BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pariwisata merupakan aktivitas penting dalam fenomena internasional. Jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan lintas batas negara semakin meningkat dari tahun ke tahun, dari sebanyak 25 juta turis pada tahun 1950 hingga 1,035 juta pada tahun 2012. Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan pelancong untuk melakukan perjalanan kian bervariasi, seperti 52 % untuk hiburan, 27% untuk kesehatan, kunjungan keluarga, keperluan religius, 14 % untuk kunjungan bisnis, dan kepentingan lainnya sebanyak 7% (UNWTO, 2013). Tujuan pariwisata yang semakin bervariasi telah meningkatkan ketertarikan negara-negara di dunia untuk mengembangkan kegiatan pariwisatanya. Maka dari itu persaingan untuk menarik pelancong mancanegara pun semakin besar. Negara menggunakan keunggulan domestik masing-masing dalam mengembangkan kegiatan pariwisata sebagai salah satu strategi ekonomi. Dalam bidang pariwisata, Perancis berhasil mempertahankan posisinya sebagai negara yang paling banyak dikunjungi di dunia sejak tahun 1990. Pada tahun 1990an, saat Amerika Serikat sebagai negara kedua dengan jumlah inbound tourism terbesar berhasil menarik 43 juta pengunjung, Perancis telah mampu mendatangkan 60.033.000 pengunjung. Sepuluh tahun kemudian, angka tersebut melonjak hingga 74.988.000 (World Bank, 2013). Kemampuan Perancis sebagai negara dengan jumlah pengunjung terbesar di dunia mampu bertahan hingga kini, terlepas dari perkembangan pariwisata negara-negara berkembang seperti Cina, dan posisi Amerika Serikat sebagai negara Super Power serta konsep American Dreams yang dipromosikan oleh industri film. Perancis tetap menjadi negara tujuan wisata terbesar didunia dengan posisi yang tidak tergantikan selama lebih dari 20 tahun lamanya, mengalahkan kemampuan negara-negara tetangganya di Eropa seperti Spanyol, Italia, juga
1
Inggris yang memiliki karakteristik geografis maupun budaya yang tidak jauh berbeda. Selain kondisi persaingan, konstelasi dan perkembangan isu dunia internasional yang bervariasi, beberapa hal seperti runtuhnya tembok Berlin, krisis Asia, permasalahan kesehatan seperti SARS, hingga krisis ekonomi global 2008 juga turut mempengaruhi perkembangan pariwisata. Namun, terlepas dari hal tersebut Perancis tetap mampu mempertahankan posisinya. Sejak tahun 1997 jumlah pengunjung internasional yang datang ke Perancis telah melebihi jumlah penduduk di negara tersebut. Salah satu contohnya, pada tahun 2012 Perancis berhasil mendatangkan 83.018.000 wisatawan (BBC, 2013). Hal ini sangat mengagumkan karena Perancis hanya memiliki 64.285.510 penduduk (World Population Review, 2013). Walaupun demikian, pengembangan pariwisata di Perancis tidak selalu berjalan dengan sempurna. Pada tahun 2008 Perancis mengalami penurunan dalam jumlah wisatawan yang datang dari 80.853.000 di tahun 2007 menjadi 79.218.000 di akhir tahun 2008 dan kembali menurun pada angka 76.764.000 di tahun 2009. Pada tahun 2010 angka kedatangan pelancong mulai meningkat kembali dan mencapai angka tertinggi pada tahun 2012 (World Bank, 2013). Tahun 2008 hingga 2010 memang terjadi penurunan kegiatan pariwisata yang disebabkan oleh krisis ekonomi dunia. Namun, penurunan jumlah pelancong yang datang ke Perancis tidak mengubah posisinya sebagai negara dengan jumlah inbound tourism terbesar didunia. Dapat disimpulkan bahwa Perancis merupakan contoh tersukses dalam pengembangan sustainableinbound tourism.
Tahun
Peringkat 1
Peringkat 2
Peringkat 3
Peringkat 4
Peringkat 5
1990
Perancis
Amerika
Spanyol
Italia
Inggris
(52.497.000)
Serikat
(34.085.000)
(26.679.000)
(18.013.000)
(39.000.000) 1991
Perancis
Amerika
Spanyol
Italia
Inggris
(55.041.000)
Serikat
(34.181.000)
(25.878.000)
(17.125.000)
(43.000.000)
2
1992
Perancis
Amerika
Spanyol
Italia
Inggris
(59.740.000)
Serikat
(36.492.000)
(26.113.000)
(18.535.000)
(47.000.000) 1993
Perancis
Amerika
Spanyol
Italia
Inggris
(60.565.000)
Serikat
(37.268.000)
(26.379.000)
(19.398.000)
(46.000.000) 1994
Perancis
Amerika
Spanyol
Italia
Inggris
(61.312.000)
Serikat
(43.232.000)
(27.480.000)
(20.794.000)
(45.000.000) 1995
Perancis
Amerika
Spanyol
Italia
Inggris
(60.033.000)
Serikat
(34.920.000)
(31.052.000)
(21.719.000)
(43.490.000) 1996
Perancis
Amerika
Spanyol
Italia
Inggris
(62.406.000)
Serikat
(36.221.000)
(32.943.000)
(22.936.000)
(46.636.000) 1997
Perancis
Amerika
Spanyol
Italia
Cina
(66.591.000)
Serikat
(39.553.000)
(34.692.000)
(23.770.000)
(47.875.000) 1998
Perancis
Amerika
Spanyol
Italia
Cina
(70.109.000)
Serikat
(41.892.000)
(34.933.000)
(25.073.000)
(46.377.000) 1999
Perancis
Amerika
Spanyol
Italia
Cina
(73.147.000)
Serikat
(45.440.000)
(36.516.000)
(27.047.000)
(48.509.000) 2000
Perancis
Amerika
Spanyol
Italia
Cina
(77.190.000)
Serikat
(46.403.000)
(41.181.000)
(31.229.000)
(51.238.000) 2001
Perancis
Spanyol
Amerika
Italia
Cina
(75.202.000)
(48.565.000)
Serikat
(39.563.000)
(33.167.000)
(46.927.000) 2002
Perancis
Spanyol
Amerika
Italia
Cina
(77.012.000)
(50.331.000)
Serikat
(39.799.000)
(36.803.000)
(43.581.000) 2003
Perancis
Spanyol
Amerika
Italia
Cina
(75.048.000)
(50.854.000)
Serikat
(39.604.000)
(32.970.000)
(41.218.000)
3
2004
Perancis
Spanyol
Amerika
Cina
Italia
(74.433.000)
(52.430.000)
Serikat
(41.761.000)
(37.071.000)
(46.086.000) 2005
Perancis
Spanyol
Amerika
Cina
Italia
(74.988.000)
(55.914.000)
Serikat
(46.809.000)
(36.513.000)
(49.206.000) 2006
Perancis
Spanyol
Amerika
Cina
Italia
(77.916.000)
(58.004.000)
Serikat
(49.913.000)
(41.058.000)
(50.977.000) 2007
Perancis
Spanyol
Amerika
Cina
Italia
(80.853.000)
(58.666.000)
Serikat
(54.720.000)
(43.654.000)
(55.978.000) 2008
Perancis
Amerika
Spanyol
Cina
Italia
(79.218.000)
Serikat
(57.192.000)
(53.049.000)
(42.734.000)
(57.942.000) 2009
Perancis
Amerika
Spanyol
Cina
Italia
(76.764.000)
Serikat
(52.178.000)
(50.875.000)
(43.239.000)
(54.962.000) 2010
Perancis
Amerika
Cina
Spanyol
Italia
(77.648.000)
Serikat
(55.664.000)
(52.677.000)
(43.626.000)
(59.796.000) 2011
Perancis
Amerika
Cina
Spanyol
Italia
(81.411.000)
Serikat
(57.581.000)
(56.694.000)
(46.119.000)
(62.711.000) 2012
Perancis
Amerika
Cina
Spanyol
Italia
(83,0 juta)
Serikat
(57,7 juta)
(57,7 juta)
(46,4 juta)
(67,0 juta) 1.1 Tabel International Tourist Arrival by Countries 1990 – 2012 (UNWTO, World Bank, Eea- Europa, ITA – USA)
Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perekonomian Perancis. Secara keseluruhan pariwisata memberikan konstribusi sebesar 197,6 milyar Euro atau 9,7 % dari total Gross Domestic Product (GDP). Penghasilan pariwisata secara langsung (direct contribution) tercatat berjumlah 77,7 milyar Euro atau 3,8 % dari total GDP. Dalam hal investasi, pariwisata menyumbang 4
sebesar 21,4 milyar Euro di tahun 2012. Selain berkontribusi langsung pada pendapatan negara, pariwisata juga menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Perancis terutama dalam bidang lapangan pekerjaan. Pariwisata memberikan 1.189.000 lapangan pekerjaan bagi masyarakat Perancis di tahun 2012 atau sekitar 4,4 % dari total lapangan pekerjaan di Perancis (World Travel & Tourism Council, 2013). Oleh sebab itu, pariwisata merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian Perancis yang menarik untuk diteliti lebih lanjut strategi dalam pengembangannya. Keberhasilan Perancis dalam menarik wisatawan dalam jumlah yang fantastis merupakan topik yang menarik diteliti. Hal ini disebabkan karena: Pertama, posisi kedua, ketiga dan seterusnya selalu berganti secara fluktuatif karena ketatnya persaingan negara yang mengembangkan pariwisata. Terbukti sejak tahun 1997 hingga 2012, posisi Cina dapat menggeser Inggris dari peringkat lima besar, bahkan dalam 3 tahun terakhir Cina menduduki Peringkat 3 dunia. Kedua, Perancis dikelilingi oleh negara-negara maju lainnya seperti Jerman, Spanyol, Italia, dan Inggris yang memiliki kondisi infrastruktur, ekonomi, akomodasi, dan tempat wisata yang tidak jauh berbeda, namun dalam kenyataanya Perancis selalu unggul dari negara-negara tetangga bahkan dengan perbedaan angka yang signifikan. Ketiga, kondisi internasional selalu diwarnai oleh berbagai isu global seperti masalah keamanan, penyebaran penyakit layaknya H1N1, hingga krisis ekonomi yang dapat mempengaruhi motivasi pelancong untuk melakukan perjalanan. Namun disamping berbagai hambatan tersebut Perancis berhasil mempertahankan performa bahkan meningkatkan keberhasilan inbound tourism.
B. Rumusan Masalah „Bagaimana strategi Perancis dalam mempertahankan posisinya sebagai negara dengan jumlah inbound tourism terbesar di dunia sejak 1990 - 2012?‟
5
C. Landasan Konseptual 1. Definisi Inbound Tourism Tourism oleh World Tourism Organizations didefinisikan sebagai aktivitas bepergian yang dilakukan oleh seseorang, dan tinggal di tempat yang berada diluar lingkungan asalnya, tidak lebih dari satu tahun dengan tujuan hiburan (leisure), bisnis, atau tujuan lain yang sesuai dengan tempat tujuannya. Selain itu, Inbound Tourism juga didefinisikan oleh WTO sebagai kegiatan berpergian yang dilakukan oleh seseorang menuju suatu tempat diluar kewarganegaraannya (WTO, 2008).
Nationals residing abroad
1.2 Klasifikasi Inbound Travellers (Laimer, 2010)
Peter Lamer dalam United Nations World Tourism Organization telah menjelaskan dan mengklasifikasi secara terperinci aktor-aktor dan aktivitas yang termasuk dalam inbound tourism. Dalam inbound tourism,inbound visitors terbagi menjadi pelancong yang menginap (menghabiskan lebih dari satu hari didalam
6
teritorial negara) dan pelancong yang hanya berkunjung kurang dari satu hari serta memiliki tujuan yang bervariasi termasuk bisnis, kunjungan teman/keluarga, pendidikan, kesehatan, transit dan lain sebagainya. Penulis akan lebih fokus membahas mengenai pelancong lintas negara yang bukan warga negara Perancis (foreigner), mengunjungi Perancis lebih dari satu hari, dan bertujuan untuk wisata. Sustainable Inbound Tourism merupakan gambaran dari kedatangan wisatawan yang stabil, cenderung meningkat bahkan terjadi kunjungan oleh wisatawan secara berulang (revisit) (Elliot, 1997). Hal tersebut merupakan parameter dari keberhasilan pariwisata.
Oleh sebab itu, Perancis merupakan
contoh keberhasilan pariwisata terbaik di dunia karena berhasil menjadi negara paling banyak dikunjungi selama lebih dari dua puluh tahun lamanya.
2. Two Level Games Theory Robert Putnam menyatakan bahwa pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus mencapai keberhasilan dari level domestik dan internasional. Parameter keberhasilan dari teori Two Level Games adalah saat pemerintah mampu mendapatkan kerjasama dan dukungan atas kebijakannya didalam negeri, serta menciptakan citra positif dari dunia internasional. “At the national level, domestic groups pursue their interests by pressuring the government to adopt favorable policies. At the international level, national governments seek to maximize their own ability to satisfy domestic pressures, while minimizing the adverse consequences of foreign development.”(Putnam, 1988) Dalam level domestik, strategi yang disusun hendaknya mampu mensinergikan kepentingan dari berbagai pihak. Pertama, Pemerintah harus menyediakan sarana bagi pihak-pihak terkait dalam lingkup domestik untuk menyuarakan kepentingannya. Putnam menyatakan bahwa dalam kebijakan
7
ekonomi, pemerintah hendaknya bernegosisasi dengan konstituen domestik yaitu industri dan para pekerja. Koordinasi yang baik antara sektor publik dan privat dapat mensinergikan kepentingan dari kedua belah pihak yang akan berimplikasi pada kerjasama yang maksimal dalam pembuatan maupun implementasi kebijakan. Kedua, kebijakan yang diambil hendaknya mendapatkan dukungan dari masyarakat secara luas. Kebijakan tanpa dukungan dari masyarakat menyebabkan rendahnya partisipasi bahkan penolakan yang akan mengganggu implementasi kebijakan. “The government must spent as much time negotiating with domestic constituents (both industry and labor) and members of the congress as it did negotiating with their foreign trading partners. Because any leader who fails to satisfy his fellow players at domestic table risks being envicted from his seat and enabling them to achieve otherwise unattainables objectives.”(Putnam, 1988) Pengembangan bisnis pariwisata membutuhkan strategi perencanaan (planning) jangka panjang. Dalam perencanaan hingga implementasi pemerintah memerlukan koordinasi dengan kementrian terkait, kerjasama antara pemerintah daerah, serta partisipasi dari sektor privat. Koordinasi tersebut penting untuk merumuskan arah pengembangan pariwisata, serta evaluasi untuk selalu memberikan performa pariwisata yang terbaik (Hall & Jenskin, 1995). Dalam bisnis pariwisata, dukungan serta partisipasi dari masyarakat akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan sehingga menciptakan atmosfer pariwisata yang menyenangkan, selain itu partisipasi dari wisatawan lokal juga mampu mendukung perkembangan bisnis pariwisata (Elliot, 1997). Dalam level internasional, pemerintah memaksimalkan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan domestik dengan meminimalisir tekanan dari dunia internasional. Pemerintah membentuk dan mempertahankan citra positif melalui strategi promosi, branding, dan diplomasi secara internasional. Tujuan dari pembentukan citra positif ialah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
8
internasional akan pariwisatanya dan menjaga ketertarikan wisatawan untuk selalu mengunjungi wilayahnya (Buhalis, 2000). Untuk mencapai sustainable inbound tourism, pemerintah Perancis berupaya untuk mensinergikan kepentingan berbagai pihak dalam lingkup domestik dan internasional. Dalam ranah domestik, Pemerintah mengatur adanya koordinasi antar pihak terkait untuk memaksimalkan kerjasama dalam pembuatan maupun implementasi kebijakan pariwisata, serta meningkatkan dukungan dari masyarakat luas. Dalam lingkup internasional, pemerintah Perancis juga berhasil menciptakan citra positif untuk mendukung industri pariwisatanya.
3. Konsep Sustainable Tourism Development Suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) hendaknya memiliki tiga komponen yaitu : (a) sesuatu yang dapat dilihat (something to see); (b) sesuatu yang dapat dilakukan (something to do); dan (c) sesuatu yang dapat dibeli (something to buy)(Yoeti, 1996). Dalam menyediakan ketiga fungsi tersebut, Perancis mejadikan konsep Sustainable Tourism Development (STD) sebagai landasan pengembangan pariwisata. STD bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan menjaga sumber daya yang digunakan oleh pariwisata dimasa mendatang seperti kondisi lingkungan dan sosial (Swarbrooke, 1999). Strategi pariwisata Perancis ialah Sustainable Tourism Development, yaitu (France Tourism Report, 2008):
Economic Prosperity a. To ensure the long term competitiveness, vialibility, and prosperity of tourism enterprises and destinations b. To provide quality employment opportunities, offering fair pay and conditions for all employees and avoiding all forms of discrimination
9
Social Equity and Cohesion a. To enchance the quality of life of local communities through tourism, and engage them in its planning and management. b. To provide a safe, satisfying and fulfilling experience for visitors, available to all without discrimination by gender, race, religion, disability or in other ways. Environmental and cultural protection a. To minimize pollution and degradation of the global and local environment and the use of scarce resources by tourism activities. b. To maintain and strengthen cultural richness and biodiversity and contribute to their appreciation and conservation. Pertama, menjamin kemakmuran ekonomi jangka panjang bagi wirausaha dan tujuan pariwisata, juga berkontribusi positif bagi peningkatan kualitas kerja masyarakat. Kedua, meningkatkan kulitas hidup dari masyarakat lokal, dan membantu pengembangan wilayah Perancis, menyediakan fasilitas wisata yang aman, berkesan, dan tersedia bagi semua kalangan terlepas gender, ras, agama, atau
keterbatasan
fisik.
Ketiga,
Menjaga
lingkungan
sekitar
dengan
meminimalisir polusi maupun dampak dari kegiatan pariwisata yang merusak lingkungan, juga turut berpartisipasi dalam konservasi dan penghargaan bagi lingkungan hidup. Pariwisata jenis ini juga disebut sebagai
responsible tourism.
Pengembangan pariwisata dinegara maju identik dengan inovasi, salah satu cara Perancis untuk melakukan inovasi dan beradaptasi dengan tuntutan pasar ialah dengan menggunakan konsep pengembangan pariwisata yang memberikan dampak seminimal mungkin terhadap alam dan memberikan keadilan secara sosial bagi wisatawan asing dan masyarakat lokalnya.
10
Lingkungan
Wisatawan
Industri
Masyarakat
1.3 Bentuk dan Relasi Sustainable Tourism Development
STD memastikan bahwa pariwisata memberikan kontribusi bagi perkembangan industri dan keuntungan bagi masyarakat khususnya masyarakat lokal,
selain
itu
dalam
mencapai
keuntungan
pariwisata
harus
dapat
meminimalisir kerusakan pada lingkungan(Weaver, 2007). Pengembangan pariwisata berkepanjangan mampu mendorong Perancis untuk mengembangkan potensi wisata di wilayah lain, selain kota-kota besar seperti Paris yang telah menjadi primadona pariwisatanya selama beberapa abad. Pariwisata yang lebih bervariasi mampu menarik kedatangan wisatawan untuk kembali berkunjung, atau wisatawan baru untuk datang berkunjung. Konsep STD digunakan untuk menjawab strategi Perancis dalam memberikan inovasi dan menjamin keberlanjutan pariwisatanya, sehingga sustainable inbound tourism dapat tercapai.
D. Hipotesa Strategi Perancis dalam mempertahankan posisinya sebagai negara dengan jumlah inbound tourism terbesar didunia sejak tahun 1990 – 2012 ialah: Pertama, dalam lingkup domestik, pemerintah mensinergikan kepentingan dari sektor publik (kementrian dan pemerintah daerah) dengan sektor privat (pelaku industri pariwisata dan pekerja) melalui koordinasi,serta meningkatkan dukungan dari masyarakat luas untuk memaksimalkan kerjasama dan mempermudah proses
11
perencanaan, implementasi serta evaluasi kebijakan. Kedua, pemerintah mempertahankan citra positif dalam kancah internasional, melalui strategi promosi, pencitraan (branding), penawaran (bidding) hingga proliferasi konsep sustainable tourism development melalui diplomasi. Ketiga, strategi sustainable tourism development yang diterapkan oleh pemerintah Perancis menjadi cara Perancis untuk beradaptasi dengan tuntutan pasar. Dampak dari strategi STD ialah peningkatan kualitas sektor swasta untuk mendapatkan keuntungan ekonomi jangka panjang dan memenangkan persaingan, pengembangan daerah tujuan wisata di berbagai kawasan lokal sehingga mampu menarik wisatawan mancanegara, kemudahan akses bagi seluruh wisatawan, dan pengembangan pariwisata
berbasis
lingkungan
serta
budaya
yang
berimplikasi
pada
meningkatnya jumlah wisatawan.
E. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif. Penelitian kualitatif menekankan pada analisis sosial dan tidak bergantung pada numerikal, sehingga analisa dilakukan berdasarkan pada teoriteori yang ada.Pengumpulan data dilaksanakan melalui studi pustaka. Adapun proses penelitian dimulai dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti artikel, jurnal, buku, dan sumber terkait lainnya. Setelah itu penulis akan mengklasifikasikan data-data kedalam unit analisis yang relevan. Langkah terakhir ialah menganalisa data-data yang telah diklasifikan kedalam landasan konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya (Bhattacherjee, 2012). Dalam penelitian mengenai strategi Perancis dalam mencapai Sustainable Inbound Tourism (1990 – 2012) ini, penulis akan mengumpulan data melalui sumber-sumber terbitan pemerintah, organisasi internasional, juga buku dan jurnal yang turut membahas mengenai pariwisata Perancis. Setelah itu, penulis akan menklasifikasikan data-data yang ada kedalam beberapa kelompok. Pertama, fakta pariwisata Perancis. Kedua, peran pemerintah dan pihak swasta dalam
12
mengembangkan pariwisata Perancis. Lalu penulis akan mengembangkan analisa keberhasilan pariwisata berdasarkan peran pemerintah dalam bisnis pariwisata, serta sinergi hubungan antara pemerintah dan pihak swasta.
F. Sistematika Penulisan
Untuk menjawab rumusan masalah yang ada, penelitian ini akan dibagi kedalam empat bab: Bab pertama, akan menjelaskan mengenai fenomena pariwisata Perancis yang berhasil menjadi negara dengan jumlah pengunjung terbesar didunia sejak tahun 1990. Dijelaskan pula landasan konseptual untuk menganalisa keberhasilan tersebut. Bab pertama akan menggambarkan secara keseluruhan mengenai tujuan, cara, hingga argumen utama (hipotesis) dari penelitian. Bab kedua, akan membahas sekilas mengenai pariwisata. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan keberhasilan Perancis dalam mencapai sustainable inbound tourism, variasi pariwisata Perancis, serta keberhasilan Perancis dalam mengembangkan infrastruktur pendukung pariwisata. Bab ketiga, akan menganalisa strategi Perancis dalam mensinergikan kepentingan dalam level domestik melalui koordinasi. Selain itu, bab ini akan membahas mengenai cara Perancis dalam mempertahankan citra positif dalam lingkup internasional. Bab keempat, akan membahas strategi pengembangan pariwisata dengan konsep sustainable inbound tourism, strategi ini digunakan untuk beradaptasi dengan pasar internasional dan beimplikasi baik bagi kemampuan sektor swasta untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang, dan inovasi pariwisata. Bab Kelima, penulis akan menyimpulkan bagaimana strategi Perancis dalam mencapai sustainable inbound tourism sejak 1990 hingga 2012. Penulis hanya akan membahas dinamika pariwisata atau strategi yang mempengaruhi inbound tourism selama tahun 1990 – 2012.
13