BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi informasi berdampak pada kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar yang memanfaatkan teknologi informasi. Konsep pembelajaran dengan pemanfaatan teknologi yang dikenal dengan istilah e-learningtelah membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya (Wahono, 2005). Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-learning di lembaga pendidikan (sekolah, pelatihan dan universitas) maupun industri (Cisco System, IBM, HP, Oracle, dsb). Berbagi dan transfer pengetahuan,revolusiteknologi pelatihantidak
informasi,
selalumemenuhi
pendidikan
kelas
semuakebutuhanbelajar
tradisionalatau
sepanjang
hayat.
Pembelajaranbergeser dari berpusat pada instruktur menjadiberpusat pada pelajar, dan dilakukandi mana saja, dari ruang kelas sampairumah dan kantor (Zhang, 2003). Perkembangan e-learning dimulai pada tahun 1990 dengan
CBT
(Computer Based Training) yang dijalankan dalam PC stand alone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Selanjutnya pada tahun 1997, e-learning berkembangdalam bentuk Learning Management System(disingkatLMS) dengan menggunakan koneksi internet dan penggunaan standar untuk mengatasi masalah interoperabilitas seperti AICC (Airline Industry CBT Committee), IMS, IEEE LOM, dan ARIADNE. Pada tahun 1999 perkembangan e-learningberbasis web,LMS mulai digabungkan dengan situs-situs portal yang pada saat ini boleh dikata menjadi barometer situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar dunia. Isi juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming, serta
1
2
penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, berukuran kecil dan stabil (Wahono, 2005). Pembelajaran menggunakan e-learning memang diperlukan dalam membangun sektor pendidikan di Indonesia, khususnya yang menyangkut upaya meningkatkan
pemerataan
dan
akses
pendidikan
(Soekartawi,2007cit.
Wirawan,2009). Pengalaman di negara-negara lain, baik di Asia, Australia, Eropa, dan Amerika membuktikan bahwa e-learning memang sangat membantu menyelesaikan masalah-masalah pendidikan di negara-negara tersebut. E-learning yang harus dikembangkan bukan hanya sekedar memasukkan bahan ajar namun lebih bersifat komprehensif, e-learning yang mampu mengakomodasi sistem pembelajaran yang mengatur peran dosen, mahasiswa, pemanfaatan sumber belajar, pengelolaan pembelajaran, sistem evaluasi dan monitoring pembelajaran. Dalam hal ini e-learningberpotensi mengakomodasi kebutuhan tersebut yang merupakan suatu sistem pengelolaan pembelajaran online terintegrasi atau disebutLMS(Munir,
2010).
Hal
ini
juga
didukung
dengan
pertumbuhanpenggunaaninternetyang telahmemberikan kontribusi untukberbagai jenis e-learningdiperguruan tinggi. E-learningdianggapsebagaitren barudalam pendidikanpada umumnya, danpendidikan tinggipada khususnya (Al-Fadhli, 2008). Penerapan e-learning di lembaga pendidikan tinggi dan pendidikan kesehatan juga sudah banyak diterapkan dan telah menunjukkan keefektifannya mendukung pendidikan kesehatan(Abdelaziz et al., 2011; Curran et al., 2006; Keefe & Wharrad, 2012; Ruizet al., 2006; Silvaet al., 2011; Sunget al., 2008).Beberapa fasilitas yang ada di e-learning termasuk repository, perpustakaan digital, pengaturan akses bahan pengajaran, serta dimanfaatkan untuk penelitian seperti MedEdPortal, Association of American Medical Colleges (AAMC), End of Life/Palliative Education Resource Center (EPERC), The Health Education Assets Library (HEAL), Multimedia Educational Resource for Learning and Online
Teaching
(MERLOT),
International
Virtual
Medical
School
(IVIMEDS)(Ruizet al., 2006), dan efektif mempengaruhi pengetahuan serta kepercayaan pengguna dalam mendapatkan materi pembelajaran (Curranet al.,
3
2006). Studi kasus pada Universitas Kuwait menunjukkan bahwa penerapan elearning mampu membantu meningkatkanketerampilanberpikir kritis (Al-Fadhli, 2008). Penerapan pembelajaran yang tidak terbatas hanya diruang kelas, membangunbudayae-learning ini dipandang hal yang penting untukmasa depan pendidikanperawat kesehatan.E-learningmemfasilitasibelajar sepanjang hayat dalam
memenuhi
harapanpengetahuanmahasiswa
sekaligus
tetap
mempertimbangkankebutuhan siswa, usia, tingkatkemampuan,keterampilandan mampumemfasilitasi
keadilanuntuk
meminimalkanmarjinalisasi
(McVeigh,
2009). Penelitian yang dilakukan di Poltekkes Mataram dan Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Pontianak menekankan bahwa penerapan e-learning yang interaktif bertujuan memperlancar informasi bagi mahasiswa dan dosen, serta mampu menjawab tuntutan kebutuhan di dalam mendukung proses pembelajaran (Maryani, 2011; Wirawan, 2009). Inovasi teknologi e-learningmengarah pada revolusi dalam pendidikan yang memungkinkan pembelajaran secara individual (pembelajaran adaptif), meningkatkan interaksi peserta didik dengan orang lain (pembelajaran kolaboratif), dan mengubah peran guru (Ruiz et al., 2006). Penerapan
e-learning
diperlukan
beberapa
aspek
penting
demi
keberhasilan e-learning di dalam suatu organisasi.Menurut Wirawan (2009) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam penerapan e-learning perlu dukungan manajemen, hardware, software, dan jaringan. Namunsebagai alat pendukung sistem pembelajaran konvensional bukan hanya sekedar proses dalam instalasi komputer, jaringan, tetapi juga membutuhkan kesiapan seluruh pihak yang terkait baik dari aspek pembuat kebijakan, dosen, dan mahasiswa (Muzid & Munir, 2005). Keberhasilan implementasi e-learning memerlukan komitmen manajemen yang sama sebagai inisiatif misi organisasi (Henry, 2001). Untuk keberhasilan diskusi dan interaksi dalam penerapan e-learning, perlu diperhatikan peran teknisdanmanajerial, dankompetensiintelektualdan sosial daripendidikelearning(Al-Fadhli, 2008). Di dalam organisasi, penerapan e-learning menunjukkan bahwa teknologi dapatmengurangi biaya pelatihanjika adasejumlah peserta didik, peserta didik
4
terpisah secara geografis, dan pelatihanakan diulangbeberapa kali (Welsh et al., 2003). Pembelajaran dengan e-learning dapat meningkatkan efektifitas dan fleksibilitas dalam proses belajar mengajar. Fasilitas yang ditawarkan e-learning memberikan manfaat dalam menyediakanmateri pembelajaran yang efisien, memudahkan untuk diakses kapan saja dan dimana saja, peluang perluasanakses belajar,
mengurangi
biayabelajar,
dan
dapatmenyediakan
sumberbahantambahanyang bergunauntuk program konvensional(McKimm et al., 2003; Zhang, 2003).Sumber belajar inovatif lain termasuk multimedia dengan cepat dapat diperbaharui dan ditambahkan sesuai kebutuhan. E-learning diharapkan dapat memberi manfaat dalam menunjang kegiatan studi mahasiswa, pengembangan diri dosen maupun pengelola. E-learningmemfasilitasi efisiensi proses belajar mengajar, sementara cara pengajaran maupun materi ajar masih dapat mengacu pada kurikulum nasional.Elearning dapat lebih merangsang siswa untuk mengekplorasi pengetahuan dibandingkan dengan hanya dibombardir doktrin ilmu pengetahuan (Riyantoet al., 2006). Penelitian yang dilakukan di Poltekkes sebelumnya menyatakan bahwa konsep pembelajaran melalui e-learning sebagai pendukung proses belajar mengajar telah banyak memberikan manfaat, rata-rata dosen dan mahasiswa merasakan kemudahan dan manfaat penggunaan e-learning(Maryani, 2011; Wirawan, 2009). Blended learningdirancangberdasarkan kombinasi dariaspek terbaik daripenerapan teknologi informasie-learning,kegiatan tatapmuka terstruktur,dan praktek
secara
nyata.Keuntungan
yang
jelas
darisolusiblended
learning
adalahbelajarmenjadisebuah proses, bukan sebuah kejadian (event).Hal ini karenablended
learning
menempatkanpelatihanke
lingkunganpekerjaan
danmenyediakan forumpada setiap carabelajaruntuk mendapatkanhasil yang maksimal
(Soekartawi,
2006).
Organisasiharus
menggunakanpendekatanperpaduan dalam strategi belajar(blended learning) untukmendapatkan isi (content) yang tepatdalam format yang tepatuntukorang yang
tepat
dan
padawaktu
yang
tepat.Blended
learningmenggabungkanbeberapamedia pembelajaranyang dirancang untuksaling
5
melengkapi, meningkatkan pembelajarandan prilaku penerapan belajar (Singh, 2003),
dan
sangat
layak
mengembangkane-learningyang
berdampingan
denganmodel instruksi tradisional (blended learning)(Yu et al., 2007). Blended learningmerupakan
strategi
pembelajaranseimbang,keseimbangan
inidicapai
dengan menggabungkankeuntungan dari duamodalitasbelajar,sepertiruang kelas, dengan instruksi yang disampaikandi internet. Blended learningmenangkapyang terbaikdari
kedua
sisidengan
memungkinkanpeserta
didik
memilih
dan
memilahbagaimana merekaingin belajardan memungkinkanfleksibilitas yang lebih besar,dan kenyamanantentang kapan merekaingin belajar (Voci & Young, 2001). Penelitian Ruizet al.(2006) mengenai dampak penggunaan e-learning pada lembaga pendidikan tenaga medis di Florida, Amerika Serikat, telah menunjukkan hasil bahwa persepsi mahasiswa terhadap e-learning tidakmenggantikan metode pengajaran yang dipandu oleh dosen, namun e-learning sebagai pelengkap dari metode yang sudah ada sehingga terbentuk suatu metode campuran dalam strategi pembelajaran (blended learning strategy). Pendidik menganggap bahwa menggunakan metode ini hanya memerlukan sedikit waktu dalam proses mengajar serta pengajar lebih berperan sebagai fasilitator pembelajaran sehingga metode ini akan dapat mempercepat kemajuan dalam menerapkan teori pembelajaran.
Dalam
penelitian
lain,
disebutkan
bahwa
dampak
dari
penggabungan belajar online dengan instruksi terbukti cukup ampuh. Pendekatan blended learning membantu menciptakan pemahaman bersama tentang konsepkonsep penting dengan budaya belajar dan memberikan kesempatanuntuk memperkuatmerekadalam
suasanakelas
yang
dinamis.
Memanfaatkan
kenyamanan dan aksesabilitas komponen online dengan instruksi ruang kelas tradisional, juga memperluas kurikulum tanpa menambah waktu penyelesaian program (Voci & Young, 2001). Penggunaan e-learning (blended learning) di Indonesia, telah diterapkan dibeberapa perguruan tinggi umum seperti di Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Islam Indonesia, Universitas Terbuka (Munir, 2010; Muzid & Munir, 2005; Soekartawi, 2006).Namun demikian, blended learning diharapkan dapat
6
memberikan dampak peningkatan pengetahuan pada mahasiswa, terutama pada konteks pendidikan keperawatan. Untuk itu perlu dilakukan studi yang lebih spesifik dalam mengetahui dampak penggunaan blended learning terhadap pengetahuan mahasiswa keperawatan. PemilihanLMSsangat
penting
bagi
keberhasilansiswa.LMSharus
memilikikomponenyang akan memungkinkaninstrukturuntuk membuatkursus yang menekankanpengalaman belajaraktif. Ada beberapa LMS yang tersedia, baik yang berbayar maupun yang gratis seperti WebCT campus, Ed 4.1, Blackboard 6.2, Jones E-ducation, Educator, Angel,.LRN, McGraw Hill page out, Moodle, eCollege AU(Lewis et al., 2005).Dalam penelitian ini, peneliti memilih moodle sebagai LMS untuk menilai pemanfaatan penerapan aplikasi e-learning.Hal ini dilandasi dengan alasan ; 1) moodle merupakan LMS yang sifatnya open source yang berlisensi GNU General Public License sehingga dapat dikembangkan dan dipergunakan bebas oleh siapa saja dan tidak berbayar ; 2) mudah digunakan (Machado & Tao, 2007). Pengguna moodle saat ini sudah ada 66.676 situs yang sedang aktif, saat ini ada 13174 situs telahmeminta privasi yang terdaftar dari 216 negara, sedangkan pengguna moodle di Indonesia yang terdaftar berjumlah 994 situs (Moodle, 2012).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, selanjutnya masalah penelitian yang dapat dirumuskan yakni: “Apakah penerapan e-learning pada proses pembelajaran matakuliah promosi kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang ?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk ;
7
1.
Mengukur peningkatan pengetahuan mahasiswa yang menggunakan media elearningdan metode tatap muka (konvensional) pada matakuliah promosi kesehatan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang
2.
Membandingkan peningkatan pengetahuan mahasiswa yang menggunakan media e-learning dengan metode tatap muka(konvensional) pada matakuliah promosi kesehatan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang.
3.
Membandingkan persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran menggunakan media e-learning dengan metode tatap muka (konvensional)pada matakuliah promosi kesehatan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang
4.
Mengidentifikasikelebihan dan kekurangan penerapan e-learning dan metode tatap muka (konvensional)pada matakuliah promosi kesehatan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang.
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Poltekkes Kemenkes Palembang Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a.
Mengetahui keuntungan pembelajaran menggunakan e-learning.
b.
Mengetahui keuntungan pembelajaran menggunakan metode tatap muka (konvensional).
c.
Menjadidasar inovasi pada pembelajaran matakuliah lain dengan menggunakan media e-learning.
d.
Menunjang proses belajar di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang.
e.
Meningkatkan mutu institusi khususnya Jurusan Keperawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi.
f. 2.
Memberikan layanan yang prima bagi mahasiswa.
Bagi dosen dan mahasiswa a.
Memberikan kemudahan bagi dosen di dalam menyampaikan informasi, materi dan bahan ajar kepada mahasiswa sehingga memudahkan dalam pengelolaan pengetahuan (knowledge management).
8
b.
Memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam mengakses informasi, materi, bahan ajar dan berinteraksi dalam kegiatan diskusi, pengerjaan tugas, kuis/ujian. E. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan antara lain :
1.
Steinweg et al.pada tahun 2005 dengan judul penelitian A Comparison of Traditional and Online Instruction in an Introduction to Special Education Coursedi Universitas East Carolina. Penelitian inimenggunakan desainkuasi eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang(kelompok online : 28 orang, kelompok tatap muka: 26 orang). Tujuandari
penelitian
tersebutadalah
membandingkan
efektifitaspresentasiantara
onlinedan
tradisionaldaripengantarkursuspendidikan siswadiselidikipada disposisidalam
khusus.
pengukuranpengetahuan,
Penelitiankinerja keterampilan,
dan
membandingkanefektifitaspresentasikelasonlinedan
tradisional. Persamaannya dengan penelitian ini yakni sama-sama membandingkan antara e-learning dengan metode tatap muka(konvensional), menggunakan desain kuasi eksperimendengan non-equivalent control group. Perbedaan dengan penelitian ini yakni; jumlah sampel, pelaksanaan perlakuan, analisis data. 2.
Sung et al. pada tahun 2008 dengan judul penelitian Blended learning on medication administration for new nurses: Integration of e-learning and faceto-face instruction in the classroomdi Samsung Medical Center, Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan non-equivalent control groupdan jumlah sampel sebanyak 50 orang perawat baru (kelompok blended learning : 26 orang, kelompok tatap muka: 24 orang).
9
Tujuan penelitian tersebut untuk menentukan dampak dari program pendidikan pengobatan memanfaatkan blended learning dengan e-learning pada pengetahuan pengobatan para perawat baru, efikasi administrasi pengobatan, kemampuan administrasi pengobatan, dan kepuasan dengan program pembelajaran. Persamaannya dengan penelitian ini yakni sama-sama membandingkan antara e-learning dengan metode tatap muka (konvensional), menggunakan desain kuasi eksperimen dengannon-equivalent control group. Perbedaan dengan penelitian ini yakni; jumlah sampel, pelaksanaan perlakuan, analisis data. 3.
Abdelaziz et al.pada tahun 2011 dengan judul Evaluation of e-learning program versus traditional lecture instruction for undergraduate nursing students in a faculty of nursingdi Fakultas Keperawatan Universitas Ain Shams di Kairo, Mesir. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimendengan rancangan nonequivalent control groupdan jumlah sampel 276 siswa (kelompok studi : 90 siswa, kelompok kontrol: 186 siswa). Tujuan penelitian tersebut membandingkan pengetahuan yang didapat, praktik, sikap, dan opini yang objektif antara e-learning dan tradisional. Persamaannya dengan penelitian ini yakni sama-sama membandingkan antara e-learning dengan metode tatap muka (konvensional), menggunakan desain kuasi eksperimen dengannon-equivalent control group. Perbedaan dengan penelitian ini yakni; jumlah sampel, pelaksanaan perlakuan, analisis data.