1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Setiap anak tumbuh dengan keunikannya dan caranya sendiri. Terdapat variasi yang besar dalam halusia pencapaian tahap perkembangan. Urutannya dapat diprediksi, namun tidak dengan waktunya. Laju pertumbuhan bervariasi, ada yang cepat, sedang atau lambat. Sistem tubuh pada anak usia prasekolah sebagian besar telah baik dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stress dan perubahan yang ada secara perlahan (Wong, 2009). Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan, baik lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun lingkungan setelah anak itu lahir. Betapa majemuknya faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, sehingga
hidup anak-anaknya masih belum
merupakan prioritas utama di dalam kehidupan keluarganya (Soetjiningsih, 2002). Pertumbuhan dan perkembangan (tumbang) pada dasarnya merupakan dua peristiwa yang berlainan, akan tetapi keduanya saling keterkaitan. Pertumbuhan (growth) ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan (Narendra, dkk, 2002) . Sedangkan perkembangan
(development)
merupakan
bertambahnya
kemampuan
(skill/ketrampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Berdasarkan dua pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa semua proses ini saling berkaitan, terjadi bersamaan, dan bersifat kontinu, tidak satupun proses yag terjadi terpisah dari yang lain. Dengan sangat sederhana, pertumbuhan dianggap sebagai perubahan kuantitatif, dan perkembangan sebagai perubahan kualitatif (Wong, 2009).
1
2
Salah satu aspek penting pada proses kembang ialah perkembangan motorik karena merupakan awal dari kecerdasan dan emosi sosialnya ( Nursalam, 2005). Salah satu komponen yang dari perkembangan motorik adalah perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otototot kecil tetapi diperlukan koordinasi yang cermat (Soetjiningsih, 2002). Usia prasekolah merupakan periode keemasan (golden age) dalam proses perkembangan, yang artinya pada usia tersebut aspek kognitif, fisik, motorik, dan psikososial seorang anak berkembangan secara pesat. Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu berlangsung dalam kegiatan yang holistik (Zaviera, 2008). Proses tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor biofisiko-psoikososial, seperti komponen bilogis yaitu kesehatan tubuh/organ, keadaan gizi, kekebalan terhadap penyakit, komponen fisis, perumahan, kebersihan lingkungan, fasilitas kesehatan dan pendidikan. Komponen psikososial terdiri dari kesehatan jiwa, stimulasi mental, pengaruh keluarga, nilai sosial budaya, tradisi, adat dan agama (Soetjiningsih, 2002). Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental seseorang.Terdapat kaitan yang sangat erat antara status gizi dengan konsumsi makanan. Tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Namun demikian, perlu diketahui bahwa keadaan gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada saat itu saja, tetapi lebih banyak ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa yang telah lampau, bahkan jauh sebelum masa itu. Ini berarti bahwa konsumsi zat gizi masa kanak-kanak memberi andil terhadap status gizi setelah dewasa (Wiryo, 2002). Terpenuhinya gizi yang baik tergantung dari pola asuh gizi yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak (child rearing) adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik. Pengasuhan anak
3
disini menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan dalam pengasuh terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua (pengasuh) dengan anak (yang diasuh). Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti mencukupi kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan melindungi, maupun sosialiasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat (Laksana, 2011). Berdasarkan penelitian Khofiyah (2010), di wilayah kerja Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo yang meneliti hubungan antara status gizi dan pola asuh gizi dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan menunjukkan ada hubungan antara status gizi dan pola asuh gizi Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Biratomcia
dengan perkembangan. (2010),
yang
meneliti
perkembangan motorik halus pada anak usia 3-5 tahun di TK Kemala Bhayangkari 90 Akpol Semarang menunjukkan bahwa perkembangan motorik halus anak dipengaruhi oleh status gizinya, dimana anak yang status gizinya normal berhubungan secara bermakna dengan perkembangan motorik halusnya. Perkembangan anak yang abnormal disebabkan oleh faktor lingkungan pengasuhan, status gizi, status kesehatan, stimulasi dan budaya (Hidayat, 2008). Keadaan monografi Desa Tungu Godong Grobogan jumlah penduduk 2.279 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 664 jiwa. Masyarakat di desa tersebut mempunyai mata pencaharian yang berpenghasilan dari petani, pedagang, PNS, pegawai swasta, kuli bangunan dan buruh tani sehingga pendapatan masyarakat tersebut juga bervariasi, masyarakat berpendapatan bervariasi dan untuk tingkat pendidikan juga bervariasi dari pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama sampai sekolah menengah atas bahkan keperguruan tinggi sehingga dalam praktek pola asuh juga bervariasi dan untuk pengetahuan ibu tentang gizi lebih sering menyajikan makanan sesuai selera dan sesuai pendapatan keluarga. Berdasarkan wawancara pada 3 orang ibu bahwa 2 diantaranya mengatakan ibu memasak sendiri dengan menyesuaikan ekonomi keluarga dan berusaha menyesuaikan kesukaan anak.
4
Berdasarkan observasi pada anak TK disertai wawancara guru TK Desember 2011 yang dilakukan peneliti di TK desa Tungu pada anak-anak usia prasekolah pada 10 siswa diketahui bahwa 5 anak belum bisa menulis huruf atau angka dan
ada 3 anak yang belum dapat menggambar atau
mengikuti arah garis yang sudah ditentukan oleh guru. Menurut guru yang membimbing mengatakan pada 2 anak usia empat tahun belum dapat menggunting dengan lancar, apalagi menggunting dengan mengikuti pola gambar tertentu, ini sesuai dengan temuan peneliti bahwa 2 anak usia empat tahun belum dapat menggunting dengan lancar dan menggunting dengan mengikuti pola gambar tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus siswa masih banyak yang belum bekerja sesuai dengan perkembangan usianya. Berdasarkan fenomena yang ada di Desa Tungu maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan pola asuh gizi ibu terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun di Desa Tungu Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti“ Adakah hubungan pola asuh gizi ibu terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di DesaTungu Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh gizi ibu terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun di Desa Tungu Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan pola asuh gizi ibu pada anak usia 4-5 tahun di Desa Tungu Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.
5
b. Mendiskripsikan perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di Desa Tungu Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. c. Menganalisis hubungan pola asuh gizi ibu terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun di Desa Tungu Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.
D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau masukan kepada berbagai pihak. a. Masyarakat (ibu) Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat ( ibu) dapat mengetahui zat gizi yang di butuhkan pada anak usia 4-5 tahun serta memantau perkembangan anaknya. b. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang manfaat dari asupan nutrisi yang seimbang terhadap perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun. c. Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi perawat agar dapat memberikan bimbingan pada keluarga dengan anak usia 4-5 tahun mengenai pemenuhan kebutuhan gizi yang tepat bagi perkembangan anak.
E. Bidang Ilmu Segi keilmuan, penelitian ini merupakan bidang kesehatan yang berfokus pada bidang keperawatan anak.
6
F. Originalitas Penelitian Tabel 1.1 Originalitas Penelitian Tahun/ Peneliti 2010/ Nidatul Khofiyah
Judul
Sampel
Hasil
Hubungan antara status gizi dan pola asuh gizi dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo
Ada hubungan antara status gizi menurut indeks BB/U (p: 0,000), status gizi menurut indeks BB/TB (p:0,000) dan pola asuh gizi (p:0,000) dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan, adapun TB/U tidak menunjukkan adanya hubungan terhadap perkembangan anak usia 6-24 bulan (p: 0,774)
2010/ Dewi Yuniarti
Hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan motorik halus anak prasekolah usia 46 tahun di Yogyakarta
2010/ Salma Biratomcia
Pengaruh status gizi terhadap perkembangan motorik halus anak usia prasekolah di TK Kemala Bhayangkari 90 Akpol Semarang
2004/ Samudi
Hubungan status gizi dengan tingkat perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun pada keluarga sejahtera di Kecamatan Gemawang Kabupaten
Sampel yang digunakan adalah 160 anak di wilayah kerja puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo dan teknik pengambilan sampelnya adalah random sampling Sampel yang digunakan adalah di TK Minomartini 16 anak 16 orang tua dan di TK Sultoni Yogyakarta 18 anak dan 18 orang tua, teknik pengambilan sampelnya adalah total sampling Sampel yang digunakan adalah 56 siswa di TK Kemala Bhayangkari 90 Akpol Semarang, teknik pengambilan sampelnya adalah total sampling Sampel yang digunakan adalah 85 anak usia 4-5 tahun di Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, teknik pengambilan
Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan motorik halus anak dengan nilai p sebesar 0,000 (P< 0,05)
Ada hubungan antara status gizi anak dengan perkembangan motorik halus anak dengan nilai p sebesar 0,000 (P< 0,05)
Ada hubungan antara status gizi anak dengan tingkat perkembangan motorik halus anak dengan nilai p sebesar 0,000 (P< 0,05)
7
2007/ Nurfendi
2011/ Budiarti, dkk
Temanggung Jawa Tengah Hubungan antara pola asuh gizi keluarga dengan status gizi balita (1-3) tahun di Desa Sumurjomlangbojo Bojong Pekalongan Hubungan asupan gizi dengan tumbuh kembang anak usia 5-6 tahun
sampelnya adalah random sampling Sampel yang digunakan adalah 72 anak dan orang tua di Desa Sumurjomlangbojo Bojong Pekalongan, teknik pengambilan sampelnya adalah random sampling Sampel yang digunakan adalah 29 ibu dan 29 anak di di TK Dharma Wanita di Desa Setono Rejo Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, teknik pengambilan sampelnya adalah random sampling
Ada hubungan antara pola asuh gizi keluarga dengan status gizi anak dengan nilai p sebesar 0,000 (P< 0,05)
Ada hubungan asupan gizi dengan tumbuh kembang anak dengan nilai x² hitung (3,837) > x² tabel (3,481) dengan taraf signifikansi 5%
Originalitas Penelitian ini adalah: 1. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional dimana jenis penelitian ini yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi dari variabel bebas dan variabel terikat hanya pada satu kali saat itu. 2. Populasi penelitian ini yaitu semua anak usia 4-5 tahun dan mempunyai
yang
ibu yang berada di Desa Tungu Kecamatan Godong
Kabupaten Grobogan. 3. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner pola asuh gizi ibu dan lembar observasi perkembangan motorik halus modifikasi dari Denver II