BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rekam medis mengandung pengertian berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Menurut Permenkes Nomor 269/Menkes/Per/II/2008 tentang rekam medis mengandung pengertian berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi, salah satu sarana pelayanan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah Sakit adalah organisasi yang melalui tenaga medis professional terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
kedokteran,
asuhan
keperawatan
yang
berkesinambungan,
diagnosis serta pengobatan penyakit yang di derita oleh pasien
(Azwar,
1996). Sekarang ini yang sedang menjadi sorotan publik adalah mengenai
kebutuhan pasien akan pelayanan terkait tindakan kedokteran yang akan dilakukan. Dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan wajib menjelaskan mengenai informasi apa saja tentang tindakan kedokteran yang akan diberikan kepada pasien. Namun karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pasien akan ilmu kedokteran, banyak diantara mereka juga yang tidak mengetahui jika mereka mempunyai hak sebagai seorang pasien. Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dalam memberikan pelayanan pada pasien belum optimal dalam penyampaian hak – hak pasien terkait penyampaian informasi sebelum dilakukan tindakan kedokteran. Hal ini
1
2
terlihat saat dokter menjelaskan ke pasien tentang tindakan kedokteran yang akan diberikan. Di poliklinik pasien lebih banyak mengetahui sekilas tentang penjelasan yang disampaikan oleh dokter, dokterpun hanya menyampaikan apa yang perlu disampaikan dan tidak menjelaskan terlebih dahulu bahwa pasien tersebut mempunyai hak atas isi rekam medisnya. Lalu jika di bagian bangsal dokter hanya mengisi lembar persetujuan tindakan kedokteran, rata – rata penjelasan dokter hanya dalam bentuk lisan semata.
Dalam
menunjang
pelayanan
kesehatan
berupa
penyampaian/pemberian informasi tentang kondisi pasien diberikan oleh dokter yang melakukan tindakan kedokteran, diminta maupun tidak diminta oleh pasien. Hal tersebut dapat dibedakan menjadi dua cara pemberian informasi yaitu
pengungkapan
dan
pemahaman. Untuk
menjadikan
pemahaman yang cukup membawa konsekuensi kepada dokter untuk memberikan informasi yang rinci sehingga pasien dapat mengerti dan memahami
apa
saja
yang
dokter
telah
sampaikan.
Di
RS
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta terdapat lembar khusus untuk menyampaikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan yaitu lembar pemberian informasi tindakan kedokteran. Pemberian
informasi
yang
lengkap
sangat
diperlukan
pasien
sehingga nantinya pasien jelas dan mengerti tentang tindakan apa yang akan dilakukan pada dirinya. Selama ini banyak dari mereka yang tidak mengerti jika mempunyai hak - hak sebagai seorang pasien yang sudah di atur dalam Undang – undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran yang di dalamnya memuat hak dan kewajiban pasien, yang salah satunya berbunyi : “hak pasien untuk memperoleh informasi/penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya dan hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung
jawab
sendiri
sesudah memperoleh informasi tentang penyakitnya”. Berdasarkan peraturan tersebut pasien dapat memantapkan diri untuk mengambil keputusan
3
selanjutnya dan juga dapat menurunkan rasa khawatir sebelum dilakukan tindakan medis. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.436/SK/VI/1993 tentang Penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis, lembar ini digunakan sebagai pertanggung jawaban dokter
terhadap
serangkaian asuhan medis yang telah diberikan kepada pasien yang terkait dengan tindakan kedokteran yang dilakukan. Dan juga sebagai bukti tertulis seorang dokter telah memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak diinginkan. Berdasarkan pasal 2 ayat (1) dan pasal 7 Permenkes Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 setiap dokter diwajibkan mendapatkan persetujuan tindakan baik lisan maupun tulisan untuk semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien dan harus memberikan informasi kepada pasien. Informasi itu diberikan sebelum dilakukannya suatu tindakan operasi yang bersifat invasif, baik yang berupa diagnostic, terapeutik maupun rehabilitatif. Menurut Guwandi (2006), penjelasan pemberian informasi mengenai
tindakan yang akan dilakukan harus diberikan sehingga pasien mengerti benar apa yang dijelaskan oleh dokter. Informed Consent merupakan pembatasan otorisasi dokter terhadap pasiennya. Selain itu Informed Consent merupakan salah satu penunjang tertib administrasi di dalam suatu berkas rekam medis. kelengkapan lembar Informed Consent merupakan salah satu tumpuan untuk menjaga kualitas pelayanan rumah sakit, oleh sebab itu harus diselenggarakan evaluasi secara sistematis dan periodik oleh tenaga audit medis (Guwandi, 2006). Menurut
Permenkes
Nomor
290/Menkes/Per/VIII/2008
tentang
persetujuan tindakan kedokteran/ Informed Consent adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang berhak (yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau persetujuan kepada dokterdokter gigi untuk
4
melakukan tindakan medik sesudah orang yang berhak tersebut diberi penjelasan secara lengkap. Hak atas informasi tindakan kedokteran secara evolusi, sejalan dengan perkembangan dari hak asasi manusia. Pasien membutuhkan keterangan – keterangan secara rinci tentang tindakan kedokteran dari dokter/dokter
gigi
yang
merawatnya.
Celakanya
jika
informasi
yang
dibutuhkan oleh pasien tidak berbanding lurus dengan keikhlasan dokter dalam memberikan informasi tersebut baik dengan alas an sibuk atau kegawatan, ataupun masalah – masalah sosial, sehingga hal ini merupakan pengingkaran menghormati hak pasien, yang pada akhirnya dikhawatirkan akan melanggar asas kehati-hatian, asas pengayoman untuk mengutamakan keselamatan pasien. Menurut hasil penelitian Puspitasari (2012) pada lembar pemberian informasi
menunjukkan
bahwa
ketidakterisian
tanda
tangan
dokter
berdasarkan analisis kuantitatif sebesar 57,5 %. Hal tersebut dikarenakan kesibukan dokter dalam bekerja sehingga lupa mengisi kelengkapan lembar pemberian informasi khususnya pada bagian autentikasi. Autentikasi sangat diperlukan sebagai tanda bukti otentik dalam suatu pengesahan terkait pemberian informasi dan pemberian tindakan kedokteran dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter kepada pasien. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 24 Desember 2012
dengan studi observasi dan wawancara kepada Supervisor Instalasi Rekam Medis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, adapun lembar khusus yang digunakan sebagai penjelasan informasi tindakan medik yang
akaln
dilakuakn oleh dokter terhadap pasien yaitu lembar pemberian informasi tindakan kedokteran. Lembar pemberian informasi tindakan kedokteran yang digunakan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta terpisah dengan lembar persetujuan tindakan kedokteran. Oleh sebab itu terkadang terdapat lembar pemebrian informasi tindakan kedokteran tidak disertakan dengan lembar persetujuan tindakan kedokteran sehingga hanya ada lembar persetujuan tindakan kedokteran saja.
5
Dalam
pelaksanaan
kelengkapan
pengisian
lembar
pemberian
informasi tindakan kedokteran masih banyak yang tidak terisi padahal lembar pemberian informasi ini merupakan proses awal penyampaian informasi yang diberikan dokter kepada pasien, namun masih banyak
penyampaian
informasi yang dilakukan oleh dokter secara lisan. Informasi yang diberikan dokter saat ini harus dalam bentuk tulisan tidak hanya secara lisan saja. Setelah dilakukan pemberian informasi dilakukan pengambilan keputusan pada lembar persetujuan tindakan kedokteran, berdasarkan hal tersebut akibat yang ditimbulkan yaitu masih terdapat pemberian informasi yang dilakukan oleh dokter dalam bentuk lisan dan pasien dalam pelaksanaan pemberian informasi hanya mementingkan tindak lanjut terhadap tindakan yang akan dilakukan tanpa memberi bukti autentikasi pada autentikasi pasien sehingga berefek pada kelengkapan pengisian lembar pemberian informasi. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah yang akan diteliti peneliti yaitu “Bagaimana pelaksanaan pemberian informasi tindakan kedokteran terkait hak-hak pasien pada kasus bedah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2013?” C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Mengetahui pelaksanaan pemberian informasi tindakan kedokteran terkait hak-hak pasien pada kasus bedah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2013. 2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui
pelaksanaan
alur
pemberian
informasi
tindakan
kedokteran terkait hak-hak pasien. b. Mengetahui prosentase perbandingan kelengkapan pengisian lembar
pemberian informasi tindakan kedokteran dengan lembar persetujuan tindakan kedokeran.
6
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan lembar pemberian informasi tindakan kedokteran dengan lembar persetujuan tindakan kedokteran. D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa saran dan kritik yang dapat membangun dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit. b. Bagi Peneliti
Dapat menam bah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman berharga secara langsung di rumah sakit dengan menerapkan teori yang peneliti peroleh di institusi pendidikan. 2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan
masukan
materi
yang
berharga
sebagai
sumber
pembelajaran bagi pendidikan mahasiswa D3 Rekam Medis dan sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan gambaran atau penerapan di lapangan. b. Bagi Peneliti Lain
Penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan acuan atau informasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian
Penelitian
tentang
“Tinjauan
Pelaksanaan
Pemberian
Informasi
Tindakan Kedokteran Terkait Hak – Hak Pasien Kasus Bedah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2013 ” belum dilakukan oleh peneliti lain, namun penelitian yang sama pernah dilakukan, antara lain : 1. Puspitasari (2012) dengan judul “Aspek Hukum Lembar Pemberian
Informasi di RSU PKU Muhammadiyah Bantul”
Persamaan dengan penelitian Puspitasari (2012) adalah terkait obyek dan subyek yang diteliti yaitu lembar pemberian
7
informasi tindakan kedokteran pada pasien bedah dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan pengambilan datanya menggunakan analisis kuantitatif secara cross sectional. Perbedaan penelitian ini dengan Puspitasari (2012) terletak
pada tujuan, waktu, dan tempat penelitian. Penelitian Puspitasari dilakukan pada tahun 2011 di RSU PKU Muhammadiyah Bantul yang bertujuan
untuk
mengetahui
aspek
hukum
lembar
pemberian
informasi tindakan kedokteran pada kasus pasien bedah. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2013 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemberian informasi tindakan kedokteran terkait hak – hak pasien, mengetahui prosentase
pemanfaatan
lembar
pemberian
informasi
tindakan
kedokteran dengan lembar persetujuan tindakan kedokteran terkait perbandingan kelengkapan pengisian, mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan lembar pemberian informasi tindakan kedokteran. Hasil dari penelitian Puspitasari (2012) menjelaskan bahwa
ketidakterisian tanda tangan dokter berdasarkan analisis kuantitatif sebesar 57,5 %. Hal tersebut dikarenakan kesibukan dokter dalam bekerja sehingga lupa mengisi kelengkapan lembar pemberian informasi khususnya pada bagian autentikasinya. Autentikasi sangat diperlukan sebagai tanda bukti otentik dalam suatu pengesahan terkait pemberian informasi
dan
pemberian
tindakan
kedokteran
dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter kepada pasien. 2. Afriyanti (2011) dengan judul “Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Pasien Bedah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Persamaan dengan penelitian Afriyanti (2011) yaitu sama – sama menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan cross sectional.
8
Perbedaan penelitian ini dengan Afriyanti (2011) yaitu terkait teknik pengambilan data menggunakan purposive sampling pada lembar Informed Consent pada penelitian ini sebanyak 120 lembar. Sedangkan penelitian ini teknik pengambilan data menggunakan teknik incidental sampling pada lembar pemberian informasi tindakan kedokteran sebanyak 40 lembar dan lembar persetujuan tindakan kedokteran sebanyak 72 lembar. Hasil
penelitian
Afriyanti
(2011)
menjelaskan
bahwa
penyampaian informasi dari dokter melalui lisan kepada pasien denganmenerangkan Persetujuan
tentang
tindakan
berupa
tindakan
dan
penandatanganan
resiko-resikonya. form
Informed
Consent, namun kelengkapan pengsian belum tercapai. Banyak item yang belum terisi rata-rata mencapai 50% dari 120 lembar Informed Consent. 3. Hartiani (2009) dengan judul “Tinjauan Pelaksanaan Pemberian Informasi Informed Consent Pada Pasien Bedah di RS Dr. Soetjiono Blora” Persamaan dengan penelitian Hartiani (2008) yaitu sama
sama meneliti tentang pemberian informasi tindakan kedokteran pasien bedah kaitannya dengan Informed Consent. Namun terdapat perbedaan
dari
penelitiannya,
penelitian
jika
Hartian
Hartiani (2008) menggunakan
adalah terkait jenis jenis
penelitian
non
eksperimen dengan teknik pengambilan datanya menggunakan teknik purposive
sampling.
menggunakan
metode
Sedangkan
penelitian
ini
jenis
penelitian
deskriptif
dengan
penelitian pendekatan
kualitatif dan rancangan cross sectional. Untuk teknik pengambilan data peneliti menggunakan teknik incidental sampling. . Hasil penelitian Hartiani (2008) menjelaskan bahwa informasi yang sering disampaikan oleh dokter kepada pasien/keluarga pasien adalah
mengenai
tindakan
dan
diagnosis
penyakit.
Informasi
mengenai manfaat operasi, resiko operasi, alternative lain, dan resiko
9
jika tidak dilakukannya operasi tidak selalu disampaikan oleh dokter. Kendala dalam penyampaian informasi lebih serng dirasakan oleh dokter karena pasien kurang dapat mengerti
tentang
yang
disampaikan oleh dokter. Pasien merasakan bahwa informasi yang disampaikan oleh dokter kepada pasien sebelum dilakukan tndakan operasi sangatlah penting karena dapat mengurangi rasa cemas dan dapat membantu dalam pengambilan keputusan. 4. Ilmi (2010) dengan judul “Pemahaman Informed Consent
Keluarga
Pasien
Bedah
Rawat
Inap
Anak
RS
Oleh
Bethesda
Yogyakarta”. Persamaan dengan penelitian Ilmi (2010) yaitu sama – sama menggunakan jenis penelitian deskriptif dan rancangan penelitian menggunakan cross sectional. Perbedaan dengan penelitian Ilmi (2010) yaitu terletak pada
tujuan, waktu dan tempat penelitian. Penelitian Laili Rahmatul Ilmi (2010) dilakukan pada tahun 2010 di RS Bethesda Yogyakarta yang bertujuan
untuk
mengetahui
bagaimana
pemahaman
Informed
Consent oleh keluarga pasien rawat inap bedah anak. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2013 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang
bertujuan
untuk
mengetahui
pelaksanaan
pemberian informasi tindakan kedokteran terkait hak – hak pasien, mengetahui
prosentase
pemanfaatn
pemberian informasi tindakan
dokumen
kedokterang
pada
dengan
lembar lembar
persetujuan tindakan kedokteran terkait perbandingan kelengkapan pengisian, dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kelengakaan pengisian. Hasil penelitian Ilmi (2010) menjelaskan bahwa keluarga
pasien masih belum paham tentang pengertian tindakan kedokteran, pemberian
persetujuan
tindakan
kedokteran,
cara
pemberian
persetujuan tindakan kedokteran, pemberian penjelasan tentang perlunya tindakan kedokteran, tanggung gugat hukum atas tindakan
10
kedokteran, penolakan atas tindakan kedokteran, serta tanggung jawab atas tindakan kedokteran. ketidakpahaman
tersebut
tidak
hanya karena kurangnya pemahaman keluarga pasien tentang tindakan kedokteran, tetapi juga karena kurangnya penjelasan dari dokter maupun paerawa tentang hal – hal yang berkaitan dengan tindakan kedokteran. F. Gambaran Umum RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 1. Sejarah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta awalnya didirikan
berupa
klinik sederhana pada tanggal 15 Februari 1923 di kampong Jagang Notoprajan
Yogyakarta.
Kesengsaraan
Oemoem)
Awalnya dengan
bernama maksud
PKO
menyediakan
(Penolong pelyanan
kesehatan bagi kaum dhuafa’. Didirikan atas inisiatif H.M. Sudjak yang didukung sepenuhnya oleh K.H. Ahmad Dahlan. Seiring dengan perkembangan jaman, pada sekitar era tahun 1980-an nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat). Pada tahun 1928 perkembangan klinik semakin berambah besar
dan berkembang menjadi poliklinik PKO Muhammadiyah. Lokasi
juga
harus lebih luas dan perlu dipindahkan ke tempat yang lebih memadai dengan menyewa sebuah bangunan di Jalan Ngabean No. 12 B Yogyakarta (sekarang Jalan K.H. Ahmad Dahlan). Delapan tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1936
poliklinik
PKO Muhammadiyah pindah lokasi lagi ke jalan K.H. Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta hingga saat ini. Dan Pada tahun 1970-an status klinik dan poliklinik berubah menjadi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta hingga saat ini. 2. Falsafah, Visi, Misi, dan Motto RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
a. Falsafah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah ; RS (Rumah Sakit) PKU (Pembina Kesejahteraan Umat) Muhammadiyah adalah perwujudan dari amal shalih sebagai sarana ibadah yang dilandasi iman dan taqwa kepada Allah SWT.
11
b. Visi
Menjadi rumah sakit islam yang berdasar pada Al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah SAW dan sebagai rujukan terpecaya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan kualitas pelayanan kesehatan yang islam, professional, cepat, nyaman, dan bermutu, setara dengan kualitas pelayanan rumah sakit – rumah
sakit
terkemuka di Indonesia dan Asia. c. Misi 1. Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat
melalui
pendekatan
pemeliharaan,
pencegahan,
pengobatan, pemulihan kesehatan secara menyeluruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Mewujudkan peningkatan mutu bagi tenaga kesehatan melalui
saran pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan secara professional dan sesuai tuntunan ajaran islam. 3. Mewujudkan dakwah islam, amar ma’ruf nahi munkar di bidang
kesehatan dengan senantiasa menjaga tali silahturahmi, sebagai bagian dari dakwah Muhammadiyah. d. Motto RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah : Amanah merupakan
singkatan
dari
melayani
dengan
Antusias
dan
mengutamakan Mutu pelayanan, guna memberikan rasa Aman dan Nyaman bagi pelanggan, didukung data yang akurat serta sumber daya insane dan peralatan yang Handal. e. Performance RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
12
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tabel 1. Data Perfomance RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2011 dan 2012 Indikator 2011 2012 BOR (%) 60 61,48 AvLOS (hari) 4 4,1 TOI (hari) 2,7 2,4 BTO (kali) 49,8 56,22 GDR 39 46,50 NDR 18 26,62
Sumber : Laporan Penampilan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2012
Tabel 2. Jumlah Kunjungan Pasien RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2011 dan 2012 No. Unit 2011 2012 1. IGD 43925 44313 2. Kunjungan Rawat Jalan 74453 74935 3. Kunjungan Rawat Inap 11478 11740
Sumber : Laporan Penampilan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2012
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Tabel 3. Jumlah Tempat Tidur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2012 Kelas Nama VIP I II III ISOLASI Lain Total Ruangan – lain ZAM-ZAM 9 9 MUZDALIF AH 10 10 SHOFA 10 10 MULTAZAM 14 14 RAUDHAH 14 14 MARWAH 2 35 37 AROFAH 23 1 24 SAKINAH 3 2 3 11 19 KAMAR BAYI 30 30 IBNU SINA 1 10 6 7 1 25 ICU/ICCU 6 6 IMC 7 7 Total 25 22 37 76 2 43 205
Sumber : Laporan Penampilan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2012
13
f.
Macam – macam pelayanan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta :
1. Pelayanan Kesehatan
a) Poliklinik Bedah
1) Bedah Umum
2) Pelayanan Bedah Tulang
3) Pelayanan Bedah Syaraf
4) Pelayanan Bedah Urologi
5) Pelayanan Bedah Anak
6) Pelayanan Bedah Plastik
7) Pelayanan Bedah Digestif
b) Poliklinik Penyakit Dalam
1) Penyakit Jantung
2) Penyakit Paru
3) Rheumatologi
4) Ginjal & Hipertensi c) Poliklinik Obsgin
1) KLG Berencana d) Poliklinik Anak
1) Penyakit Anak
2) Bayi Sehat / Imunisasi
3) Tumbuh Kembang
e) Poliklinik Syaraf f)
Poliklinik THT
g) Polikliniik Mata
h) Poliklinik Kulit dan Kelamin i)
Poliklinik Gigi
j)
Konsultasi Patologi Klinik
k) Konsultasi Psikologi l)
Poliklinik Kesehatan Jiwa
m) Konsultasi Anestesi
14
2. Pelayanan Penunjang
a) Laboratorium
b) Radiologi
c) Hemodialisa
d) Onko Radiasi e) Rehabilitas