarana dan prasarana yang tersedia di
2) Kebijakan ruangan
2) Perawat hanya memilik
pelaksanaan
profesional
tindakan
kerja
yang profesi
pendidikan,
pelatihan dan penelitian
ruang HCU memungkinkan keterbatasan prosedur
pelaksanaan yang
menyebabkan bentuk
tersedia
berkurangnya
pelayanan
yang
diberikan. 2) Tarif RS yang masih terasa tinggi
(berlaku
umum)
dibanding tarif RS lainnya
57
lebih dominan dari pada
yang statusnya sama dengan
S1 Ners.
RS. Wahidin Sudirohusodo 3) Birokrasi ruangan yang masih terasa
rumit
baik
dalam
kepengurusan
administrasi,
obat-obatan
dan
lain
sebagainya.
Dokumentasi Keperawatan
1) Tersedia
sarana
dan
1) Pendokumentasian
Adanya mahasiswa S1
1) Adanya tuntutan yang lebih
prasarana untuk pasien
proses
Keperawatan yang praktek di
tinggi dari masyarakat untuk
dan
keperawatan/ASKEP
ruangan tersebut.
mendapatkan pelayanan yang
tenaga
(Format
kesehatan Pengkajian,
Implementasi, Kuesioner
evaluasi, tingkat
kepuasan pasien, dll).
belum
optimal
dikarenakan
lebih professional.
format
yang digunakan masih sementara dan masih perlu
refisi
mencakup
guna seluruh
aspek kebutuhan/keluhan pasien.
2) Penggunaan
lembar
58
flowsheet pada setiap pasien di ruang HCU belum ada
Timbang Terima (Operan)
1) Timbang terima (Operan) Isi materi timbang terima
1) Adanya dukungan dari bagian
1) Adanya tuntutan yang lebih
sudah dilaksanakan pada terfokus pada masalah perawat ke perawat dan medis
pelayanan perawatan RSWS
tinggi dari masyarakat untuk
dan
mendapatkan pelayanan yang
operan di depan pasien
peningkatan mutu pelayanan
lebih
professional
setiap pergantian shift.
keperawatan
status
rumah
2) Tenaga/staf keperawatan
rumah
sakit
dalam
dengan
sakit
yang
berstandar internasional.
telah mengikuti pelatihan MPKP
3) Operan
dilaksanakan
sesuai dengan jadwal.
59
60
C. Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang didapatkan adalah: 1. Masih terdapat beberapa peralatan pasien yang kurang tersedia, misalnya tiang infus, rostur 2. Fasilitas untuk pasien masih kurang memuaskan, mis. tempat tidur yang sudah rusak masih tetap digunakan. 3. Timbang terima antar perawat ke pasien masih kurang 4. Isi laporan timbang terima hanya mengenai implementasi yang telah dilakukan dan rencana tindak lanjut. 5. Perawat kurang memberi informasi ke pasien tentang indikasi obat yang diberikan 6. Tidak tersedianya buku penerimaan obat 7. Tidak tersedianya buku cek alat/obat 8. Obat diberikan tanpa label, hanya ditulis di spoit. 9. Pembagian tugas dalam PPB belum ada dalam TIM 10. Perawat masih kurang memberi informasi kesehatan kepada pasien dan keluarga. 11. Tersedia leaflet tetapi kurang dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga. 12. Masih ada beberapa perawat yang menggunakan model yang sudah lama dalam pengisian status. 13. Masih banyak perawat DIII yang belum melakukan pelatihan 14. Supervisi jarang dilakukan secara langsung, sehingga perawat banyak yang kurang mengetahui tentang supervise.
61
D. Perencanaan (Plan of Action) PLAN OF ACTION (POA) Tujuan
Kegiatan Survey struktur manajemen pelayanan keperawatan
Analisis Mutu Pelayanan
-
-
Umum Untuk memperoleh hasil pengelolaan mengenai struktur manajemen pelayanan keperawatan
Untuk mengetahui mutu pelayanan keperawatan
Khusus - Untuk memperoleh hasil pengelolaan mengenai: 1. Ketenagakerjaan 2. sarana dan prasarana 3. MPKP 4. Timbang terima 5. Ronde Keperawatan 6. Sentralisasi obat 7. Penerimaan pasien baru, 8. Discharge planning, 9. Dokumentasi keperawatan 10. Supervisi - Untuk mengidentifikas i mutu pelayanan “patient safety” mengenai:
26
27
MINGGU I 28 29 30
31
2
MINGGU II 3 4 5 6
7
9
10
MINGGU III 11 12 13
14
Sasaran
Lokasi
Perawat 18 org Pasien 34 orang
L. 1 AD
-
-
34 Pasien
L.1 AD
-
Indikator Keberhasilan 75% perawat mengetahui pengelolaan struktur manajemen pelayanan keperawatan 85% pasien menyampaikan pendapatnya mengenai pelayanan keperawatan yang diberikan oleh petugas kesehatan
85% Pasien Safety dapat terpenuhi.
62
1. 2. 3. 4. 5. Seminar Awal
-
Mempresenta sikan hasil survey dan analisa data yang telah didapatkan
-
Dekubitus Flebitis Pasien jatuh Kenyamanan Kepuasan pasien Menguraikann kekurangan dan kelebihan yang ditemukan dengan tujuan untuk pengambangan ruang perawatan
- Untuk memantau tingkat ketergantungan pasien sesuai kebutuhannya - Untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien. - Mengetahui - Mengetahui kelengkapan kelengkapan alat alat yang yang disediakan disediakan oleh RS oleh RS
CI lahan/Inst itusi Katim PP Kabid RS
R. Perte muan RSP L.2
-
-
Role Play - Untuk berdasarkan memantau shift pasien selama 24 jam - Untuk membentuk sebuah tim dalam memberikan pelayanan keperawatan
Mahasisw Pasien
L.1 AD
Pembuatan buku laporan linen dan pengecekan
Mahasisw Perawat
L.1 AD
-
-
Masalah yang dipaparkan dalam presentasi dapat diselesaikan dan didiskusikan bersama. Sasaran dalam kegiatan ini dapat hadir. 75% pasien mengemukakan kepuasannya terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan oleh petugas kesehatan
80% kebutuhan linen terpenuhi untuk pasien.
63
linen Ronde dan Supervisi
Penyuluhan Kesehatan “Gagal Ginjal, HD, dan Nutrisi”
Analisa Data dan penyajian mutu pelayanan
Seminar Akhir
- Melaksanakan proses ronde dan supervisi - Menyampaika n informasi kesehatan kepada pasien dan keluarga
Melaksanakan proses ronde dan supervisi
Pasien dan keluarga mengetahui tentang gagal ginjal, hemodialisa, dan nutrisi - Pasien dan keluarga melaksanakan program hemodialisa - Untuk - Menguraikan menguraikan hasil survey hasil survey mutu pelayanan mutu keperawatan pelayanan selama 3 minggu kesehatan baik individu maupun populasi selama 3 minggu - Mempresentasi - Menguraikan kan hasil kelebihan dan survey dan kekurangan analisa data pelayanan yang telah keperawatan didapatkan yang didapat di ruang perawatan (administrasi, askep, sarana dan
Mahasisw a, Karu, dosen
L.1 AD
keluarga pasien
L.1 AD
Perawat dan pasien
L.1 AD
- 80% perawat mampu melaksanaakan implementasi dalam mencapai suatu perbaikan yang lebih baik
Diklat RSWS L.3
- 80% perawat mampu melaksanaakan implementasi dalam mencapai suatu perbaikan yang lebih baik
CI lahan/Inst itusi Katim PP Kabid RS
-
80% mahasiswa mampu melakukan ronde dan supervise. - 80% pasien dan keluarga mengetahui dan melaksanakan program hemodialisa
64
prasarana, ketenagaan, MPKP, timbang terima, dll) Ket.
Jadwal pelaksanaan Lanjutan pelaksanaan
65
BAB IV Pelaksanaan Kegiatan dan Evaluasi A. Tahap Implementasi 1. Hasil Survey Data dari tabel distribusi frekuensi menunjukkan bahwa ketenagaan perawat yang ada di Lontara 1 Atas Depan masih kurang yaitu sekitar 100% hal ini sesuai dengan jumlah ketenagaan perawat yang masih kurang dibandingkan dengan pasien yang ada. Dari hasil perhitungan Douglas (dalam Swansburg & Swansburg, 1999) didapatkan bahwa jumlah perawat yang sesuai setiap hari adalah sekitar 16 orang perawat/hari sedangkan dari hasil survey didapatkan bahwa jumlah perawat yang bertugas setiap hari hanya 11 orang baik dari TIM A, B, maupun HCU. Data dari tabel distribusi frekuensi menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Lontara 1 Atas Depan dalam memenuhi kebutuhan perawat dan pasien berada dalam kategori baik (77.8%) dengan kelengkapan alat/ATK yang tersedia baik dari lemari obat maupun jumlah tempat tidur setiap kamar, tetapi sekitar 22.2% masih dalam kategori kurang baik dari segi perlengkapan pasien seperti tiang infus yang masih kurang dan beberapa tempat tidur yang sudah tidak layak pakai karena dapat menimbulkan resiko cedera pada pasien misalnya penghalang tempat tidur yang tidak ada dengan kategori pasien parsial. Model asuhan keperawatan yang digunakan berdasarkan MPKP berada dalam kategori baik (100%) yang sesuai dengan standarisasi rumah sakit yang bertaraf international dan efektifitas serta efisiensi model keperawatan dalam menjalankan pelayanan keperawatan kategori baik (66.7%). Distribusi frekuensi menunjukkan bahwa model asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam pelayanan rumah sakit sebagian besar dalam kategori baik (72.2%) dan tanggung jawab dan pembagian tugas yang dirasakan oleh perawat menunjukkan kategori baik (94.4%). System timbang terima antara perawat dengan perawat dan perawat ke pasien seluruhnya baik (100%) dimana setiap melakukan operan jaga dicatat di buku laporan dan diserahkan ke shift selanjutnya kemudian operan dilakukan ke 66
pasien setiap ruangan dan ronde keperawatan dapat dijalankan dengan baik (83.3%) tetapi perawat masih kurang memahami jalannya ronde keperawatan (16.7%). Sentralisasi obat dalam hal alur penerimaan obat masih kurang yaitu sekitar 66.7% dimana dari hasil survey bahwa kebanyakan obat pasien tidak tersedia atau keterlambatan dalam penerimaan obat dari farmasi ke ruang perawatan sehingga kebutuhan obat pasien mengalami keterlambatan. Hal ini dikarenakan jumlah ketenagaan farmasi dalam menyampaikan obat masih rendah sehingga terkadang pasien yang harus mengambil obatnya sendiri ke depo farmasi ataukah perawat yang mengambilkannya sedangkan menurut Depkes RI (2007) menyatakan bahwa alur penerimaan obat harus dilakukan antara farmasi ke perawat. Penerimaan pasien baru yang datang ke ruang inap Lontara 1 Atas Depan sebagian kecil menunjukkan kategori baik
(88.9%) tetapi berdasarkan hasil
kuetioner kebanyakan perawat (11.1%) menyatakan bahwa belum ada pembagian tugas dalam penerimaan pasien baru. Discharge planning sebagian berada dalam kategori baik (55.6%) dimana berdasarkan hasil survey bahwa discharge planning dilakukan diawal saat pasien baru masuk sehingga semua data mengenai pasien sudah terakumulasi dengan baik. Pendokumentasian semua pasien sebagian besar kategori baik (72.2%) dimana dalam pengisian format dokumentasi pasien dapat dilakukan tanpa membebani pekerjaan perawat. Namun, supervise dalam ruangan masih kurang (66.7%) karena dalam pelaksanaannya masih dilakukan perorang dimana Karu sebagai supervisor hanya dapat memantau kinerja perawat dan melakukan supervise apabila kinerja perawat tidak sesuai dengan standar ruangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa struktur manajemen yang dijalankan Lontara 1 Atas Depan sebagian besar sudah baik, namun terdapat beberapa kekurangan baik dari segi ketenagaan, alur penerimaan obat, dan supervise yang perlu untuk diperhatikan dimana diketahui bahwa Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo sudah bertaraf international. 67
Struktur Manajemen Pelayanan Keperawatan di Lontara 1 Atas Depan Berdasarkan Observasi Tabel 4.2 Hasil Observasi Struktur Manajemen Pelayanan Keperawatan di Lontara 1 Atas Depan
Ketenagaan (M1)
Aspek Yang Dinilai
Tingkat Ketergantungan Pasien
Standarisasi Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari 1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri 2. Makanan dan minum dilakukan sendiri 3. Ambulasi dengan pengawasan 4. Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift 5. Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil 6. Perawatan luka sederhana. Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari 1. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu 2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam 3. Ambulasi dibantu 4. Pengobatan dengan injeksi 5. Klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat 6. Klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari 1. Semua kebutuhan klien dibantu 2. Perubahan posisi setiap 2 jam
Yang didapatkan di ruangan Jumlah Pasien Kamar 1-6: 24 Jumlah Pasien HCU: 6 Tingkat Ketergantungan: -
Kategori I: 8 pasien
-
Kategori II: 16 pasien
-
Kategori III: 6 pasien
Permasalahan: Terdapat 1 pasien dengan kategori III tidak berada dalam ruang HCU (Health Care Unit) dimana terpasang monitor, infus, oksigen, perawatan diri dibantu, observasi TTV tiap 2 jam, pengobatan intravena. Sedangkan terdapat satu pasien dengan kategori I dirawat di ruang HCU.
68
Metode
dengan bantuan 3. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam 4. Makan dan minum melalui selang lambung 5. Pengobatan intravena “perdrip” 6. Dilakukan suction 7. Gelisah / disorientasi 8. Perawatan luka kompleks. Metode TIM Metode yang digunakan
Penugasan
Lontara 1 Atas Depan ialah Metode TIM, yang terdiri dari KARU: 1 orang dinas Pagi Katim PJ A, B, HCU: 3 org dinas Pagi Shift Pagi Katim Shift A (1org) PP B (1org) Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “ (Marquis dan Huston, 1998) yang disampaikan pada Pelatihan Manajemen Unit-Bandung, 25 Maret 2008
PP HCU (1org) Shift Sore Katim Shift B (1org) PP A (1org) PP HCU (1org) Shift Malam Katim Shift HCU (1org) PP A (1org) PP B (1org) Permasalahan: Metode ini adalah metode baru yang dikeluarkan oleh peraturan dari RS Wahidin sendiri, dengan tujuan agar semua tim
69
baik Katim maupun PP mampu mengkoordinir setiap operan jaga dinas dan pemberian pelayanan asuhan keperawatan dapat berkesinambungan. Jumlah dan Kategori
Douglas (1984, dalam Swansburg Jumlah perawat: 19 orang & Swansburg, 1999) SI Ners: 5 org
Tenaga
DIII: 14 org
Keperawatan
Pelatihan: 8 org
-
KARU: Kemampuan min DIII Keperawatan pengalaman,
-
KARU: S1 Ners
-
Katim: S1 Ners (3 org)
-
PP: S1 Ners (2org), D3 (14 org)
dengan MPKP
1
-
Karu
org
dengan kemampuan S1 Ners -
dengan pengalaman -
-
Kemampuan
Keperawatan
atau
DIII SPK
-
yg
Jumlah perawat perhari tidak cukup dalam menangani 30 pasien
berpengalaman. -
Jumlah perawat/shift: 3 org
Permasalahan:
MPKP 1: S1 Ners PP:
1 KARU, 1 Katim PJ, 1 Katim Shift+2 PP
Katim: MPKP Pemula, DIII Keperawatan dgn pengalaman,
-
Jumlah perawat/hari: 11
Jumlah perawat/hari: 16 orang
dengan jumlah perawat /hari hanya 11 orang sedangkan yang dibutuhkan menurut Douglas yaitu 16 orang perawat.
Shift
Minimal
Partial
Total
Jumlah
Pagi
0.17x8 = 1.36
0.27x16 = 4.32
0.36x6 = 2.16
8 org
70
Sore
0.14x8 = 1.12
0.15x16 = 2.4
0.3x6 = 1.8
5 org
Malam
0.07x8 = 0.56
0.10x16 = 1.6
0.2x6 = 1.2
3 org 16 org
Sarana dan Prasarana
Jumlah keseluruhan perawat perhari Ruang Perawatan
Tempat tidur pasien, lemari, nurse call, meja, kursi, televisi, tirai pemisah bila ada, (sofa untuk ruang perawatan VIP).
Ruang Stasi Perawat (;Nurse Station)
Meja, Kursi, lemari arsip, lemari obat, telepon/intercom Tersedia peralatan keperawatan sesuai dengan kemampuan pelayanan yang ada, alat monitoring untuk pemantauan terus menerus fungsi2 vital pasien.
Ruang Konsultasi
Meja, Kursi, lemari arsip, telepon/intercom, peralatan kantor lainnya
Ruang Tindakan
Lemari alat periksa & obat, tempat tidur periksa, tangga roolstool, wastafel, lampu periksa, tiang infus dan kelengkapan lainnya. Meja, Kursi, lemari arsip, telepon/ intercom, komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
R. Administrasi/ Kantor R. Dokter Ruang Perawat
Tempat tidur, sofa, lemari, meja/kursi, wastafel. Sofa, lemari, meja/kursi, wastafel
Ruang kepala instalasi rawat inap
Lemari, meja/kursi, sofa, komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
Ruang Linen Bersih
Lemari
Ruang Linen Kotor
Bak penampungan linen kotor
Tempat tidur 34 bed, penyangga lepas 12 bed, lemari/pasien ada, kursi 1/pasien, tirai ada, tiang infus yang tersedia 27 dari 34 bed, alcohol swab/kamar tersedia Meja tersedia, lemari arsip, lemari obat, computer, televise, telepon, tersedia alat keperawatan lain yang mendukung mis. Buku laporan, status, alat ATK. Meja, kursi, lemari arsip, telepon, peralatan lain mis. Status, komputer Tidak Tersedia
Bersama dengan Nurse Station, perawat yang bertindak sebagai administrator. Tempat tidur, sofa, lemari, meja/kursi, wastafel.
Sofa, lemari, meja/kursi, wastafel, tempat tidur Lemari, meja/kursi, sofa, komputer, printer dan peralatan kantor lainnya
Lemari linen, buku control linen tidak dijalankan, linen bersih jarang tersedia. Bak penampung linen kotor ada 2 macam, non infesi dan infeksius
71
Gudang Kotor (Spoolhoek/Dirty Utility KM/WC (pasien, petugas, pengunjung Dapur Kecil (;Pantry) Gudang Bersih Janitor/ Ruang Petugas Kebersihan Ruang Evakuasi Pasien
Kloset leher angsa, keran air bersih (Sink) Ket : tinggi bibir kloset + 80-100 m dari permukaan lantai Kloset, wastafel, bak air
Berdekatan dengan WC umum
Kloset, bak air, sabun tidak ada
Kursi+meja untuk makan, sink, dan perlengkapan dapur lainnya. Lemari
Kursi, meja, kulkas, wastafel
Lemari/rak
Lemari/rak
Instalasi telepon, kamera CCTV
Instalasi telepon
Tidak tersedia
72
2. Penerapan MPKP a. Role Play ROLE PLAY MAHASISWA PROFESI NERS A UNHAS BAGIAN MANAGEMEN KEPERAWATAN LONTARA 1 ATAS DEPAN RS. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Nama Mahasiswa
Senin 2/02/2015
Selasa 3/02/2015
KARU
PA
PP siang
Jumat 06/02/2015
Sabtu 07/02/2015
PP malam
PP siang
PP siang
1
Ahmad Dahlan Syam
2
Sutriani
PP siang
KARU
PA
PP siang
PP malam
PP siang
3
Helma Pelu
PP siang
PP siang
KARU
PA
PP pagi
PP malam
4
Elly Hastuti
PP malam
PP siang
PP pagi
KARU
PA
PP pagi
5
Wahyuni Tahir
PP pagi
PP malam
PP siang
PP pagi
KARU
PA
6
ST. Musdalifah Ahmad
PA
PP pagi
PP malam
PP siang
PP siang
KARU
Ket.
LANJUT MINGGU III
No.
JADWAL DINAS Rabu Kamis 4/02/2015 5/02/2015
Makassar, 2 Februari 2015,
Koordinator Lahan Lontara 1 Atas Depan.
73
b. Kasus Kelolaan FORMAT PENGKAJIAN PASIEN Tn. AL DENGAN SINDROM NEFROTIK LONTARA I ATAS DEPAN (INTERNA) RS. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR A.
Identitas Pasien Nama Pasien
: A. Lasmana
Usia
: 22 tahun
Tanggal Lahir : 01/05/1993
Tanggal masuk
: 27/12/2014
No. RM
: 694465
Dari
: IGD RSWS
Suku Bangsa
: Kendari
Tanggal Pengkajian : 26/01/2015
Jenis Kelamin : Laki-laki B.
Keluhan Utama: Sesak dan lemas
C.
Riwayat Keluhan Utama:
Waktu
: 09.00 WITA
Dirasakan sejak 1 bulan yang lalu saat masuk di rumah sakit dimana pasien merasa badannya sulit untuk digerakkan karena terasa kaku pada tangan maupun pada kaki, rasa tidak nyaman pada mulut sehingga muntah apabila makan, sulit menelan dan nafsu makan berkurang. Rasa sesak dirasakan terutama pada malam hari tetapi akan menghilang di pagi hari. Otot kaki dan tangan mengecil disertai nyeri pada sendi dan wajah nampak bengkak sehingga klien sulit untuk bangun ataupun berjalan terutama ke kamar mandi dimana kebutuhan ADL pasien harus dibantu. Terdapat luka/ulkus pada scrotum dan terasa nyeri jika bergerak dimana hal ini dirasakan sejak sebelum masuk rumah sakit. D.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pernah dirawat di rumah sakit dengan diagnosis demam thypoid tahun 2014.
E.
Diagnosa Utama: Sindrom Nefrotik
F.
Diagnosa Sekunder: -
Dispepsia organic
-
Efusi pleura sinistra 74
G.
-
Ulkus scotum terinfeksi
-
Sepsis
Aktifitas Istirahat Gejala (Subjektif) Pekerjaan : SMA/Pelajar Aktifitas saat sakit : Hanya terbaring di tempat tidur Waktu luang: Istirahat Perasaan bosan atau tidak puas : Pasien merasa bosan di rumah sakit Keterbatasan karena kondisi : Pasien dalam kondisi lemah dan sulit untuk bergerak karena kekakuan sendi. Tidur jam
: Tidak menentu
Tidur siang
: 13.00 atau 14.00
Kebiasaan Tidur : Gelisah Insomnia
: Dirasakan saat demam tinggi
Perasaan segar saat bangun : Pasien selalu gelisah dan tidak merasa nyaman Tanda (objektif) Respon terhadap aktifitas yang teramati : Pasien hanya terbaring di tempat tidur Kardiovaskuler : S1, S2 reguler, tidak ada bunyi tambahan Pernapasan : Bunyi napas vesikuler, irama teratur, ronkhi (+), sesak (+), dyspnea (+) Status mental (mis menarik diri/letargi) : Menarik diri dimana pasien jarang berbicara Pengkajian Neuromuskular : Terlampir H.
SIRKULASI Gejala (subjektif) Riwayat tentang Hipertensi : Tidak ada Masalah Jantung : Tidak ada Demam Rematik : Tidak, hanya nyeri sendi
Edema Mata Kaki : Tidak
Phlebitis : Sudah 3 kali 75
Penyembuhan Lambat : Luka lama sembuh dan muncul hematoma saat selesai ditusuk oleh jarum, mis. pengambilan darah Klaudikasi
: Tidak ada
Ekstremitas
: Nampak mengecil
Kebas
Kesemutan : Tidak ada
: Tidak ada
Batuk Hemoptisi : Tidak ada Perubahan frekuensi/ jumlah urine
: Tidak ada, BAK lancar
Tanda (objektif) TD
: 100/60 mmHg
Nadi
: 112x/mnt
Gap Auskultasi : Tidak ada Jantung (palpasi)
: denyutan lemah
Getaran
: Ada namun lemah
Dorongan
: Lemah
Bunyi Jantung
: S1&S2 reguler
Irama
Frekuensi : Teratur
: Teratur
Kualitas : Lemah Friksi Gesek
: Tidak ada
Murmur : Tidak ada
Bunyi Nafas
: Vesikuler
Desiran vaskuler : Tidak ada
Distensi vena : normal 2 cm Ekstremitas
: Lengkap
Suhu : Hangat
Pengisian Kapiler
: < 2 detik
Tanda Hoffman’s
: Tidak ada
Abnormalitas kuku
: Tidak
Penyebaran/ kualitas rambut
I.
Membran Mukosa : Kering
: Warna Cokelat
Punggung kuku : Merah muda Sklera
Varises: Tidak ada
: Rambut sering rontok
Warna : Hitam Bibir
Warna : Pucat
Konjungtiva : Putih (anemis)
: Putih, tidak ada ikterus
INTEGRITAS EGO Gejala (subjektif) 76
Faktor Stres
: Berada di rumah sakit
Cara menangani stres
: Istirahat dan terkadang pasien menangis
Masalah Finansial
: Tidak dapat bersekolah
Agama
: Islam
Kegiatan Keagamaan
: Rajin ibadah terutama ke mesjid
Gaya Hidup
: Malas makan
Perubahan Terakhir
: Pasien nampak kurang bersemangat
Perasaan-perasaan
: Ingin cepat pulang
Ketidakberdayaan
: Kaki dan badan tampak lemas dan sulit bergerak
Keputusasaan
: Tidak ada
Tanda (objektif) Status Emosional (beri tanda cek yang sesuai)
J.
Tenang
:
Cemas
:
Marah
:√
Menarik Diri
:√
Takut
:
Mudah Tersinggung
:
Tidak Sabar
:
Euforik
:
Eliminasi Gejala (subjektif) Pola BAB
: Lancar 4x seminggu
Penggunaan Laksatif Karakter Fese
: Tidak
: Lunak
BAB terakhir : Tadi pagi Riwayat Perdarahan : Tidak Haemoroid : Tidak Konstipasi : Tidak
Diare : Tidak
Pola BAK : Lancar
Inkontinensia/ kapan : Tidak
Karakter Urine : Terpasang kateter 300 cc Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK
: Tidak
Riwayat Penyakit Ginjal / Kandung Kemih Penggunaan diuretic
: Sindrom nefrotik
: Tidak 77
Tanda (objektif) Abdomen
K.
nyeri tekan
: Tidak
Lunak/ Keras : Lunak
Massa
: Tidak
Ukuran/ lingkar abdomen : 50 cm
Bissing Usus
: Ada kesan normal
Perubahan Kandung Kemih
: Tidak
BAK terlalu sering
: Via kateter
MAKANAN/ CAIRAN Gejala (subjektif) Diit biasa (tipe) : Via oral berupa: -
Makanan biasa+lauk+sayur
-
Susu peptisol 3x240 kkal
-
Madu 3x120 kkal
-
Buah
-
Putih telur 3 butir/hari
Jumlah makanan/ hari : 3x/hari Makanan terakhir/ masukan
: Makanan biasa+lauk+sayur
Kehilangan selera makan
: Anoreksi, jika makan terasa mual
Mual/ Muntah : Mual saat makan Nyeri ulu hati/ salah cerna
: Tidak ada
Alergi/ Intoleransi makanan
: Tidak ada
Masalah mengunyah menelan : Tidak ada masalah mengunyah Gigi
: Lengkap
Status gizi
: Gizi buruk
Lingkar lengan atas/LILA
: 12 cm/29.3 cm x 100% = 40% (Gizi
kurang) Tanda (objektif) Berat Badan
: 40 kg
Tinggi Badan : 165 cm
Bentuk Badan : simetris Turgor Kulit
: kurang elastis
Kelembaban/ kering membrane mukosa
: kering, mudah hematoma 78
Edema Umum
: Scrotum dan wajah
Periorbital
: Tidak
Asites
: Tidak
Distensi vena jugularis : 2 cm Pembesaran tiroid
: Tidak
Kondisi gigi/ gusi
: Candidiasis
Penampilan lidah
: Putih kering
Membrane mukosa
: Kering
Bising Usus
: Ada, kesan normal
Bunyi Nafas
: Vesikuler
Urine S/ A atau kemstiks L.
Hernia/ massa : Tidak
: Via kateter
HIGIENE Gejala (subjektif) Aktifitas sehari-hari : Dibantu
Tergantung/mandiri
: Tergantung
Mobilitas
: Dibantu
Makanan
: Disuap
Higiene
: Dibantu
Berpakaian
: Dibantu
Toileting
: Ditempat tidur
Waktu mandi yang diinginkan : Pagi hari Bantuan diberikan oleh : Keluarga Tanda (objektif)
M.
Penampilan umum
: Bersih
Cara berpakaian
: Baik, lengkap memakai baju dan celana
Kebiasaan pribadi
: Tirah baring
Bau Badan
: Tidak
Kondisi kulit kepala
: Bersih
Adanya kutu
: Tidak ada
NEUROSENSORI Gejala (subjektif) Rasa ingin pingsan : Tidak ada pusing
: Tidak ada
Sakit kepala
:Tidak ada 79
Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi): Tidak ada, kelemahan ekstremitas ada Stroke (gejala sisa) Kejang : Tidak ada Mata
: Normal
Kehilangan penghilatan
: Tidak
Pemeriksaan terakhir
: Visus normal
Galukoma
: Tidak
Katarak
: Tidak
Telinga
: Tidak ada serumen yang keluar
Kehilangan pendengaran
: Tidak
Tanda (objektif) Status Mental
: Terorientasi dengan baik
Terorientasi/ disorientasi Waktu
: Terorientasi
Tempat
: Terorientasi
Orang
: Terorientasi
Kesadaran
: Composmentis
Mengantuk
: Sering, terutama setelah minum obat
Letargi
: Tidak
Memori
: Baik
Memori yang lalu : Dapat mengingat dengan baik Kaca mata
: Tidak
Kontak lensa : Tidak
Alat bantu dengar
: Tidak
Ukuran/ reaksi pupil
:Ka/ki
: 3mm/3mm
Facial drop
Menelan
: Sulit menelan
:Ka/Ki
: Kaku ↓/↓
: Tidak
Genggaman tangan/ lepas Postur
: Tubuh nampak kurus
Refleks tendon dalam : Ada, tapi lemah N.
Paralisis :Tidak
NYERI/KETIDAKNYAMANAN Gejala (Subjektif) 80
Lokasi
: Daerah scrotum dan sendi
Frekuensi
: Hilang timbul
Kualitas
: Tertusuk-tusuk
Durasi
: Lama
Penjalaran
: Sampai ke punggung, skala 4 VAS
Faktor-faktor pencetus : Saat bergerak Luka scrotum, Lebar luka: 5 cm, panjang luka: 7 cm Cara menghilangkan, faktor-faktor yang berhubungan : Diberi salep, kompres hangat Tanda (objektif)
O.
Mengerutkan muka
:√
Menjaga area yang sakit
:√
Respon emosional
: Tidak
Penyempitan focus
: Tidak
PERNAFASAN Gejala (Subjektif) Dispnue yang berhubungan dengan batuk/sputum
: Ya, pasien sesak dan
terkadang batuk dengan hasil Foto menunjukkan efusi pleura bilateral terutama kiri Riwayat bronchitis
: Tidak ada
Asma : Tidak ada
Tuberkulosis
: Tidak ada
Emfisema : Tidak ada
Pneumoni kambuhan
: Tidak ada
Penggunaan alat bantu pernafasan
: Memakai oksigen kanul nasal 5lpm
Tanda (Objektif) Pernapasan
: Spontan, dibantu oksigen kanul nasal 5lpm (jika sesak)
Frekuensi
: 26x/mnt
Kedalaman
: Dalam
Pengembangan dada : Ada saat inspirasi Penggunaan otot-otot asesorius : Jika sesak atau dalam keadaan dispnea Napas cuping hidung : Tidak Fremitus : Tidak 81
Bunyi napas : Vesikuler Sianosis : Tidak Fungsi mental/gelisah : Ya, pasien sering gelisah jika sesaknya mulai muncul. P.
KEAMANAN Gejala (subjektif) Alergi/sensitivitas
: sinar matahari
Reaksi : Kulit menjadi merah
Perubahan sistem imun lainnya : Sistemik lupus eritematous Transfusi darah/jumlah
: Tidak pernah
Tanda (Objektif) Suhu tubuh
: 38,80C
Diaforesis
:√
Integritas kulit : Jelek banyak terdapat hematoma bekas suntikan jarum dan kulit kering Jaringan parut : Banyak di daerah lengan Kemerahan
: Banyak di daerah ekstremitas dan dada
Ulserasi
: Didaerah scrotum
Kekuatan umum
:
Tonus otot
:
Cara berjalan
: Tidak bisa diukur
ROM
:
Parestesia/paralisis
: Tidak
Hasil kultur, pemeriksaan sistem imun : Ulkus serotalis terinfeksi, sistemik lupus eritematous. Q.
INTERAKSI SOSIAL Gejala (Subjektif) status perkawinan
: Belum kawin
Hidup dengan
: Orangtua
Masalah-masalah stress : Penyakit yang dihadapi Orang pendukung lain : Orangtua Peran dalam struktur keluarga : Sebagai anak kandung Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/kondisi : Sindrom nefrotik dengan komplikasi dimana kondisi pasien saat ini sangat lemah dan seringnya pasien hipertermi akibat infeksi dari penyakit yang dihadapi. 82
Perubahan bicara
: Pasien jarang berbicara kepada orang lain dimana
pasien nampak menarik diri dengan orang. Penggunaan alat bantu komunikasi : Tidak ada Adanya laringektomi
: Tidak
Tanda (Objektif) Bicara
: Pelo
Tak jelas: Jelas tapi nada yang kecil Tidak dapat dimengerti : Tidak Pola bicara tidak biasa/ kerusakan
: Rasa nyaman pada mulut akibat
candidiasis oral yang diderita pasien sehingga berbicara juga sangat susah Penggunaan alat bantu bicara : Tidak ada Komunikasi verbal/non verbal dengan keluarga/orang terdekat lain : Komunikasi verbal saat berbicara dengan keluarga maupun orang lain Pola interaksi keluarga (perilaku)
: Interaksi dengan keluarga baik
tetapi tetap jarang berkomunikasi selain dengan orangtuanya. R.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN Gejala (Subjektif) Bahasa dominan (khusus)
: Indonesia dapat dimengerti
Melek huruf : Tidak ada Tingkat pendidikan
: SMA/Pelajar
Ketidakmampuan belajar (khusus) Keterbatasan kognitif
: Pasien mampu belajar dengan baik
: Tidak
Keyakinan kesehatan/ yang dilakukan : Pasien nampak pasrah dengan penyakitnya. Faktor risiko keluarga (tandai hubungan) Diabetes
:
Tuberkulosis
:
:
Penyakit jantung
:
Stroke
:
TD Tinggi
:√
Epilepsi
:
Penyakit Ginjal
:√
Kanker
:
Penyakit jiwa
:
Lain-lain
: 83
Obat yang diresepkan: Obat Meropenem 1 gr/12 jam/iv
Tujuan Pemberian Sebagai antibakteri dan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit maupun infeksi lainnya. Methylprednisolon 12 mg/24 Menekan sistem kekebalan tubuh untuk mengurangi jam/oral gejala peradangan seperti pembengkakan, nyeri, dan ruam. Obat ini dapat digunakan untuk menangani peradangan atau inflamasi dalam berbagai penyakit. Cellcept 500 mg/12 jam/oral Profilaksi dalam mengobati penyakit lupus dan pengobatan reaksi penolakan organ pada pasien transplantasi ginjal alogenik. Cavit D3/12 jam/oral Pemberian kalsium untuk mencegah terjadinya osteoporosis Nystatin drop 10 tetes/8 Antijamur (antifungi) dalam mengobati candidiasis jam/oral atau anti infeksi jamur pada mulut. Plasbumin 25%/24 jam/iv Penambah albumin bagi pasien dengan hipoalbuminemia dan mengurangi edema akibat penyakit ginjal. Zinc 20 mg/24 jam/oral Untuk pencegahan atau pengobatan dehidrasi (menggunakan oralit) dan pencegahan gangguan nutrisi (menggunakan mineral Zinc). Neurodex 1 tab/12 jam/oral Digunakan pada gejala-gejala kekurangan vitamin neurotropik, kelainan saraf, anemia, penambah tenaga untuk masa penyembuhan, lelah, dan usia lanjut. Vit C 250 mg/8 jam/oral Suplemen penambah system imun dan meningkatkan kondisi fisik tubuh. Curcuma 200 mg/8 Membantu memelihara kesehatan fungsi hati, jam/syrup memperbaiki nafsu makan dan melancarkan buang air besar. Obat –obat tanpa resep : Paracetamol saat pasien demam Diagnosa saat masuk per dokter
: Sindrom nefrotik
Alasan dirawat: Masuk RS dengan muntah dan badan lemas 84
Riwayat keluhan terakhir : Sesak dan lemas Harapan pasien terhadap perawatan/pembedahan sebelumnya: Kondisi tubuh bisa kembali seperti semula Bukti kegagalan untuk perbaikan
: Otot atropi
Pemeriksaan fisik lengkap terakhir
: Integritas kulit jelek, membrane
mukosa kering, konjungtiva warna putih, nampak anemis, kondisi umum lemah, otot atropi/mengecil, dan sendi terasa nyeri. Pertimbangan Rencana Pulang Lama perawatan : 2 bulan Tanggal informasi yang didapatkan
: 27 Desember 2014
1.
Tanggal pulang yang diantisipasi
: 25 Februari 2015
2.
Sumber-sumber yang tersedia
: Obat oral
3.
Keuangan : JKN
4.
Perubahan-perubahan yang diantisipasi dalam situasi kehidupan setelah pulang: Pasien sesak dan demam tinggi
5.
Area yang mungkin membutuhkan perubahan /bantuan: Nutrisi perlu ditingkatkan
Penyiapan makanan
: Keluarga dapat menyiapkan makanan sesuai
kebutuhan Transportasi
: Pasien akan dijemput dengan mobil pribadi
keluarga Ambulansi
: Tidak perlu
Obat/Terapi IV : Obat oral Perawatan Luka : Terdapat luka pada scrotum dimana keluarga telah diajarkan atau diberi edukasi tentang merawat luka saat di rumah. Peralatan
: Kursi roda
Bantuan perawatan diri (Khusus)
: Tidak ada
Gambaran fisik rumah (Khusus)
: Tidak ada
85
S.
GENOGRAM T.
Keterangan: Perempuan Laki-laki Pasien Meninggal Tinggal serumah
86
U. PEMERIKSAAN PENUNJANG Jenis Pemeriksaan Hematologi
Kimia Darah
Elektrolit
Fungsi Ginjal Urinalisa
Komponen Pemeriksaan RBC HGB HCT WBC PLT Protein Total Albumin Globulin Kolesterol Total Trigliserida Natrium Kalium Klorida Ureum Kreatinin Protein Esbach
Hasil Pemeriksaan 22/01/15 27/01/15
10/01/15
13/01/15
15/01/15
4.7 106/mm3
4.03 106/mm3
3.43 106/mm3
1.5 106/mm3
11.2 g/dL
11.2 g/dL
9.6 g/dL
11.3 g/dL
27.8 %
33 % 3
3
10.0 10 /mm 3
3
27.8 % 3
3
11.6 10 /mm 3
3
36 % 3
3
15.2 10 /mm 3
3
03/02/15
06/02/15
3.43 106/mm3
3.51 106/mm3
3.60 106/mm3
3.66 106/mm3
4.50-6.50
9.6 g/dL
9.0 g/dL
9.2 g/dL
9.6 g/dL
14.0-18.0
27.8 % 3
3
7.5 10 /mm 3
3
Nilai Rujukan
30/01/15
28 % 3
3
15.2 10 /mm 3
3
27.8 % 3
3
6.6 10 /mm 3
3
27.8 % 3
3
11.7 10 /mm 3
3
40.0-54.0 3
3
12.0 10 /mm 3
4.0-10.0
3
380 10 /mm
149 10 /mm
147 10 /mm
223 10 /mm
147 10 /mm
367 10 /mm
304 10 /mm
305 10 /mm
150-400
3.1 gr/dl
3.1 gr/dl
3.1 gr/dl
3.1 gr/dl
3.1 gr/dl
3.1 gr/dl
3.1 gr/dl
3.1 gr/dl
6.6-8.7
1.4 gr/dl
1.2 gr/dl
1.8 gr/dl
1.5 gr/dl
1.9 gr/dl
2.0 gr/dl
1.7 gr/dl
1.8 gr/dl
3.5-5.0
1.3 gr/dl
1.3 gr/dl
1.3 gr/dl
1.3 gr/dl
1.3 gr/dl
1.3 gr/dl
1.3 gr/dl
1.3 gr/dl
1.5-5
124 mg/dl
124 mg/dl
124 mg/dl
124 mg/dl
124 mg/dl
124 mg/dl
124 mg/dl
124 mg/dl
200
437 mg/dl
437 mg/dl
437 mg/dl
437 mg/dl
437 mg/dl
437 mg/dl
437 mg/dl
437 mg/dl
200
140 mmol/l
141 mmol/l
140 mmol/l
140 mmol/l
140 mmol/l
140 mmol/l
140 mmol/l
140 mmol/l
136-145
3.5 mmol/l
2.8 mmol/l
3.5 mmol/l
3.5 mmol/l
3.9 mmol/l
3.5 mmol/l
3.5 mmol/l
3.5 mmol/l
3.5-5.1
117 mmol/l
113 mmol/l
117 mmol/l
117 mmol/l
118 mmol/l
117 mmol/l
117 mmol/l
117 mmol/l
97-111
40 mg/dl
40 mg/dl
40 mg/dl
40 mg/dl
66 mg/dl
40 mg/dl
40 mg/dl
40 mg/dl
10-50
0.70 mg/dl
0.70 mg/dl
0.70 mg/dl
0.70 mg/dl
0.78 mg/dl
0.70 mg/dl
0.70 mg/dl
0.70 mg/dl
11 gr/dl
11 gr/dl
11 gr/dl
11 gr/dl
11 gr/dl
11 gr/dl
11 gr/dl
11 gr/dl
L<3, P<1.1 Negatif
Kesan: -
Anemia normositik normokrom Leukositosis
87
-
Hipoalbuminemia Hypokalemia Trombositopenia Proteinuria
S
D
S
D
S
D
S
D
S
D
S
D
Hasil/Hari ke7 8 S D S D
100
60
110
70
100
60
90
70
90
70
100
70
100
Pemeriksan BP HR RR T
1
2
3
4
5
6
50
90
70
9
10
S
D
S
D
11 S D
100
60
100
70
90
60
12
13
Nilai Rujukan
14
S
D
S
D
S
D
90
60
100
60
100
60
120/80 mmHg
112
110
110
100
90
100
110
99
80
111
100
105
100
101
60-100x/mnt
26
26
28
30
24
30
23
24
26
28
28
26
28
28
18-23x/mnt
38,8
37,8
38,9
36,8
37,7
39,8
37,8
37,7
37,8
37,8
37,7
39,8
36,7
37,7
36,5-37,50C
88
GRAFIK PERKEMBANGAN LABORATORIUM PASIEN KELOLAAN
RBC 5
4.7
4
4.03
3
3.43 3.51 3.6
3.43
2
3.66
1.5
1
RBC
0
HGB 12 10 8 6 4 2 0
11.3
11.2 11.2 9.6
9.6
9
9.2
9.6
HGB
HCT 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
36%
33% 28%
28%
28% 28% 28% 28%
HCT
89
WBC 16 14 12 10 8 6 4 2 0
15.2 10
15.2 11.7 12
11.6 7.5
6.6 WBC
PLT 400 350 300 250 200 150 100 50 0
380
367 304
305
223 149
147
147
PLT
ALBUMIN 2.5 2 1.5 1
1.9
1.8 1.4
1.5
2 1.7
1.8
1.2 ALBUMIN
0.5 0
90
GRAFIK PEMERIKSAAN FISIK TTV
Tekanan Darah 120 110
100
100
100
80 70
60
60
100 100
100 100
90 90
90
70 70 70
70
60
100 100 90 90
70 60
60 60 60 60
50
40
Sistolik Diastolik
20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14
Nadi & Respirasi 120
112 110 110
100
111
110 100
100
100
99
105
100 101
90 80
80 Nadi
60
Pernapasan
40 26 26 28 30 24 30 23 24 26 28 28 26 28 28
20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14
91
Temperatur 41 40
39.8
39
38.9
38.8
38
39.8
37.8
37.8 37.7 37.8 37.8 37.7
37.7
37
36.8
37.7
Suhu
36.7
36 35 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14
Pemeriksaan Analisa Gas Darah Pemeriksaan
Hasil Nilai Rujukan pH 7.430 7.35-7.45 pCO2 18.0 mmHg SO2 97.8% PO2 80.2 mmHg 80-100 HCO3 12.1 mmol/l 22-26 Kesan/Hasil: Alkalosis Respiratorik Terkompensasi Sempurna Update: 06/02/2015 Hasil Radiologi 1. Foto Thorax PA/AP (06/02/15) -
Bronchopneumonia bilateral susp. Spesifik
-
Efusi pleura sinistra
2. USG Abdomen Atas+Bawah/Whole Abdomen (19/01/15) -
Pembesaran ginjal bilateral
-
Ascites dan efusi pleura sinistra
92
PEMERIKSAAN NEUROLOGI Status Vital TD : 100/60 mmHg RR HR : 112x/mnt T Status Neurologis GCS : E4 M6 V5 Derajat Kesadaran : Composmentis Kualitas Kesadaran : Terorientasi Pemeriksaan Nervus Cranialis Nervus Cranialis N.I N.II
: 26x/mnt : 38,8oC
Hasil Pemeriksaan Masih bias mencium bau Ketajaman (-) Lapang pandang Ki/Ka (-) Pupil isohor 0,25 mm Gerakan bola mata (+) Gerakan bola mata: A/B (+) Motorik: Gerakan mengunyah (-) Sensorik: (+) Ada reaksi Ada lirikan bola mata Klien tdk mampu melakukan, menelan (-), pergerakan rahang (-) Pendengaran Ka/Ki (+) Tdk dapat dilakukan Refleks Menelan (-) Mengangkat bahu (+) Pergerakan lidah (-)
N.III N.IV N.V N.VI N.VII N.VIII N.IX N.X NXI N.XII
Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Pemeriksaan Motorik P:
5 5 5
5 5 5 5
K:
5
5
5
5
T:
↓
↓
↓
↓
93
Refleks Fisiologis (Muscle Strech) Jenis Refleks
Hasil Pemeriksaan Refleks Superficial
Refleks Cahaya
Pupil Isohor 0,25 mm
Refleks Cornea
Ada reaksi berkedip Ka/Ki (-)
Refleks Abdominalis
Gerakan menarik otot (+) Refleks Tendo
Refleks Biseps
Ka: Fleksi / Ki: Fleksi
Refleks Triseps
Ka: Menyentak / Ki: Menyentak
Refleks periost radialis dan ulnaris
Ka: Menyentak / Ki: Menyentak
KPR
Ka: Menyentak, ekstensi, Ki: Menyentak, ekstensi
APR
Ka: Menyentak / Ki: Menyentak
WR
Ka/Ki: Menjauhi rangsangan
Refleks Patologis Jenis Refleks Babinski
Hasil Pemeriksaan Normal
Hoffman Tromner
Kekakuan jari tangan
Chaddock
Normal
Oppenheim
Normal
Gordon
Normal
94
ANALISA DATA No 1.
2.
3.
Data
Masalah Ketidakefektifan pola napas
DS: - Klien mengatakan merasa sesak napas. DO: - Dyspnea - Menggunakan otot bantu napas - Diaphoresis - Gelisah - Nampak anemis - RR: 26x/mnt - Hasil AGD: alkalosis respiratorik terkompensasi sempurna - Hasil foto thorax: efusi pleura sinistra DS: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari - Keluarga mengatakan klien malas kebutuhan tubuh. makan dan jika makan akan dimuntahkan DO: - Anoreksia - Mual, muntah - Menolak untuk makan - Membran mukosa kering dan pecah—pecah - Tonus otot buruk/menurun - Rambut rontok Gizi buruk, hasil LILA: 12 cm/29.3 cm x 100% = 40% (Gizi kurang) - Sulit menelan - Candidiasis oral - Hasil Lab: Hipoalbuminemia, anemia normositik normokrom, Hb: 9.2gr/dl DS: Kekurangan volume cairan - Keluarga mengatakan klien sering haus DO: - Turgor kulit jelek, tonus otot menurun - Lidah nampak putih - Candidiasis oral - Membrane mukosa kering dan pecah95
-
4.
5.
DS: DO: DS: -
DO: -
6.
pecah Kulit kering nampak banyak hematoma Mual, muntah Hipertermi, S: 38.80C HR: 112x/mnt, RR: 26x/mnt, BP: 100/60 mmHg Diaforesis Kelemahan Nampak anemis Hasil Lab: Hipoalbuminemia Hipertermia Klien mengeluh demam Kulit nampak merah Suhu: 38.80C RR: 26x/mnt Dyspnea Kulit teraba hangat Kelemahan Hambatan mobilitas fisik Klien mengatakan sulit menggerakkan badan sehingga perlu dibantu oleh keluarga Keterbatasan Tingkat 3 Kesulitan untuk berdiri atau bangun Dyspnea saat beraktivitas Tonus otot buruk/menurun Otot atropi Melambatnya pergerakan Tirah baring Kelemahan 5 5 Kekuatan: 5 5
Tonus:
↓↓ ↓↓
DS: Nyeri akut - Klien mengeluh nyeri pada sendi dan srotum DO: - Skala nyeri 4 VAS - Meringis saat nyeri - Tonus otot menurun - Memegang daerah yang sakit 96
7.
8.
9.
10.
HR: 112x/mnt, RR: 26x/mnt Dyspnea saat nyeri
DS: - Klien mengeluh luka pada scrotum dan tangan lebam lebam bekas suntikan DO: - Terdapat luka/ulkus pada scrotum yang didapatkan sebelum masuk RS - Hambatan mobilitas fisik - Tirah baring - Ukuran luka pxl= 7x5 cm Faktor Resiko: - Hasil lab: Leukositosis WBC: 11,7.103/ul - Trombositopenia, PLT: 147.103/ul - Hb: 9.2gr/dl anemia - Sistemik lupus eritematous - Gizi buruk - Hambatan mobilitas fisik - Kulit dan membrane mukosa kering Faktor Resiko: - Terdapat luka decubitus - Hasil lab: Leukositosis WBC: 11,7.103/ul - Trombositopenia, PLT: 147.103/ul - Hb: 9.2gr/dl anemia - Sistemik lupus eritematous - Gizi buruk DS: - Klien mengatakan merasa malu dengan kondisinya DO: - Menunjukkan ekspresi tidak berguna dan pasrah dengan kondisinya saat ini - Pasien terkadang menangis - Gelisah - Selalu menutup diri - Jarang berbicara dengan orang lain.
Kerusakan integritas kulit
Resiko Cedera
Resiko Infeksi
Harga diri rendah situasional
97
DIAGNOSA KEPERAWATAN No Prioritas
Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan energy dan kelelahan.
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. 3.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, asupan cairan tidak adekuat.
4.
Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
5.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gizi buruk, penurunan kekuatan atau massa otot.
6.
Nyeri akut berhubungan dengan kekakuan sendi, luka scrotum.
7.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan nutrisi, hambatan mobilitas fisik.
8.
Resiko cedera berhubungan dengan penurunan hemoglobin.
9.
Resiko infeksi berhubungan dengan invasi organisme pathogen, luka scrotum.
10.
Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh.
98
B. Tahap Evaluasi a. Hasil Survey Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur manajemen yang dijalankan Lontara 1 Atas Depan sebagian besar sudah baik (88.9%) yang berdasarkan atas standarisasi rumah sakit international baik dari ketersediaan akomodasi, administrasi, dan asuhan keperawatan dimana hal ini harus dipertahankan namun masih terdapat beberapa kekurangan baik dari segi ketenagaan (100%), alur penerimaan obat (66.7%), dan supervise (66.7%) yang perlu untuk ditingkatkan demi kelangsungan pemberian pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien dan mengurangi beban kerja perawat dimana diketahui bahwa Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo sudah bertaraf international. b. Penerapan MPKP 1. Role Play Dijalankan sesuai dengan peran masing-masing selama 2 minggu. 2. Kasus Kelolaan Masalah yang belum teratasi -
Hambatan Mobilitas Fisik Mengajarkan ROM aktif setiap hari untuk meningkatkan mobilitas fisik pasien.
-
Nutrisi kurang Kolaborasi dengan ahli gizi dalam meningkatkan kebutuhan nutrisi pasien dan diit makanan yang dapat dikonsumsi oleh pasien.
-
Kerusakan integritas kulit Menyarankan untuk setiap habis mandi tubuh pasien diberi lotion dan mencukupkan nutrisi pasien.
-
HDR Meningkatkan dan memberi semangat kepada pasien.
99
C. Refleksi Individu REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN A. Apa yang anda dapat ? Selama praktek gerbong manajemen saya lewati sekitar 3 minggu saya
mendapatkan
cukup
banyak
pelajaran
tentang
bagaimana
membangun kerjasama dengan tenaga kesehatan. Pembelajaran yang sangat berkesan saat saya praktek manajemen adalah saat minggu ke-3 ketika satu kelompok bermain peran menjadi KARU, PP, dan PA dimana saat pertama kali bermain peran cukup bingung tapi setelah hari ke dua saya mulai tahu tentang tugas masing-masing peran, dimana gerbonggerbong sebelumnya hanya berperan sebagai PA. Selama minggu pertama sampai minggu ke-3 saya cukup belajar tentang bagaimana memperhatikan perkembangan kondisi pasien dengan adanya survey mutu yang dijalankan selama 3 minggu. B. Tantangan yang didapatka? Saat praktek gerbong manajemen selama 3 minggu tantangan yang saya dapatkan adalah harus memperhatikan bagaimana perkembangan mutu pasien dan harus mengetahui kondisi pasien serta tindakan yang dilakukan saat role model dilakukan sedangkan tantangan kelompok kami harus berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan tepat secepat mungkin dengan diberi batas waktu oleh pembimbing lahan kami dan saya berusaha untuk membangun kerjasama saat menjalani praktek manajemen dimana sebelumnya hanya berdasarkan individu saja. C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya Menurut saya selama praktek manajemen 3 minggu di Lt 1 atas depan (interna) saya cukup banyak mendapat pelajaran serta arahan yang sangat bermanfaan dari kepala pelayanan ruang interna tentang bagaimana manajemen itu, sehingga menurut saya kedepannya untuk gerbong manajemen dilaksanakan di Lt 1 atas depan (interna).
100
REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN A. Apa yang anda dapat ? Praktek profesi manajemen yang dilaksanakan selama kurang lebih 1 minggu, sungguh memberikan hal yang berbeda di tengah tengah hirup pikuk profesi selama ini. Dalam praktek ini semua aspek telah di gabungkan, mulai dari pengetahuan dalam hal KMB, juga dalam hal manajemen keperawatan. Berperan sebagai KARU, PP, dan PA sangat memberikan pengalaman dalam menjalani profesi manajemen ini. Intinya sebagai seorang perawat manajemen harus mampu menjadi seorang leadership. Menjadi manusia yang bijak sana dan bijak sini. B. Tantangan yang didapatkan? Tantangan yang didapatkan selama praktek profesi ini adalah tantangan untuk mengetahui segala hal dalam pasien yang ada dalam ruang perawatan, mulai dalam hal askep, akomodasi dan administrasi. Itulah yang harus terus di pantau oleh seorang perawat. Sehingga sangat butuh kerjaan yang ekstra untuk mengatahui segalanya, apalagi sebagai seorang pemula, jadi butuh waktu yang panjang sebenarnya untuk mengetahui segalanya C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya Rekomendasi untuk profesi manajemen kedepan, waktunya bisa di perpanjang dan sangat rekomendasikan untuk ruang Lontara 1 atas depan untuk tetap di jadikan sebagai lahan praktek profesi manajemen.
101
REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN A. Apa yang anda dapat ? Praktek profesi manajemen yang dilaksanakan selama kurang lebih 3 minggu, sungguh memberikan hal yang berbeda dengan gerbonggerbong sebelumnya, kita dapat menambah wawasan serta mengetahui mengenai manajemen dari tiap ruangan yang berbeda dan rumah sakit yang berbeda, kita menjadi manusia yang berkompeten khususnya dalam bidang manajemen rumah sakit B. Tantangan yang didapatkan? Tantangan yang didapatkan selama praktek profesi ini adalah tantangan untuk menjadi perawat pelaksana,kepala ruangan,ketua tim untuk
mengetahui segala hal dalam pasien yang ada dalam ruang
perawatan, mulai dalam hal askep, akomodasi dan administrasi. Itulah tantangan yang dirasakan pada awal praktik dan harus dapat menyesuaikan dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya Rekomendasi
untuk
manajemen
berikutnya
penyeluhan
diperbanyak untuk keluarga pasien agar keluarga pasien dapat menambah wawasan dan berguna untuk dirinya sendiri dan keluarga yang sakit ,sangat rekomendasikan untuk ruang Lontara 1 atas depan untuk tetap di jadikan sebagai lahan praktek profesi manajemen.
102
REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN A. Apa yang anda dapat ? Praktek profesi manajemen yang dilaksanakan selama 3 minggu, banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada saya yang tidak saya dapatkan di praktik profesi yang sebelumnya. Dimana di profesi manajemen diberikan kesempatan mengelola pasien kelolaan secara tim (karu, katim, dan PP). saya dapat merasakan menjadi seorang karu, katim, dan PP, walaupun belum maksimal. Dan juga kita dapat mnegetahui bagaiamana itu manajemen dalam keperawatan. Lebih khususnya mengenai mutu pelayanan (patient safety) B. Tantangan yang didapatkan? Tantangan yang didapat yaitu saat menjadi karu dan katim, dimana kita harus membuat perencanaaan dalam hal ini asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien. Serta pelaksaan penyuluhan yang mellibatkan keluarga pasien, dimana kita dituntut harus menampilkan yang terbaik dalam memberikan informasi kepada kelurga pasien agar mereka dapat menjadi paham. C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya Rekomendasi untuk manajemen berikutnya yaitu sangat tepat jika profesi manajemen keperawatan dilaksanakan di tempat ini (Lontara 1 AD Interna) dimana sangat memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman selama praktik,. Serta karu yang senantiasa
memberikan
waktu
di
sela-sela
kesibukan
untuk
membimbing mahasiswa.
103
REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN A. Apa yang anda dapat ? Selama praktek manajemen keperawatan selama 3 minggu saya mendapatkan banyak pengalaman, pembelajaran, dan proses manajemen itu sendiri. Memanage waktu dan pemikiran itu sangat susah tetapi dengan prakterk ini saya bisa belajar tahu dan melaksanakan aktivitas yang positif dengan berbagai pengalaman dari pembimbing kami. Saya bisa belajar menjadi kepala ruangan, ketua TIM, dan perawat pelaksana serta dapat melihat secara langsung bagaimana proses keperawatan itu sendiri. B. Tantangan yang didapatka? Saat praktek gerbong manajemen selama 3 minggu tantangan yang saya dapatkan adalah kami harus dituntut untuk melakukan diskusi setiap hari dalam mengerjakan tugas kelompok dan harus menyelesaikan tugas secepatnya. Terutama saat melaksanakan penyuluhan yang harus diadakan secara formal sehingga penyuluhan itu harus dilakukan dengan sebaikbaiknya. C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya Menurut saya selama praktek manajemen 3 minggu di Lt 1 atas depan (interna) saya cukup banyak mendapat pelajaran serta arahan yang sangat bermanfaan dari kepala pelayanan ruang interna tentang bagaimana manajemen itu, sehingga menurut saya kedepannya untuk gerbong manajemen dilaksanakan di Lt 1 atas depan (interna).
104
REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN A. Apa yang anda dapat ? Selama praktek manajemen keperawatan selama 3 minggu saya mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman, dimana kita belajar menjadi KARU, PP, dan PA secara professional meskipun belum secara maksimal saya lakukan. Di gerbong managemen saya juga belajar banyak tentang kekompakan dalam menjalankan role play serta kompak dalam mengerjakan tugas kelompok. B. Tantangan yang didapatka? Saat praktek gerbong manajemen selama 3 minggu tantangan yang saya dapatkan adalah kami diharuskan menyelesaikan laporan dalam waktu singkat sehingga kami sangat lelah karena menguras banyak tenaga setiap hari, namun hal itu menjadi pembelajaran dan motivasi untuk lebih semangat. C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya Menurut saya selama praktek manajemen 3 minggu di Lt 1 atas depan (interna) kami mendapatkan banyak ilmu dari kepala ruangan sehingga direkomedasikan untuk gerbong managemen selanjutnya di Lontara 1 atas depan interna.
105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Praktek manajemen yang telah dilakukan selama 3 minggu di ruang Lontara I Atas Depan (Interna) merupakan proses pembelajaran dan pelaksanaan manajemen keperawatan dimana dari segi struktur maupun pelayanannya telah berkembang sesuai dengan akreditasi yang telah diperoleh sehingga ruangan ini sangat baik untuk dijadikan sebagai pengemban dalam praktek manajemen selanjutnya. B. Saran 1. Manajemen Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Sebaiknya rumah sakit lebih memperhatikan atau mengkoordinir struktur serta ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di ruangan serta kekurangan yang menjadi penghambat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sehingga hal ini dapat mengurangi beban kerja kepala ruangan dalam menutupi masalah-masalah yang terjadi. 2. Manajemen Lontara 1 Atas Depan Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan melibatkan staf dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut tentang asuhan keperawatan. Ruangan ini dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan praktek manajemen selanjutnya.
106
DAFTAR PUSTAKA DepKesRI (2007), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,. Mosby-year book, Inc. Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition. Philadelphia : WB Saunders. Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses (3rd ed). Philadelphia: Lippincot-Raven Publisher Marquis,
B.L. dan
Management
Huston,
C.J. (2000). Leaderships
Roles
and
Functions in
Nursalam, M.N. (2014). Manajemen Keperawatan. Salemba Mdika: Jakarta. Yaslis, I. (2004). Perencanaan SDM rumah sakit. teori, metoda dan formula. Depok : FKM-UI.
107
LAMPIRAN
108