BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan dan mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam hal ini, pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009). Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan (Hatta, 2011). Berdasarkan Undang-Undang RI No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis (Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004). Maka dari itu, setiap rumah sakit wajib untuk mencatat dan mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesi kesehatan kepada pasien dalam bentuk catatan medis atau rekam medis. Menurut Permenkes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis pasal 1, bahwa yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Setiap rumah sakit harus membuat rekam medis baik itu rekam medis rawat jalan maupun rekam medis rawat inap. Rekam medis juga
berguna sebagai alat bukti tertulis atas tindakan-tindakan pelayanan yang diberikan kepada pasien, serta mampu melindungi kepentingan hukum bagi pasien yang bersangkutan, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya apabila dikemudian hari terjadi suatu hal yang tidak diinginkan menyangkut rekam medis itu sendiri. Menurut WHO (2006), berkas rekam medis dibedakan menjadi dua, yaitu berkas rekam medis aktif dan berkas rekam medis inaktif. Berkas rekam medis dikatakan aktif ketika rekam medis tersebut masih secara aktif digunakan untuk pelayanan pasien. Sedangkan berkas rekam medis dikatakan inaktif ketika pasien telah tidak datang ke rumah sakit selama beberapa tahun tertentu. Berkas rekam medis yang telah dinyatakan inaktif tidak langsung dimusnahkan, melainkan akan disimpan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku, karena informasi yang terdapat didalamnya masih diperlukan untuk pendidikan, penelitian dan berobat kembali pasien. Apabila berkas rekam medis inaktif tersebut sudah melebihi batas penyimpanan inaktif dan tidak digunakan lagi, maka berkas rekam medis tersebut dapat dimusnahkan. Kebijakan tentang penyimpanan berkas rekam medis diatur dalam Permenkes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis Bab IV pasal 8 yang menyatakan bahwa rekam medis pasien di rumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu lima tahun terhitung sejak pasien berobat terakhir atau dipulangkan. Setelah lima tahun, rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik. Hal itu bertujuan untuk memberikan ruang bagi berkas rekam medis pasien baru yang akan selalu bertambah. Penyusutan merupakan salah satu sarana penting untuk mengatasi masalah bertumpuknya arsip-arsip yang tidak mempunyai nilai guna lagi. Arsip-arsip yang tidak mempunyai nilai guna lagi sebaiknya dimusnahkan agar tersedia tempat penyimpanan dan fasilitas pemeliharaan yang lebih baik terhadap arsip-arsip yang masih mempunyai nilai guna. Arsip tercipta seirama dengan adanya kegiatan dalam rangka pelaksanaan fungsi organisasi. Setiap saat arsip akan meningkat jumlahnya. Peningkatan jumlah arsip ini harus diimbangi dengan kebijakan pengurangan arsip.
Dalam Permenkes RI No. 55 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis, yang dimaksud perekam medis adalah seorang yang telah lulus pendidikan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Salah satu tanggung jawab perekam medis dalam penyelenggaraan rekam medis yaitu meretensi, mengabadikan dan memusnahkan berkas rekam medis. Berdasarkan
studi
pendahuluan
yang
dilakukan
peneliti
dan
wawancara dengan Kepala Instalasi Rekam Medis RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah, peneliti memperoleh informasi bahwa rumah sakit tersebut sudah pernah melakukan penyusutan berkas rekam medis, salah satunya yaitu melakukan pemilahan berkas rekam medis dari aktif ke inaktif. Namun, meski sudah dilakukan pemilahan berkas rekam medis inaktif, di ruang penyimpanan berkas rekam medis aktif masih terjadi kepadatan berkas rekam medis di rak penyimpanan berkas rekam medis aktif. Hal itu menyebabkan petugas rekam medis kesulitan dalam mengambil berkas rekam medis pasien yang datang berkunjung. Selain itu, sejak rumah sakit itu berdiri sampai sekarang belum pernah melakukan pemusnahan terhadap berkas rekam medis inaktif, sehingga berkas rekam medis inaktif yang
seharusnya
sudah
dimusnahkan
masih
disimpan
di
tempat
penyimpanan berkas rekam medis inaktif. Hal ini menyebabkan rak penyimpanan berkas rekam medis inaktif semakin penuh dan sudah tidak mencukupi lagi untuk menampung berkas rekam medis inaktif yang baru, sehingga ada sebagian berkas rekam medis yang hanya diikat dan diletakkan di lantai. Dalam hal ini, petugas rekam medis mempunyai peran penting dalam terlaksananya kegiatan penyusutan berkas rekam medis di rumah sakit tersebut. Untuk itu, pemahaman dari petugas rekam medis terhadap kegiatan penyusutan berkas rekam medis sangatlah penting dalam mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan penyusutan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka mendorong peneliti untuk mengetahui tentang pemahaman petugas rekam medis terhadap penyusutan berkas rekam medis di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah “apakah petugas rekam medis sudah paham tentang penyusutan berkas rekam medis di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui
pemahaman
petugas
rekam
medis
terhadap
penyusutan berkas rekam medis di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui sistem penyusutan berkas rekam medis di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. b. Mengetahui tingkat pemahaman petugas rekam medis tentang materi penyusutan berkas rekam medis. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan rekam medis. b. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang berharga secara langsung di rumah sakit dengan menerapkan teori yang peneliti peroleh dari institusi pendidikan. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan kajian yang berguna untuk pengembangan pendidikan dan sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu rekam medis. b. Bagi Peneliti Lain Dapat dijadikan acuan ataupun referensi bagi penelitian lain yang memiliki topik bahasan penelitian yang serupa dengan penelitian ini.
E. Keaslian Penelitian Penelitian
dengan
judul
“Pemahaman
Petugas
Rekam
Medis
Terhadap Penyusutan Berkas Rekam Medis di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah”, belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun demikian penelitian serupa pernah dilakukan, antara lain: 1. Penelitian Arroyanti Istiqomah (2011) Penelitian Istiqomah (2011) ini berjudul “Pemahaman Petugas Administrasi Bangsal Dalam Pelaksanaan Sensus Harian Pasien Rawat Inap di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman petugas administrasi bangsal mengenai langkah-langkah pelaksanaan sensus harian pasien rawat inap, mengetahui pemahaman Petugas Administrasi Bangsal mengenai pengisian sensus harian pasien rawat
inap,
mengetahui dampak yang ditimbulkan dari ketidaklengkapan dalam pengisian sensus harian pasien rawat inap terhadap kelancaran pelaporan di RSUD Muntilan Kab. Magelang. Hasil dari penelitian ini adalah hampir semua responden paham tentang koordinasi yang dilakukan dengan petugas rekam medis dalam pelaksanaan sensus harian pasien rawat inap dan proses sensus harian rawat inap tiba di bagian rekam medis. Sedangkan sebagian responden belum paham tentang batas waktu untuk melengkapi atau mengumpulkan sensus harian pasien rawat inap ke bagian rekam medis dan hampir semua responden tidak paham tentang mekanisme pelaksanaan sensus harian pasien rawat inap. Belum ada responden yang paham dalam pengisian sensus harian pasien rawat inap dikarenakan masih terdapat item sensus harian pasien rawat inap yang terisi tidak lengkap ataupun tidak terisi. Dampak ketidaklengkapan pengisian sensus harian pasien rawat inap bagi kelancaran proses pelaporan di rumah sakit diantaranya yaitu penyampaian laporan kepada pihak internal (pihak rumah sakit) seperti laporan tribulan, laporan diagnosis dan laporan statistik rumah sakit (laporan BOR, LOS, TOI, dll) menjadi terlambat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah (2011) adalah pada topik penelitian, yaitu tentang pemahaman petugas. Selain itu, metode penelitian yang digunakan juga sama, yaitu
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun perbedaannya terletak pada subjek penelitian dan objek penelitian. Pada penelitian Istiqomah (2011), subjek penelitiannya adalah petugas
administrasi
bangsal,
dan
objek
penelitiannya
adalah
pemahaman petugas administrasi bangsal dalam pelaksanaan sensus harian pasien rawat inap. Sedangkan subjek pada penelitian ini adalah petugas rekam medis dan objek penelitiannya adalah pemahaman petugas rekam medis terhadap penyusutan berkas rekam medis. Selain itu, perbedaan yang lain terdapat pada rancangan penelitian. Penelitian Istiqomah (2011) menggunakan rancangan cross sectional, sedangkan penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus (case study). 2. Penelitian Jeffry Adrianto (2013) Penelitian Adrianto (2013) ini berjudul “Pemahaman Pekerja Tentang Rekam Medis Terhadap Pengelolaan Rekam Medis Sebagai Dasar Dalam Pelaksanaan Kerja Di Bagian Rekam Medis Di RS Bethesda Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman petugas rekam medis tentang pengelolaan rekam medis, dan untuk mengetahui perencanaan pengorganisasian Sumber Daya Manusia di Instalasi Rekam Medis RS Bethesda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa petugas rekam medis di RS Bethesda secara umum telah paham mengenai pengertian dan manfaat rekam medis, tata cara pembetulan kesalahan pada rekam medis, kepemilikan rekam medis, namun tidak paham tentang kompetensi perekam medis, serta peraturan perundangundangan yang mengatur tentang rekam medis, selain itu ada petugas rekam medis yang sama sekali belum paham mengenai dasar-dasar rekam medis, adanya petugas coding yang tidak paham prosedur pengodean diagnosis menggunakan ICD-10, petugas bagian filing yang sudah paham mengenai prosedur pemusnahan berkas rekam medis, dan beberapa petugas belum paham pekerjaan pengelolaan rekam medis di Instalasi Rekam Medis RS Bethesda. Kepala Instalasi Rekam Medis merencanakan pengorganisasian sumber daya manusia di unit kerja rekam medis berupa mengikutkan petugas bersangkutan dalam pelatihan
manajemen dasar rekam medis, pelatihan pengodean diagnosis dengan ICD-10 dan melaksanakan pelatihan /on the job training. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Adrianto (2013) adalah pada topik penelitian, yaitu tentang pemahaman petugas rekam medis. Selain itu, metode penelitian yang digunakan juga sama,
yaitu
menggunakan
metode
penelitian
deskriptif
dengan
pendekatan kualitatif. Adapun perbedaannya terletak pada rancangan penelitian dan objek penelitian. Pada penelitian Adrianto (2013) rancangan penelitiannya adalah cross sectional, dan objek penelitiannya adalah pemahaman petugas rekam medis tentang pengelolaan rekam medis.
Sedangkan rancangan dari penelitian ini menggunakan
rancangan studi kasus (case study), dan objek penelitiannya adalah pemahaman petugas rekam medis terhadap penyusutan berkas rekam medis. 3. Penelitian Charikul Eastva Larasati (2014) Penelitian Larasati (2014) ini berjudul “Pemahaman Petugas Pengodean Terhadap Pelaksanaan Pengodean Diagnosis Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Pleret”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman petugas pengkodean terhadap pelaksanaan pengkodean diagnosis penyakit pasien rawat jalan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan
pengodean
diagnosis
penyakit
pasien
rawat
jalan
dilaksanakan oleh perawat, perawat gigi, dokter, dokter gigi dan bidan. Belum ada prosedur tetap yang mengatur tentang pengodean. Rata-rata pengetahuan petugas pengodean tentang ICD-10 sebesar 33,33%, persentase pemahaman petugas pengodean terkait dengan penggunaan ICD-10 sebesar 16,67% dan pengetahuan petugas pengodean terkait dengan makna tanda baca adalah 43,74%. Pemahaman petugas pengodean terhadap terminologi medis rataratanya adalah 96,92%. Sedangkan
pemahaman
petugas
pengodean
tentang
pengodean
diagnosis penyakit respoden pada BPU adalah 33,33%, pada BPG adalah 100% dan pada KIA adalah 33,33%. Persentase kode yang tepat adalah 37,5% dan kode yang tidak tepat adalah 62,5%. Dari kode yang tidak
tepat
kemudian
diklasifikasikan
berdasarkan
4
kriteria.
Ketidaktepatan yang sesuai dengan kriteria A 20%. Ketidaktepatan yang sesuai dengan kriteria B yaitu 64%. Yang sesuai dengan kriteria C yaitu 1,33%. Sedangkan ketidaktepatan yang memenuhi kriteria D sebesar 14,67%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Larasati (2014) adalah pada topik penelitian, yaitu tentang pemahaman petugas. Selain itu, metode penelitian yang digunakan juga sama, yaitu menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun perbedaannya terletak pada subjek penelitian dan objek penelitian. Pada penelitian Larasati (2014) subjek penelitiannya adalah petugas pengkodean, dan objek penelitiannya adalah pemahaman petugas pengkodean terhadap pelaksanaan pengkodean diagnosis pasien rawat jalan. Sedangkan subjek pada penelitian ini adalah petugas rekam medis dan objek penelitiannya adalah pemahaman petugas rekam medis terhadap penyusutan berkas rekam medis. Selain itu, perbedaan yang lain terdapat pada rancangan penelitian. Penelitian Larasati (2014) menggunakan
rancangan
fenomenologi,
sedangkan
penelitian
ini
menggunakan rancangan studi kasus (case study). F. Gambaran Umum RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan profil RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medis, diketahui: 1. Sejarah Singkat RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah berdiri sejak tanggal 23 Agustus 1953 sebagai Koloni Orang Sakit Jiwa (KOSJ), dimana pasiennya semula berasal dari RS Jiwa Mangunjayan Surakarta dan RS Jiwa Kramat Magelang. Sebagai direktur pertama adalah Dr. RM. Soedjarwadi. Sejak tahun 1972 fungsi koloni berubah menjadi rumah sakit dengan dibukanya pelayanan rawat jalan seminggu sekali, sedangkan fungsi sebagai penampungan ditingkatkan menjadi rawat inap. Hal ini dimungkinkan
dengan
didatangkannya
Mangunjayan Surakarta seminggu sekali.
spesialis
jiwa
dari
RSJ
Dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 135/SK/MenKes/IV/78 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa, maka KOSJ secara resmi berubah menjadi rumah sakit jiwa kelas B, sampai saat ini SK MENKES ini masih digunakan sebagai dasar operasional. Sesuai dengan rekomendasi Gubernur Jawa Tengah Nomor: 445/67972000 tanggal 28 Juni 2000 tentang perubahan nama Rumah Sakit Jiwa Klaten selanjutnya dengan SK Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI No.1681.A/MENKES KESSOS/SK/XI/2000, maka sejak tanggal 20 November 2000 nama RS Jiwa Klaten resmi berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Klaten. Sesuai
dengan
Surat
Nomor:
1732/Menkes-Kessos/XII/2000
tanggal 12 Desember 2000, Rumah Sakit Jiwa ini diserahkan Pemerintah Pusat ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2000, RS Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah telah lulus Akreditasi Penuh Tingkat Dasar untuk 5 jenis standar pelayanan dan saat ini RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah telah terakreditasi versi 2012 tingkat paripurna. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah mengacu pada peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 98 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan SK. Direktur No.061/4666/2008 tentang Pemberitauan Instalasi dimaksud untuk memperlancar pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. 2. Visi dan Misi a. Visi Rumah sakit jiwa pilihan pertama masyarakat dengan layanan yang lengkap, bermutu tinggi dan dengan ilmu terkini. b. Misi 1) Memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang terbaik bagi semua lapisan masyarakat. 2) Meningkatkan
kuantitas
berkesinambungan.
dan
kualitas
SDM
secara
3) Menjamin kesehatan yang selalu terakreditasi dan tersertifikasi secara nasional maupun internasional. 4) Mewujudkan penataan rumah sakit jiwa modern yang tertata dan konsisten dengan master plan. 5) Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penelitian di bidang kesehatan jiwa. 3. Fasilitas Pelayanan a. Pelayanan Gawat Darurat b. Pelayanan Rawat Inap 1) Rawat Inap Psikiatri 2) Rawat Inap Non Psikiatri c. Pelayanan Rawat Jalan 1) Klinik Dalam 2) Klinik Syaraf 1 3) Klinik Syaraf 2 4) Klinik Jiwa 5) Klinik Tumbuh Kembang Anak 6) Klinik Gigi dan Mulut 7) Klinik Umum 8) Klinik Psikologi dan Konsultasi Gizi 9) Klinik Fisioterapi 10) Klinik Nyeri d. Pelayanan Penunjang 1) Instalasi Laboratorium 2) Instalasi Farmasi 3) Instalasi Radiologi 4) Instalasi Rehabilitasi 5) Instalasi Elektromedik dan Elektrodiagnostik 4. Struktur Oragnisasi RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Struktur organisasi yang berlaku saat ini berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah yaitu rumah sakit dipimpin
oleh seorang direktur yang membawahi satu sub bagian dan tiga seksi serta kelompok jabatan Fungsional yaitu : 1) Sub Bagian Tata Usaha 2) Seksi Pelayanan Medik dan Non Medik 3) Seksi Keperawatan 4) Seksi Penunjang Medik dan Non Medik 5) Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok jabatan Fungsional yaitu terdiri dari : 1) Ketua Komite Medik 2) Ketua Komite Keperawat 3) Ketua Satuan Pemeriksaan Internal 4) Kepala Instalasi Gawat Darurat 5) Kepala Instalasi Rawat Jalan 6) Kepala Instalasi Rawat Inap 7) Kepala Instalasi Kewamas 8) Kepala Instalasi Rehabilitasi Mental dan Sosial 9) Kepala Instalasi Perawatan Instensif Psikiatri 10) Kepala Instalasi Rekam Medis 11) Kepala Instalasi Laboratorium Klinik 12) Kepala Instalasi Radiologi 13) Kepala Instalasi Farmasi 14) Kepala Instalasi Laundry 15) Kepala Instalasi Gizi 16) Kepala Instalasi Diklat 17) Kepala Instalasi Sanitasi dan K3 18) Kepala Instalasi Promkes 19) Kepala Instalasi PDE 20) Kepala Instalasi PSRS
5. Indikator Kinerja RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Tabel 1. Indikator Kinerja RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Jumlah No
Indikator
Satuan
2012
2013
2014
2015 (Jan-Okt)
1
BOR
%
58,65
63,15
57,77
49,41
2
LOS
Hari
21,66
19,81
17,85
12,2
3
TOI
Hari
15,27
11,56
13,05
13,07
4
BTO
Kali
9,91
11,62
11,81
11,76
5
GDR
Permil
0,006
0,006
0,009
0,02
6
NDR
Permil
0,004
0,003
0,002
0,01
7
Hari Perawatan
Pasien
40.575
43.564
39.853
29.891
8
Jumlah Tempat Tidur
Buah
189
189
189
199
9
Kunjungan Rawat Inap
Pasien
1.864
2.195
2.233
2.129
10
Kunjungan Rawat Jalan
Pasien
56.460
78.773
74.472
82.618
11
Kunjungan IGD
Pasien
4.887
5.969
5.229
5.945
Sumber: Laporan Instalasi Rekam Medis RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah