BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Typhus Abdominalis merupakan penyakit yang hampir semua ditemukan terjadi pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit Typhus Abdominalis adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Typhus Abdominalis juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhoid fever atau Enteric fever (Soegijanto, 2002). Badan kesehatan dunia WHO (World Health Organitation) memperkirakan jumlah penyakit Typhus Abdominalis diseluruh dunia mencapai 16-33 juta jiwa dengan 500-600 ribu jiwa kematian tiap tahunnya (Hadinogoro, 2011). Tingginya kejadian penyakit infeksi di negara berkembang khususnya Typhus Abdominalis dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Masyarakat yang berstatus sosial ekonomi rendah, keadaan gizinya rendah, pengetahuan tentang kesehatannya pun rendah sehingga keadaan kesehatan lingkungannya buruk dan status kesehatannya buruk (Meylie, 2010). Insiden Typhus Abdominalis di Indonesia diperkirakan sebanyak 800 penderita per 100.000
penduduk pertahun dengan angka kematian 2% (Widoyono, 2011).
Typhus Abdominalis merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah provinsi merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh
24
kabupaten. Sulawesi Selatan
melaporkan Typhus Abdominalis melebihi 2500/100.000 penduduk (Rahayu, 2012).
1
2
Situasi penyakit Typhus Abdominalis di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2005 sebanyak 16.478 sakit Typhus Abdominalis, dengan kematian sebanyak 6 orang (Cot and Freight =1%). Berdasarkan laporan yang di terima oleh Subdin Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dari beberapa kabupaten yang menunjukkan sakit Typhus Abdominalis tertinggi yakni Kota Parepare, Kota Makassar, Kota Palopo, Kab. Enrekang dan Kabupaten Gowa. Sedangkan untuk tahun 2006, tercatat jumlah penderita sebanyak 16.909 dengan kematian sebanyak 11 orang dan sebaran sakit Typhus Abdominalis di Kabupaten Gowa, Kabupaten Enrekang, Kota Makassar dan Kota Parepare (Julaiha, 2012). Pengetahuan dalam memilih menu makanan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan. Pengetahuan memilih makanan yang baik diharapkan mempengaruhi status gizi yang baik pula. Kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi dan kesalahan dalam memilih makanan akan berpengaruh terhadap status gizi (Sediaoetama, 2000). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa dapat diberikan dengan aman pada pasien Typhus Abdominalis. Dimasa lampau pasien Typhus Abdominalis diberi bubur saring, bubur kasar, akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur sering dimkasudkan untuk menghindari komplikasi pendarahan atau porforasi usus. Pemilihan menu makanan ini diserahkan pada pasien sendiri apakah mau mkan bubur saring, bubur kasar atau nasi dengan lauk pauk (Suntoso, 2005). Menurut Utami (2010) menu makanan Typhus Abdominalis adalah menu makanan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan penderita Typus Abdominalis dalam bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama pemilihan menu makanan Typhus Abdominalis adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita Typus Abdominalis dan mencegah kekambuhan. Penderita penyakit Typhus Abdominalis selama menjalani perawat haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter umum, antara lain makan yang cukup cairan, kalori, vitamin, dan protein,
3
tidak mengandung banya serat, tidak merangsang dan tidak mengandung banya gas, makanan lunak diberikan selama istrahat. Pengetahuan tentang makanan dan kesehatan sangat penting untuk dipelajari karena pengetahuan tentang makanan dan kesehatan adalah faktor internal yang mempengaruhi konsumsi makanan. Pengetahuan makanan dan kesehatan adalah pengawasan anak sekolah dasar tentang makanan bergizi seimbang, kebersihan dan kesehatan makanan serta penggunaan bahan tambahan makanan dalam makanan jajanan. Menurut Haryanto (2007), makanan sehat adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan jumlahnya mencukupi (tidak kurang dan tidak berlebihan). Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada tanggal 3-14 Maret 2014 di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014 menunjukkan bahwa data penderita Typhus Abdominalis pada tahun 2013 terdapat 307 orang. Pada saat melakukan survey awal peneliti melakukan wawancara kepada salah satu anggota keluarga yang menderita Typhus Abdominalis, 4 orang mengatakan sebelumnya penderita Typus abdominalis sudah pernah dirawat dirumah sakit, 1 diantaranya mengatakan kondisi lingkungan rumah kurang bersih dan kumuh dan 3 orang lainnya mengatakan pasien suka jajan disembarangan tempat, kurang memperhatikan kebersihan makanan dan pasien juga masih sering mengkonsumsi makanan siap saji dan suka mengkonsumsi makanan yang pedas, 1 orang penderita Typhus Abdominalis baru pertama kali dirawat di rumah sakit. Berdasarkan uraian di atas dan fenomena yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan keluarga tentang pemilihan menu makanan dengan sikap pencegahan kekambuhan Typhus Abdominalis di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang didapatkan yaitu apakah ada Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Pemilihan Menu Makanan
4
Dengan Sikap
Pencegahan kekambuhan Typhus Abdominalis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2014? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Pemilihan Menu Makanan Dengan Sikap Pencegahan Kekambuhan Typhus Abdominalis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk Mengidentifikasi Pengetahuan Keluarga Tentang Pemilihan Menu Makanan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014. b. Untuk
Mengidentifikasi
Sikap
Pencegahan
Kekambuhan
Typhus
Abdominalis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perawat Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan evaluasi bagi perawat dalam menilai pengetahuan dalam mencegah kekambuhan Typhus Abdominalis. 2. Bagi Keluarga Sebagai sumber tambahan informasi dan pengetahuan Keluarga tentang memilih menu makanan sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam mencegah kekambuhan Typhus Abdominalis dengan cara menjaga kebersihan lingkungan, kebersihan makanan dan minuman. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan maupun data awal untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan keluarga tentang pemilihan menu makanan dengan sikap
5
pencegahan kekambuhan Typhus Abdominalis di RSUD Dr. Pirngadi medan tahun 2014.