BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua orang bisa mengendarai sepeda motor, tapi tak semua orang memahami cara mengendarai sepeda motor dengan benar dan aman. Tingginya angka cedera akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan raya terjadi akibat banyak pengendara sepeda motor yang tak memperdulikan kenyamanan dan memperhitungkan keselamatan diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya, seperti para pejalan kaki maupun pengemudi kendaraan lainnya (WHO, 2013). Mereka mengendarai sepeda motor dengan sekencang-kencangnya, ugal-ugalan atau sangat lambat dan lain-lain yang membahayakan dirinya juga orang lain disekitarnya. Demikian pula ketika lampu hijau menyala, mereka seakan tak peduli dengan kendaraan bermotor lainnya, langsung tancap gas dan tak sedikit pula yang zig-zag, benar-benar pemandangan yang mengerikan seakanakan mereka tidak peduli akan risiko terjadinya kecelakaan yang berujung cedera hingga mengakibatkan nyawa melayang. Sepeda motor banyak dipilih sebagai alat transportasi karena dianggap paling praktis dan ekonomis, baik untuk pribadi maupun keluarga. Selain memiliki kemampuan untuk melalui jalan yang relatif kecil juga seakan menjadi kendaraan yang bebas macet dan efektif dengan pemakaian BBM yang ekonomis serta murah dalam biaya perawatannya, padahal sepeda motor sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hiruk pikuk kendaraan yang hilir mudik di jalan raya ternyata memiliki andil yang sangat besar terhadap terjadinya kemacetan dan bahkan kecelakaan di jalan raya. Jumlah kendaraan bermotor yang cenderung meningkat,
merupakan
indikator
semakin
tingginya
kebutuhan
masyarakat
terhadap sarana transportasi yang memadai sejalan dengan mobilitas penduduk yang
semakin
tinggi
1
(BPS,
2013).
2
WHO mencatat lebih dari 3000 orang meninggal setiap harinya di seluruh dunia akibat cedera pada kecelakaan di jalan raya, dan di negara dengan pendapatan rendah hingga menengah ada 85% meninggal dan 90% diantaranya mengalami luka serius maupun cacat hidup. WHO juga memproyeksikan bahwa antara tahun 2000 hingga 2020 hal ini juga akan terjadi di 30% negara maju dan berkembang dan akan terus meningkat pada negara berpendapatan rendah dan menengah. Tanpa tindakan yang tepat, pada tahun 2020 cedera akibat kecelakaan di jalan raya diprediksi akan menjadi penyebab ketiga terbesar dalam permasalahan global penyakit dan cedera (Tabel 1). Hal inilah yang mendorong WHO mencanangkan gerakan dasawarsa keselamatan jalan raya pada 2011 hingga 2020 dengan target mengurangi jumlah korban mencapai 50%. Tabel 1 Perubahan Urutan Peringkat 10 Penyebab Beban Global Penyakit (Sumber : World Report on Road Traffic Injury Prevention)
Rank
1990
Rank
2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lower Respiratory Infections Diarrhoeal Diseases Perinatal Conditions Unipolar Major Depression Ischaemic Heart Disease Cerebrovascular Disease Tubercolosis Measles Road Traffic Injuries Congenital Abnormalities
1 2 3 4 5
Ishaemic Heart Disease Unipolar Major Depression Road Traffic Injuries Cerebrovascular Disease Chronic Obstructive Pulmonary Disease Lower Respiratory Infections Tubercolosis War Diarrhoeal Diseases HIV
6 7 8 9 10
DALY (Disability-adjusted life year) : A health-gap measure that combines information on the number of year lost from premature death with the loss of health from disability.
Ada perubahan besar yang terjadi sejak 40 tahun yang lalu menurut WHO, yaitu perubahan mendasar mengenai persepsi, pemahaman dan pelaksanaan tentang pencegahan cedera akibat kecelakaan di jalan raya. Saat ini keselamatan di jalan raya bukan hanya isu bagi para profesional bidang keselamatan jalan raya melainkan juga menjadi isu bagi kesehatan masyarakat. Angka kejadian dan angka kematian yang semakin tinggi, apalagi dampaknya terhadap kesehatan fisik
3
dan psikologi pengendara dan korban kecelakaan membawa pengaruh pula pada ekonomi. Pendekatan kesehatan masyarakat dalam pencegahan cedera akibat kecelakaan di jalan raya didasarkan pada ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, biomekanik,
epidemiologi,
sosiologi,
ilmu
perilaku,
kriminologi,
pendidikan,
ekonomi, teknik dan displin ilmu lainnya. Di Indonesia sejumlah upaya telah dilakukan, diantaranya mendorong pengetahuan tentang keselamatan di jalan raya kepada masyarakat melalui sekolah-sekolah dan kampus, memperbaiki mekanisme pembuatan surat izin mengemudi,
serta
memperbaiki analisis data-data kecelakaan.
Pencanangan
Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas pada tahun 2014 juga merupakan upaya lebih lanjut untuk mendukung gerakan WHO dan mengurangi kecelakaan di jalan raya. Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI 2015-2019 (Renstra), pada kondisi umum, potensi dan permasalahan pada usia sekolah dan remaja disebutkan bahwa penyebab kematian terbesar pada usia ini adalah akibat kecelakaan transportasi. Ini sesuai dengan hasil Riskesdas 2013 bahwa angka cedera akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya terbesar pada kelompok umur 15-24 tahun.
4
Tabel 2 Proporsi tempat terjadinya cedera menurut kelompok umur. (Sumber : Hasil Riskesdas 2013) Karakteristik (Kelompok Umur) <1 1-4 5-14 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+
Rumah
Sekolah
97,7 87,0 52,9 15,9 21,0 24,9 29,2 39,1 52,2 74,5
0 2,4 14,4 4,6 1,5 1,7 1,6 1,3 1,1 0,9
Olah Raga 0,4 1,0 4,9 5,9 3,3 1,9 0,8 1,0 1,2 2,0
Tempat Terjadinya Cedera Jalan Tempat Industri Raya Umum 1,6 0,1 0 8,0 0,5 0 24,2 1,0 0,1 66,7 2,2 1,5 58,0 3,7 3,8 50,5 3,4 3,8 44,3 3,4 3,0 34,0 2,6 2,0 20,5 2,3 0,9 10,5 1,7 0,1
Pertanian
Lainnya
0,2 0,5 2,1 2,7 7,9 12,3 16,1 18,7 21,0 9,4
0 0,5 0,4 0,6 0,9 1,6 1,5 1,3 0,9 1,0
Riskesdas merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data dasar bidang kesehatan dan dapt menghasilkan indikator kesehatan, data Riskesdas cukup kaya dengan informasi status kesehatan dan faktor penentu kesehatan, baik pada tingkat rumah tangga maupun individu.
B. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut
:
“Bagaimana distibusi geografis dan tren dari cedera akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya di Indonesia?”
5
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji dan menganalisa distribusi geografis dan tren cedera akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Diketahuinya
tren
terjadinya cedera berdasarkan perbandingan data
Riskesdas 2007 dengan data Riskesdas 2013. 2. Diketahuinya hubungan antara karakteristik individu yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal dan sosial ekonomi dengan kejadian cedera akibat kecelakaan lalu lintas. 3. Diketahuinya sebaran cedera akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan wilayah di Indonesia menggunakan Sistem Informasi Geografis.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Pusat dan Daerah serta Instansi terkait lainnya dalam dasar perencanaan pembangunan kesehatan, penentuan kebijakan, menetapkan prioritas dan menentukan programprogram strategis secara terintegrasi dan sinergis untuk menurunkan angka kecelakaan atau mengurangi risiko terjadinya cedera. 2. Bagi Institusi Pendidikan diharapkan
akan
khususnya
menambah
IKM UGM,
informasi
mengenai
penelitian ini kebijakandan
pengelolaan kecelakaan lalu lintas di jalan raya khususnya cedera. 3. Sebagai acuan atau referensi bagi penelitian berkelanjutan lainnya dengan topik penelitian berbeda, sampel yang lebih bervariasi atau dengan karakterisitik yang lebih mendalam.
6
E. Keaslian Penelitian Penelitian sejenis antara lain : 1. Epilina Inggrioneta Sekeronej (2011), meneliti hubungan faktor-faktor risiko dengan fatalitas akibat kecelakaan lalu lintas secara spasial di Kabupaten
Sleman
tahun
2009,
dengan
menggunakan
metode
penelitian secara observasional (survey) dan rancangan penelitian yang digunakan
adalah
cross
sectional dengan
menggunakan
metode
purposive sampling. 2. Heru Subekti (2011), meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan kasus kontrol (case control study) dengan quesioner sebagai instrumen, pemetaan dengan menggunakan GPS, dan analisis data dengan chi square dan regresi logistik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pemakaian helm SNI,
pemakaian
tali pengaman,
dan kepemilikan SIM dengan
terjadinya kejadian cedera kepala. 3. Putu Eka Meiyana Erawan (2013), menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan
melalui
pendidik
sebaya
(peer
educator)
terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap dalam pencegahan kecelakaan lalu lintas pada siswa SMA di kota Kendari Sulawesi Tenggara. Metode rancangan penelitian adalah eksperimen semu atau quasi experiment dengan rancangan non-equivalent control group. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik paired ttest dan uji statistik independent t test. 4. Ajeng Tyas Damayanti (2014), menganalisis perilaku berkendara, penggunaan
perlengkapan
keselamatan,
serta
tingkat
pemahaman
terhadap resiko kecelakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
observasi,
kuesioner
menggunakan analisis data secara korelasi.
serta
wawancara,
dan
7
5. Desy
Eliana
(2015),
meneliti tentang
pengaruh agresivitas dan
kecepatan terhadap tingkat keparahan cedera akibat kecelakaan lalu lintas pada pengemudi sepeda motor di Kabupaten Bantul. Metode penelitian yang digunakan : disain cross sectional dengan besar sampel penelitian 271 orang menggunakan metode pengambilan purposive sampling. Analisis bivariabel penelitian ini menggunakan chisquare / fisher exact dan logistik regresi.