BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Isu sanitasi merupakan masalah yang perlu diperhatikan semua pihak karena berkaitan dengan seluruh kegiatan manusia. Sanitasi yang tidak sehat berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit. Karena itu, kampanye sanitasi sehat harus terus digalakkan (Fachri, 2013). Sekitar 2,4 juta kematian di dunia (4,2% dari jumlah semua kematian) dapat dicegah setiap tahun jika semua orang menjaga kebersihan dengan baik dan memiliki fasilitas sanitasi dan air bersih yang memadai (Bartram & Cairncross, 2010). Menurut WHO (2013) saat ini diperkirakan 2,4 miliar orang di dunia hidup dalam kondisi tidak sehat karena tidak memiliki akses sanitasi dan berperilaku tidak sehat sehingga sangat berisiko untuk terkena penyakit serta mempunyai andil dalam penyebaran penyakit berbasis lingkunganyang dapat menular seperti diare, kecacingan, giardiasis, schistosomiasis, trachoma, dan berbagai infeksi lainnya. Yang paling terkena dampaknya adalah penduduk di negara-negara berkembang yang hidup di bawah kemiskinan, umumnya mereka tinggal di pinggiran kota atau pelosok pedesaan. Di Indonesia sendiri dari data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa sekitar 116 juta orangmasih kekurangan sanitasi yang memadai (Unicef Indonesia, 2012). Di antara masalah utama yang menjadi penyebab masalah sanitasi di negaranegara berkembang menurut WHO (2010) dalam Itchon dan Gensch (2013)adalah: kurangnya prioritas yang diberikan pada sektor sanitasi, kurangnya sumber daya keuangan, kurangnya keberlanjutan pelayanan air bersih dan sanitasi, perilaku kebersihan yang buruk dan sanitasi yang tidak memadai di tempat-tempat umum termasuk rumah sakit, puskesmas, sekolah dan lain-lain. Tempat-tempat umum tersebut menurut Depkes (2003) meliputi bangunan dan sarananya yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatan, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk
1
2
mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara sosial ekonomis. Menurut
Mukono
(2006)
sanitasid i
tempat-
tempatumum,merupakanmasalahkesehatanmasyarakatyangcukup mendesak.Karenatempatumummerupakantempatbertemunyamasyarakat
dengan
segala penyakit yang berpotensi diderita anggota masyarakat. Oleh sebab itu tempatumumbisa
menjadi
tempatmenyebarnyasegalapenyakitterutamapenyakityang medianyamakanan,minuman,udaradanair. Dengandemikiansanitasitempat-tempat umumharusmemenuhipersyaratankesehatan unt uk melindungi,memelihara,dan meningkatkanderajatkesehatanmasyarakat. Penularan penyakit dapat terjadi di tempat-tempat umum karena kurang tersedianya air bersih dan jamban, kurang baiknya pengelolaan sampah dan air limbah, kepadatan vektor berupa lalat dan nyamuk, kurangnya ventilasi dan pencahayaan, kebisingan dan lain-lain. Tempat-tempat umum yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai penyakit antara lain diare, infeksi saluran pernafasan akut serta penyakit-penyakit akibat terpapar asap rokok, seperti : penyakit paruparu, jantung dan kanker, yang selanjutnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.Menurut Depkes RI (2005), tempat perkembangbiakan utama vektor demam berdarah salah satunya adalah tempat-tempat umum. Tempatatausaranalayananumumyangwajibmenyelenggarakansanitasilingkun ganantaralain,tempatumumatausaranaumumyangdikelolasecarakomersial,tempatya ng
memungkinkan
intensitas
terjadinyapenularanpenyakit,atautempatlayananumumyang
jumlah
Tempatumumsemacamitumeliputi
danwaktu
kunjungannyatinggi.
hotel,terminalangkutan
umum,
pasar
tradisionalatau swalayan, pertokoan, bioskop,salon kecantikanatau tempat pangkasrambut,pantipijat,tamanhiburan,
gedungpertemuan,pondok
pesantren,tempatibadah, objekwisatadanlain-lain (Chandra, 2007). Masjid adalah salah satu tempat umumtermasuk fasilitasnya yang digunakan untuk melakukan ibadah keagamaan umat Islam. Sebagai tempat umum masjid juga dapat memberi peluang terjadinya penularan penyakit, pencemaran
3
lingkungan atau ganggungan kesehatan yang lainnya apabila lingkungannya tidak bersih dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi termasuk orang yang menggunakan masjid (Dinkes Prov Jateng, 1998). Salah satu persyaratan sanitasi bagian luar masjid yang harus dipenuhi adalah fasilitas sanitasi masjid karena menurut WHO (2013) walaupun masingmasing tempat-tempat umum berbeda jenis dan waktu kegiatan serta jumlah pengunjungnya namun harus tetap ada fasilitas sanitasi diantaranya pembuangan kotoran manusia atau toilet yang memadai, penyediaan air bersih yag mencukupi sesuai standar mutu dan pembuangan sampah yang benar. Suatu tempat umum yang belum memiliki fasilitas sanitasi perlu didorong untuk memiliki sarana yang memenuhi syarat dan dapat memeliharanya dengan baik sehingga dalam jangka panjang menghasilkan kondisi sarana tempat umum yang sehat (Wahyuningsih, 2002). Menurut Chandra (2007) di samping perlunya pengawasan sanitasi secara berkala dan terus menerus oleh petugas Dinas Kesehatan dan Puskesmas,peran aktif masyarakatjuga merupakan aspek yang perlu mendapat perhatian. Peran aktif masyarakat
khususnya pengurus masjid perlu dibina dan ditingkatkan untuk
menciptakan lingkungan masjid yang bersih dan sehat. Oleh karena itu takmir masjid perlu mempunyai pengetahuan yang baik tentang fasilitas sanitasi masjid guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan. Masih banyak masjid di pedesaan termasuk di wilayah Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang belum memenuhi persyaratan sanitasi termasuk belum memiliki fasilitas sanitasi sesuai standar persyaratan yang ditetapkan. Berdasarkan
data
program
sanitasi
Puskesmas
Tempuran
tahun
2012
menunjukkan bahwa baru 60% masjid di wilayah Kecamatan Tempuran yang memenuhi syarat sanitasi, sedangkan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk Tempat-Tempat Umum (TTU)adalah 80%. Hal ini juga didukung data yang menunjukkan bahwa baru sekitar 53% masjidmemiliki jamban, dari jumlah tersebut 23% belum memenuhi syarat. Masjid yang sudah ada tempat buang air
4
kecil 62%, dari jumlah tersebut 24% belum memenuhi syarat. Untuk saluran pembuangan air limbah 56% masjid sudah ada sarana tersebut, namun 55% sarana yang ada belum memenuhi syarat. Sedangkan untuk tempat pembuangan sampah, baru 32% masjid yang memiliki tempat pembuangan sampah, dari jumlah tersebut 53% belum memenuhi syarat. Keberadaan dan peran takmir masjid sangat menentukan di dalam membawa jamaahnya kepada kehidupan masyarakat yang lebih baik. Kemajuan masyarakat di sekitar masjid banyak dipengaruhi oleh kreatifitas takmir dalam mengelola program/kegiatan masjid termasuk dalam mengupayakan kondisi sanitasi yang memenuhi syarat untuk mewujudkan lingkungan masjid yang bersih dan sehat. Kondisi sanitasi masjid dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya pengetahuan dan sikap takmir terhadap sanitasi masjid, ketersedian sumber daya yang ada di masjid, dukungan dari berbagai pihak terkait dan pengunjung atau jamaah. Berdasarkan gambaran di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengankondisisanitasi masjid di wilayah Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakangdi
atas,
maka
dapat
dirumuskan
masalahpenelitian sebagai berikut: “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kondisi sanitasi masjid di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisisfaktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi sanitasi masjid di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. 2. Tujuan khusus a. Untuk mendeskripsikan kondisi sanitasi masjid di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.
5
b. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang berhubungan pada kondisi sanitasi masjid di Kecamatan Tempuran KabupatenMagelang. c. Untuk mendeskripsikan pengaruh faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi sanitasi masjid di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan informasi dan referensi mengenai sanitasi tempat-tempat umum khususnya untuk peningkatan sanitasi masjid. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengurus masjid/takmir, Dinas Kesehatan terutama Puskesmas dan Instansi Lintas Sektor Kecamatan Tempuran sebagai bahan masukan untuk ditindaklanjuti dalam meningkatkan sanitasi masjid.
E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis,belum ada penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi sanitasi masjid, namun ada beberapa penelitian kesehatan lingkungan/tempat-tempat umum yang berkaitan diantaranya : Tabel 1. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan sanitasi/ kesehatan lingkungan. Pen ulis (tah un)
Tujuan
Lokasi
Ranca ngan Peneli tian
Hasil Utama
Supri adi (200 9)
Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap kepala sekolah, guru UKS dan pengelola kantin dengan kondisi sanitasi kantin sekolah dasar
Kota Jambi
Crosssection al
Terdapat hubungan antara pengetahuan kepala sekolah, guru UKS dan pengelola kantin dengan kondisi sanitasi kantin sekolah. Begitu pula dengan sikap. Namun tidak terdapat hubungan secara bersamasamaantara pengetahuan dan sikap kepala
6
Ibrahi Mengetahui faktor m et al yang berhubungan (2012) denganpemanfaatan jambandankondisijam bandiDesa Pintu LangitJaeKec.Sidimpu an
Chus na (201 2)
Mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas sarana sanitasi kantin di Universitas NegeriSemarang
Angkola Julu
Crosssection al
Semarang
Fisher
Meika Mengetahui hubungan Semarang wati et pengetahuan dan sikap al petugas penjamah (2010) makanan dengan praktek higiene dan sanitasi makanan di RSJD dr. Amino Gondohutomo
Crosssection al
Masli MengetahuifaktorKecamatanPantiKabu Cross(2008) faktoryangberhubunga patenPasaman. section al ndengantingkat partisipasimasyarakat dalam pengadaan jamban keluargamelaluiCLTS
sekolah, guru UKS dan pengelola kantin dengan kondisi sanitasi kantin sekolah Adahubunganyabermak naantara pengetahuan dengan pemanfaatan jamban,sikapdenganpe manfaatan jamba,kondisijambande nganpemanfaatan jambandan ketersediaanair bersih dengan pemanfaatanjamban Ada hubungan antara pengetahuan, pendidikan penjamah makanan dan lingkungan dengan kualitas sarana sanitasi kantin. Tidak ada hubungan antara pelatihan dengan kualitas sarana sanitasi kantin. Tidak ada hubungan antara pengetahuan petugas penjamah makanan dengan praktek higiene dan sanitasi makanan. Ada hubungan antara sikap petugas penjamah makanan dengan praktek higiene dan sanitasi makanan. Ada hubunganpengetahuan, sikap dan pendapatan responden dengan tingkat partisipasi, sedangkan pendidikan tidakberhubung an dengan tingkat parti sipasi. Dari ketiga faktor tersebut yang paling besarhubungannya adalah sikap.
7