BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara dengan berbagai potensi besar yang dimilikinya baik potensi alam, sumberdaya manusia, maupun teknologi tentunya memiliki berbagai pilihan dalam pengembangan sektor ekonomi. Sektor-sektor ekonomi yang berperan secara signifikan dalam pembentukan PDB/PDRB perlu mendapat perhatian lebih banyak karena diduga mampu memberikan dampak ekonomi yang besar terhadap sistem perekonomian. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa sektor dengan kontribusi pembentukan PDRB yang cukup tinggi contohnya adalah sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi salah satu kunci penting dalam pembangunan ekonomi karena kemampuannya yang tidak hanya sebagai penyedia pangan utama tetapi juga menjadi penyedia input untuk sektor lainnya. Pada perkembangannya, ternyata telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Indonesia yang mengarah kepada industrialisasi. Hal serupa ternyata juga terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya di Jawa Timur. Secara implisit perubahan ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB yang semakin menurun dan digantikan oleh kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pembentukan PDRB yang semakin meningkat. Kontribusi sektor industri pengolahan dalam pembentukan PDRB tentunya tidak lepas dari kemampuan subsektor-subsektornya dalam pembentukan PDRB. Subsektor yang termasuk dalam sektor industri pengolahan di Jawa Timur antara lain subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau; subsektor industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; subsektor industri kertas, percetakan, dan penerbitan; subsektor industri kimia, minyak bumi, karet dan plastik; subsektor industri barang galian non logam, kecuali minyak bumi dan batubara; subsektor industri barang dari logam, mesin dan peralatan; dan subsektor industri pengolahan lainnya. Salah satu subsektor yang cukup berpengaruh terhadap pembentukan PDRB Jawa Timur adalah subsektor makanan, minuman, dan tembakau. Menurut data yang dihimpun BPS Jawa Timur, kontribusi subsektor makanan, minuman,
1
dan tembakau pada tahun 2008-2012 terhadap PDRB atas dasar harga berlaku di Jawa Timur menyumbang rata-rata sebesar 15,42 persen atau sekitar Rp 122 triliun. Kemampuan yang ditunjukkan dalam pembentukan nilai PDRB oleh subsektor pengolahan tembakau tentunya memberikan indikasi bahwa potensi pengembangan subsektor ini sangat cocok untuk dilakukan di Jawa Timur. Performa yang ditunjukkan oleh subsektor pengolahan tembakau disebabkan oleh struktur permintaan dan penawaran terhadap produk olahan tembakau yang mengalami kecenderungan meningkat setiap tahunnya, baik di Jawa Timur maupun di tingkat nasional. Perkembangan industri pengolahan tembakau yang terjadi di Jawa Timur juga tidak terlepas dari konsumsi masyarakat akan produk olahan tembakau yang tinggi. Permintaan terhadap produk olahan tembakau yang tinggi ini seakan memberikan dorongan kepada industri pengolahan tembakau untuk terus berproduksi. Permintaan produk olahan tembakau Indonesia tidak hanya datang dari pasar domestik atau nasional saja namun juga menjangkau pasar ekspor terutama permintaan produk olahan tembakau berupa cerutu. Ketergantungan industri pengolahan tembakau akan pasar domestik ini membuat performa industri pengolahan tembakau relatif stabil apalagi bahan baku utama yang digunakan oleh industri ini diperoleh dari pasar domestik sehingga harga bahan baku terutama tembakau tidak terlalu terpengaruh oleh harga di pasar dunia. Volume produksi olahan tembakau Indonesia khususnya rokok meningkat sebesar 4,1 persen pada tahun 2013 yang pada tahun 2012 mencapai 326,8 miliar batang menjadi 341,9 miliar batang pada tahun 2013. Realisasi volume produksi rokok tersebut diperoleh dari volume produksi rokok jenis sigaret kretek mesin (SKM), sigaret kretek tangan (SKT), dan sigaret putih mesin (SPM). Peningkatan volume produksi rokok yang terjadi tentunya berimbas kepada penerimaan negara melalui cukai yang pada tahun 2012 hanya sebesar 95,02 triliun rupiah menjadi 108,45 triliun rupiah pada tahun 2013. Dari total penerimaan cukai pada tahun 2013, cukai dari hasil tembakau menyumbang sebanyak 103,02 triliun rupiah.1
1
Dikutip dari artikel berjudul Produksi Rokok Terus Mengepul, Harian Jawa Pos 15 Januari 2014
2
Berbagai kontribusi yang diberikan oleh industri pengolahan tembakau pada paparan sebelumnya tentunya memberikan indikasi bahwa subsektor ini memiliki potensi yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi. Analisis lanjutan kiranya perlu dilakukan untuk mengetahui dampak ekonomi yang dapat diberikan oleh subsektor industri pengolahan tembakau, sehingga dapat diperoleh rumusan perencanaan pembangunan ekonomi melalui pengembangan subsektor industri pengolahan tembakau sebagai key sector dalam perekonomian. Beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan sebagai landasan dalam perencanaan sebuah kebijakan pembangunan ekonomi daerah adalah kemampuan suatu sektor untuk memberikan pengaruh terhadap sektor lainnya, terutama sektor hulu dan hilirnya dan multiplier effect yang dihasilkan oleh suatu sektor terhadap struktur perekonomian. Pada dasarnya, suatu sektor ekonomi tidak mampu berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari sektor lainnya tetapi saling memiliki keterkaitan secara langsung maupun tidak langsung sehingga kemajuan suatu sektor ekonomi tertentu sebenarnya juga tidak terlepas dari dukungan yang diberikan oleh sektor ekonomi lainnya. Keterkaitan antar sektor yang terjadi dalam sistem perekonomian dapat menggambarkan bagaimana pertumbuhan suatu sektor ekonomi tertentu sebenarnya juga menyebabkan sektor yang terkait dengannya juga mengalami pertumbuhan, misalnya pertumbuhan agroindustri tembakau yang diakibatkan oleh perubahan permintaan akan menyebabkan permintaan terhadap komoditas tembakau meningkat karena komoditas tembakau merupakan input yang diperlukan oleh agroindustri tembakau untuk menghasilkan produk atau output. Alat analisis yang tepat untuk mengetahui bagaimana dampak ekonomi yang dapat ditimbulkan oleh suatu sektor adalah dengan menggunakan analisis input-output (Tabel I-O). Keterkaitan yang terjadi antar sektor ekonomi, baik keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan, pada suatu sistem perekonomian dapat diketahui dengan menggunakan analisis ini, selain itu dapat diketahui pula bagaimana dampak ekonomi suatu sektor terhadap output, pendapatan masyarakat, dan penyediaan lapangan kerja pada suatu sistem perekonomian. Sektor ekonomi dengan nilai keterkaitan dan dampak ekonomi
3
(multiplier effect) yang tinggi tentunya akan mampu memberikan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada suatu daerah sehingga perlu mendapat perhatian lebih atau prioritas dalam perencanaan pembangunan ekonomi sebagai sektor unggulan. Apabila subsektor pengolahan tembakau memenuhi kriteria ideal tersebut, yakni memiliki nilai keterkaitan dan dampak ekonomi yang tinggi, ditambah dengan kemampuannya yang cukup tinggi dalam membentuk nilai PDRB kiranya subsektor pengolahan tembakau termasuk ke dalam sektor unggulan dan perlu mendapat prioritas lebih besar dari sektor ekonomi lainnya.
B. Perumusan Masalah Agroindustri tembakau atau subsektor pengolahan tembakau memiliki peranan yang cukup signifikan dalam pembentukan PDRB Jawa Timur, yakni rata-rata sekitar 15,42 persen tiap tahunnya. Pada tahun 2012 lalu, Jawa Timur sebagai gudangnya pabrik rokok, menempati urutan pertama dalam penerimaan dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) dengan nilai sebesar Rp 817,64 miliar, posisi kedua ditempati oleh Provinsi Jawa Tengah dengan nilai DBHCHT sebesar Rp 426,65 miliar, dan posisi ketiga ditempati oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan nilai DBHCHT sebesar Rp 187,23 miliar. Selain itu, setidaknya sekitar 60 persen penerimaan negara dari cukai disumbang oleh Jawa Timur. Kontribusi agroindustri tembakau dalam pembentukan PDRB ternyata terus mendapat tekanan, Peraturan Pemerintah (PP) No. 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan, FCTC, kebijakan cukai dan kebijakan melarang merokok yang terdapat di berbagai daerah. Berbagai barrier yang diberikan oleh pemerintah melalui kebijakan dan opini negatif publik tentang produk tembakau dan agroindustri pengolahannya
tentunya
memberikan
pengaruh
terhadap
perkembangan
komoditas tembakau dan agroindustri pengolahannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan komoditas tembakau dan agroindustri tembakau di Provinsi Jawa Timur?
4
2. Bagaimana pengaruh sektor agroindustri tembakau dalam menarik dan mendorong sektor lainnya dalam struktur ekonomi Provinsi Jawa Timur? 3. Bagaimana dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor agroindustri tembakau ditinjau berdasarkan multiplier effect tehadap output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur?
C. Tujuan 1. Mengetahui
kecenderungan
perkembangan
komoditas
tembakau
dan
agroindustri tembakau di Provinsi Jawa Timur. 2. Mengetahui keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage) sektor agroindustri tembakau terhadap sektor lainnya dalam struktur ekonomi Provinsi Jawa Timur. 3. Mengetahui besaran dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor agroindustri tembakau, ditinjau berdasarkan multiplier effect terhadap output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur.
D. Kegunaan 1. Bagi peneliti, penelitian ini digunakan sebagai sarana pembelajaran mengenai ekonomi regional dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 di Fakultas Pertanian UGM. 2. Bagi pemerintah daerah di Provinsi Jawa Timur, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan. 3. Bagi pihak lain yang berkepentingan, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam perencanaan kegiatan ekonomi. 4. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian yang terkait dengan topik sejenis.
5