BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Di era digital seperti saat ini, hampir semua orang telah merasakan hidup di dua dunia. Tentunya dengan bantuan internet dan media sosial, masing-masing individu memiliki kehidupan di dunia nyata dan dunia maya. Kehidupan di dua dunia ini telah berlangsung sejak munculnya media sosial. Berbagai macam media sosial menjadi habitat bagi netizen untuk berinteraksi dan berkembang di ranah digital. Berdasarkan data dari statista.com, hingga saat ini pengguna internet di dunia telah mencapai kurang lebih 3,17 milyar manusia. Jika dibandingkan dengan jumlah pengguna internet pada tahun 2014 yang berjumlah 2,94 milyar, bisa dikatakan bahwa jumlah pengguna internet dunia terus mengalami perkembangan yang signifikan. Persentase jumlah pengguna internet dunia saat ini telah mencapai 40% dari penduduk dunia. Angka ini juga diperkirakan akan terus bertambah di masa yang mendatang. Hal ini juga dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk dunia dan adanya berbagai media sosial yang menjadi daya tarik tersendiri di internet. Ragam media sosial di dunia pun tidak bisa dibilang sedikit. Setidaknya ada ratusan media sosial yang tersebar di seluruh penjuru internet. Namun tidak semua media sosial mendapatkan perhatian yang sebanding. Ada beberapa media sosial yang lebih unggul dibandingkan dengan lainnya. Menurut situs www.ebizmba.com, ada 15 media sosial dan aplikasi yang menempati peringkat paling tinggi di dunia dilihat dari jumlah pengguna serta frekuensi aktivitas penggunanya. Beberapa diantaranya adalah Tumblr, Instagram, Facebook, dan Twitter.
1
Gambar 1.1 Ragam media sosial
Salah satu media sosial yang sedang populer di tahun 2016 ini adalah Instagram. Menawarkan fasilitas untuk membuat galeri foto pribadi, Instagram dengan cepat meraih banyak pengguna. Instagram sebagai media sosial merupakan sebuah pembaruan di tengah media sosial lain yang berbasis micro blogging. Instagram memungkinkan penggunanya untuk mengunggah foto dan video ke akun mereka. Selain itu Instagram juga memiliki fitur hashtag atau tagar yang memudahkan penggunanya mencari foto orang lain yang memiliki kaitan dengan tagar yang dipilih. Dalam hal ini, Instagram menjadi lebih unggul dari media sosial lain karena menyajikan konten berbasis visual yang menarik. Beberapa tahun terakhir, mulai muncul sosok-sosok yang tidak pernah dijumpai di media massa sebelumnya namun dikenal oleh banyak orang. Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan popularitasnya dengan bantuan internet. Individu semacam ini dikategorikan sebagai micro celebrity atau selebriti mikro. Dikatakan selebriti mikro karena mereka hanya bergerak di media sosial, dan cenderung memiliki fans yang lebih ceruk. Selebriti mikro ini juga memiliki
2
namanya masing-masing tergantung dengan popularitas media sosial tempat mereka berkembang. Di Instagram, selebriti mikro yang banyak muncul ini lebih dikenal dengan sebutan selebgram. Akun-akun selebgram biasanya memiliki konten yang cukup seragam dan sesuai dengan karakter dan keunikan mereka masing-masing. Ada akun yang mengepost konten dengan warna-warna cerah, ada akun yang lebih sering memperlihatkan hasil karya pemiliknya, akun-akun yang banyak menampilkan fashion items, akun yang berisi foto makanan dan minuman, dan masih banyak jenis akun lainnya. Salah satu hal yang paling mencolok untuk membedakan akun selebgram dengan akun biasa adalah endorsement post. Akun selebgram sering membuat post yang menampilkan produk-produk sebagai bentuk iklan produk tersebut karena selebram memiliki popularitas yang tinggi sehingga bisa mempengaruhi followersnya. Konsep endorsement ini bukan merupakan rahasia di dunia Instagram. Banyak orang mengetahui bahwa para selebgram ini mendapatkan barang-barang tersebut dengan gratis, bahkan banyak dari mereka yang juga mendapat bayaran dari melakukan post tersebut. Salah satu selebgram juga pernah menyebutkan bahwa dia memasang tarif 5 juta rupiah untuk setiap post yang berbentuk endorsement ini. Melihat aktivitas selebgram menjadi menarik bagi para pemilik akun biasa. Kehidupan para selebgram memotivasi mereka untuk bisa "hidup enak" seperti para
selebgram.
Satu-satunya
cara
menjadi
selebgram
adalah
dengan
meningkatkan popularitas dari akun yang mereka miliki. Peneliti melihat ada banyak akun yang mulai meniru pola berinstagram para selebgram ini dengan harapan bisa menjadi populer seperti para selebgram. Menjadi populer di instagram seakan merupakan sesuatu yang diperlukan dan dibutuhkan di era digital ini. Semakin banyak orang yang menggunakan hashtag-hashtag tertentu untuk membuat post mereka lebih mudah dicari. Melihat fenomena seperti ini, peneliti merasa tertarik untuk membuktikan benar atau tidak bahwa motivasi menjadi populer ini memiliki korelasi yang cukup signifikan dengan perilaku seseorang dalam berinstagram. Peneliti melihat
3
adanya kemungkinan bahwa apa yang ditampilkan seseorang di media sosial merupakan citra yang dia bangun untuk mencapai suatu tujuan. Selama ini sudah ada banyak penelitian yang memiliki fokus pada konten instagram dan dampaknya terhadap pembelian produk, namun peneliti belum menemukan penelitian yang melihat korelasi antara motivasi dengan perilaku yang berada di ranah media sosial.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
dapat
ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana korelasi motivasi pencarian popularitas dan perilaku berinstagram?
C. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi pencarian popularitas terhadap keputusan seseorang dalam membuat post, caption, serta hashtag di Instagram.
D. Manfaat Penelitian ini berguna sebagai: a. Praktisi, menjadi referensi untuk melihat pengaruh motivasi seseorang terhadap perilakunya di media sosial. b. Akademisi, bermanfaat sebagai landasan untuk melakukan penelitian lebih lanjut di bidang komunikasi pemasaran dan perilaku bermedia.
E. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah para pengguna instagram yang aktif dan memiliki keinginan untuk menjadi populer di Indonesia. Ranah instagram ini dipilih karena ada banyak bukti yang mengindikatorkan bahwa media sosial ini adalah tempat yang potensial untuk sebuah akun tumbuh menjadi populer. Buktibukti yang dimaksud adalah dengan banyaknya tips-tips yang dibuat untuk membantu orang mendapatkan popularitas, terutama di instagram.
4
Salah satu buktinya adalah dari konten Youtube yang diunggah oleh Chua Sihui dengan judul "HOW TO BE INSTAGRAM FAMOUS". Video ini berhasil mendapatkan lebih dari 1juta penonton. Konten Youtube tersebut hanyalah salah satu dari sekian banyak tips menjadi populer di instagram yang tersebar di internet dan berbagai media lain. Banyak beredarnya tips-tips ini menjadi bukti bahwa banyak netizen memiliki minat dan motivasi untuk menjadi populer. Selain karena alasan finansial, menjadi populer merupakan sesuatu yang dianggap menyenangkan. Menjadi populer berarti seseorang mendapatkan perhatian yang lebih dari orang lain. Fenomena ini paling terlihat di media sosial Instagram, terutama dengan adanya fitur hashtag yang mempermudah mereka memancing likes. Bahkan ada beberapa pengguna Instagram menggunakan hashtag yang tidak ada hubungannya dengan konten foto.
F. Kerangka Teori 1. Motivasi Deci dan Ryan (2000:54) menjelaskan bahwa kata motivasi merupakan serapan dari bahasa latin, yaitu "movere" yang berarti berpindah. Berpindah dalam kata motivasi memiliki makna berubah. Motivasi merupakan proses psikologi yang mengarahkan, meminta arahan, dan menetapkan tindakan sukarela sehingga mengarah pada suatu tujuan. Artinya, motivasi merupakan sesuatu yang ada pada manusia yang memicu dia untuk berpindah. Bukan berpindah secara geografis, namun bergerak disini lebih memiliki makna sebagai 'berubah'. Maksudnya, motivasi merupakan pemicu untuk membuat sebuah perubahan. Pernyataan tersebut didukung oleh teori dari Chaudhary dan Sharma (2012) yang menyebutkan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang berarti kebutuhan dan keinginan yang mengarahkan seseorang untuk memulai proses mencapai sebuah tujuan. Menurut Sardiman (2007: 73), motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam atau di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
5
Semua teori di atas menyebutkan bahwa motivasi merupakan sebuah pemicu untuk seseorang melakukan sesuatu. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa motivasi memiliki hubungan yang erat dengan adanya kebutuhan maupun keinginan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, namun kemunculannya dipicu oleh sebuah tujuan yang telah disetujui oleh alam sadar maupun alam bawah sadar individu tersebut. Motivasi merupakan konsep untuk suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan atau tidak menyenangkan menjadi situasi yang dirasa menyenangkan. Deci dan Ryan (2000:55) menyebutkan bahwa motivasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang muncul pada diri manusia karena adanya kesukaan atau kecintaan individu terhadap tujuannya. Hal ini menjadikan kegiatan yang dilakukan oleh manusia dengan dasar motivasi intrinsik merupakan kegiatan yang sukarela dan tidak mengharapkan adanya timbal balik atau balasan. Sementara motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang muncul karena adanya hasil dari sebuah kegiatan. Hasil yang dimaksud adalah imbalan atas hal yang dikerjakan oleh individu tersebut dan merupakan sesuatu yang menguntungan, terutama di bidang finansial. Misalnya jaminan untuk mendapatkan hadiah atau jaminan untuk mendapatkan uang. Dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan sesuatu yang kompleks. Motivasi dapat memicu terjadinya perubahan energi yang ada pada diri manusia, yang kemudian berdampak dan berkaitan dengan persoalan kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian melakukan sebuah tindakan. Semua hal tersebut hanya didorong oleh munculnya tujuan, kebutuhan, atau keinginan. Dari berbagai teori motivasi yang sudah disebutkan sebelumnya, ada teori yang bertitik tolak pada dorongan dan pencapaian kepuasan, ada pula yang bertitik tolak pada kebutuhan. Maslow, sebagai tokoh motivasi dalam Hamzah B. Uno (2009:6) mengemukakan bahwa pada orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Lima tingkat kebutuhan itu sebagai berikut:
6
a. Kebutuhan fisiologi Merupakan kebutuhan yang harus dipuaskan karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Seperti kebutuhan untuk makan, memiliki tempat tinggal, mengenakan pakaian, mendapatkan udara untuk bernafas, istirahat, dan sebagainya. b. Kebutuhan akan rasa aman Sesuai dengan namanya, kebutuhan ini berfokus pada keinginan untuk mendapatkan perasaan bahwa dirinya selalu aman. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan keselamatan, terbebas dari rasa takut, dan tidak mengalami kecemasan. c. Kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan sosial Yaitu kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang, kebutuhan untuk mendapatkan rasa diterima dalam masyarakat, lingkaran, atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok). d. Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan akan penghargaan meliputi kebutuhan seseorang untuk merasakan kepercayaan diri tanpa takut dicela orang lain, dan juga kebutuhan seseorang untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. e. Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan unttuk mewujudkan diri sendiri, seperti mengekspresikan pikiran, serta mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya dan melakukan usaha untuk mencapai hasil.
Lima kebutuhan tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya motivasi dalam diri seorang manusia. Dalam artikel yang ditulis oleh Whitbourne (2011), dia menyatakan bahwa ada beberapa teori motivasi yang dapat menjelaskan bagaimana sebuah motivasi terbentuk. Beberapa teori tersebut adalah: a. Instinct Theory Teori ini menjelaskan bahwa individu melakukan sesuatu karena ada motivasi yang terbentuk dari insting. Manusia sebagai individu memiliki
7
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi yang munculnya dari dalam dirinya. Kebutuhan-kebutuhan ini adalah kebutuhan biologis yang sudah menjadi bawaan dalam diri manusia. Teori ini kurang lebih sama seperti teori kebutuhan fisiologis oleh Maslow yang telah disebutkan sebelumnya. b. Drive Reduction Theory Teori ini menyebutkan bahwa setiap manusia memiliki sangat banyak keinginan. Motivasi muncul sebagai dorongan bagi seseorang untuk mengurangi keinginan-keinginan tersebut ketika keinginan tesebut sudah tercapai. Dengan kata lain, motivasi muncul untuk meredam gejolak keinginan manusia yang sangat tinggi. Keinginan ini bisa merupakan keinginan sederhana maupun rumit. Contohnya adalah ketika seseorang bekerja lembur selama berhari-hari, dia akan memiliki keinginan dan kebutuhan yang sangat tinggi untuk beristirahat. Dari situ, muncul motivasi untuk berhenti sejenak dari segala kegiatan yang melelahkan. c. Arousal Theory Berbeda dengan drive reduction theory yang menyebutkan bahwa motivasi muncul untuk meredam keinginan serta kebutuhan. Teori ini justru menyebutkan kebalikannya. Dalam arousal theory, disebutkan bahwa manusia merupakan organisme yang memiliki perasaan dan bisa mengalami kebosanan jika dihadapkan pada situasi yang sama secara terus-menerus. Karena adanya kebosanan tersebut, maka muncul motivasi untuk keluar dari kebosanan tersebut. Dengan kata lain, teori ini menyebutkan bahwa motivasi muncul untuk meningkatkan kadar hormon endorfin ketika kita melakukan suatu hal. Jadi teori ini menjelaskan bahwa motivasi muncul karena seseorang ingin menantang dirinya untuk melakukan sesuatu yang berbeda. d. Incentive Theory Incentive theory merupakan teori yang menjelaskan bahwa motivasi muncul karena ada persuasi dari pihak luar. Motivasi muncul dalam diri seseorang untuk memenuhi 'kebutuhan semu'. Disebut kebutuhan semu karena kebutuhan ini dihasilkan dari pikirannya sendiri sebagai dampak dari adanya bujukan pihak luar. Padahal kebutuhan ini hanyalah sebuah keinginan dan bukan
8
merupakan kebutuhan yang sesungguhnya. Motivasi semacam ini sangat sering ditemukan dalam kehidupan, dan biasanya merupakan dampak dan efek paparan iklan. Teori ini sangat sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Beckmann & Heckhausen (2008) yaitu "You expect that by having this "thing," you will be better off than you are without it." Kemunculan motivasi semacam ini yang kemudian dimanfaatkan oleh pengiklan dengan cara menyampaikan pesan persuasif yang 'menghipnotis' orang-orang untuk merasakan kebutuhan untuk memiliki produk yang ditawarkan. Pesan persuasif ini akan menimbulkan keinginan yang impulsif dari pihak konsumen. Seakan mereka tidak akan bisa bertahan jika tidak memiliki produk tersebut. Produk yang paling banyak memanfaatkan teori ini adalah produk kecantikan seperti sabun muka, make up, body lotion, dan sebagainya. e. Cognitive Theory Teori kognitif atau cognitive theory menyebutkan bahwa motivasi muncul karena adanya ekspektasi hasil dari apa yang dilakukan oleh seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa seseorang akan melakukan sebuah tindakan yang dia pikir akan menghasilkan sesuatu yang dia inginkan. Cognitive theory memiliki kaitan yang erat dengan teori sebelumnya yang telah disebutkan sebelumnya yaitu teori oleh Deci dan Ryan yang menjelaskan bahwa motivasi terbagi menjadi 2 bagian yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kedua jenis motivasi ini muncul karena keduanya mengharapkan sebuah hasil dari adanya usaha. Perbedaannya hanyalah terletak pada faktor yang mempengaruhi munculnya motivasi tersebut. motivasi intrinsik muncul dari dalam diri sendiri dan hasil yang diharapkan merupakan kepuasan untuk diri sendiri, misalnya seseorang mempelajari suatu bahasa tertentu karena dia termotivasi untuk mendapat kepuasan karena berhasil menguasai suatu bahasa. Sementara
motivasi
ekstrinsik
muncul
untuk
mendorong
seseorang
mendapatkan hasil untuk dirinya namun berasal dari orang lain. Misalnya mendapatkan imbalan uang, pengakuan orang lain, atau bisa juga untuk mendapatkan popolaritas.
9
f. Self-Determination Theory Teori ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan teori sebelumnya. Namun teori ini melihat bahwa motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik memiliki potensi untuk bergabung menjadi satu motivasi. Maksudnya, seseorang bisa memiliki motivasi yang memicunya untuk melakukan suatu hal dengan manfaat untuk kepuasan diri sendiri dan juga untuk mendapat hasil dari pihak luar. Contoh dari teori motivasi adalah motivasi seorang seniman yang populer. Seniman tersebut membuat karya seni karena berkesenian merupakan passion dan dia bisa mendapatkan kepuasan dari membuat karya seni. Namun di saat yang sama, ketika dia mempublikasikan karyanya, dia akan mendapatkan pengakuan dari orang lain. Setelah itu jika dia menjual karyanya maka dia juga akan mendapatkan keuntungan secara finansial. Dari contoh itu, bisa dilihat bahwa teori ini menggabungkan kedua jenis motivasi sebelumnya sehingga bisa muncul secara bersamaan. Sayangnya teori ini tidak dapat berlaku untuk semua orang, karena tidak semua orang memiliki situasi yang sama yang memungkinkan mereka mendapatkan hasil yang berupa kepuasan diri dan hasil finansial atau popularitas.
Dari semua teori yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik benang merah bahwa motivasi dapat muncul karena adanya dorongan dari luar maupun dalam diri seseorang. Motivasi selalu muncul dari diri sendiri, namun faktor yang mempengaruhi munculnya motivasi tersebut tidak selalu muncul dari dalam diri seorang individu, melainkan ada kemungkinan bahwa hal yang memunculkan motivasi tersebut bisa berasal dari lingkungan luar individu tersebut. Motivasi dapat menggugah seseorang untuk membuat perubahan dalam hidupnya. Namun motivasi yang dimiliki oleh seseorang belum tentu dapat berefek pada pilihan perilaku mereka. Contoh yang cukup mudah dipahami adalah motivasi diet. Banyak orang yang memiliki motivasi untuk memiliki badan yang ideal, namun pada kenyataannya tidak banyak orang yang berhasil mewujudkan hal tersebut. Jadi, kekuatan motivasi tentunya sangat berpengaruh pada hasil yang
10
akan didapatkan. Semakin tinggi motivasinya, maka semakin tinggi pula potensi orang ini melakukan tindakan sebagai perwujudan dari motivasinya.
2. Aktivitas bermedia sosial dan instagram Perkembangan media sosial tidaklah lepas dari perkembangan media baru. Munculnya berbagai media sosial di internet dimulai dengan adanya kebutuhan manusia untuk terus berkomunikasi menggunakan media maya yang kemudian dikembangkan oleh para ahli dengan kreativitas mereka masing-masing untuk menciptakan media sosial yang sesuai dengan kebutuhan manusia serta mudah diakses dan digunakan. Menurut Everett M. Rogers (dalam Abrar, 2003:17-18) perkembangan media komunikasi dibagi menjadi empat era. Era komunikasi tulisan, era komunikasi cetak, era telekomunikasi, dan era komunikasi interaktif. Menurut Denis McQuail (2011) ciri utama media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana. Kedua teori di atas menekankan hal utama dari media baru, yaitu media baru sebagai media yang berkembang pada era komunikasi interaktif. Hal ini menunjukkan bahwa keutamaan media baru terletak pada interaktivitasnya. Berbeda dengan media massa, di media baru semua orang bisa berinteraksi dengan mudah. Komunikasi tidak lagi bersifat satu arah sehingga bisa terjadi komunikasi secara timbal balik dan komunikasi terasa lebih personal. Hal inilah yang dirasakan oleh banyak orang dengan adanya media sosial. Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang. Setelah mengalami bertahun-tahun perkembangan secara terus menerus, media sosial kini memiliki peran yang cukup krusial dalam kehidup manusia. Media sosial memainkan peran yang sangat penting di berbagai bidang seperti komunikasi, sosial, ekonomi, dan banyak bidang lainnya (Yan, 2014). Berbagai macam media sosial telah mempengaruhi kehidupan manusia dengan berbagai cara pula. Hal ini terjadi karena netizen menggunakan media sosial untuk memperkuat kehidupan sosial mereka dengan kolega, teman, maupun keluarga.
11
Adanya kebutuhan seperti inilah yang mendukung media sosial untuk terus berkembang. Menurut data dari id.techinasia.com, pertumbuhan pengguna media sosial terlihat paling signifikan ketika semakin banyak orang menggunakan smartphone. Pada akhir tahun 2015, tercatat ada 2,2 milyar manusia yang menjadi pengguna aktif media sosial. Pengguna terbanyak dimenangkan oleh media sosial Facebook dengan 1,4 juta pengguna aktif. Disebutkan juga bahwa 34% penduduk di negara besar memiliki akun media sosial dengan mayoritas penggunanya adalah wanita dengan rentang usia 18-29, dan memiliki pendidikan yang cenderung lebih tinggi. Ada banyak ragam media sosial yang mereka gunakan ketika mengakses internet, salah satunya adalah Instagram. Hingga akhir tahun 2015 lalu, jumlah pengguna instagram telah mencapai 300 milyar pengguna. Instagram merupakan salah satu media sosial yang tergolong masih muda dan berhasil. Sekitar 2 bulan setelah peluncuran Instagram, pengguna yang terdaftar sudah mencapai sekitar 1 juta akun.
Di tahun berikutnya,
Instagram telah mencapai 30 juta pengguna. Pada tahun 2014, disebutkan bahwa penguna aktif Instagram telah mencapai sekitar 300 juta akun per bulannya. Pihak Instagram juga menyatakan bahwa 90% dari pengguna aktif instagram merupakan individu yang berusia dibawah 35 tahun, 55% penggunanya merupakan golongan usia 18-29 tahun, dan 68% penggunanya adalah wanita. Dengan 70 juta foto dan video yang dipost setiap harinya, bisa dikatakan bahwa Instagram merupakan salah satu media sosial yang cukup berhasil menarik minat netizen. Frekuensi dalam mengepost foto di instagram juga menjadi salah satu hal yang juga menarik untuk diperhatikan. Dengan data sebelumnya yang menunjukkan bahwa hingga saat ini ada setidaknya 300 juta pengguna aktif instagram setiap bulannya, dan ada 70 juta foto dan video yang masuk ke Instagram setiap harinya, berarti rata-rata pengguna mengepost sekitar 7 foto dalam 1 hari. Namun rata-rata ini tidak berarti setiap akun mengepost 7 foto atau video setiap harinya, banyak akun yang mengepost kurang dari 7, dan banyak juga yang mengepost lebih dari 7. Maka dari itu, frekuensi menjadi salah satu faktor yang penting dalam menentukan perilaku berinstagram seseorang.
12
Ada banyak jenis foto yang dipost oleh netizen ke instagram. Menurut Hu, Manikonda, dan Kambhapati (2014) konten instagram terbagi menjadi 8 kategori yaitu friends, food, gadgets, captioned photos, pet, activity, selfie dan fashion. Semua kategori yang sudah disebutkan dapat dikelompokkan lagi menjadi 4 kategori yang lebih umum yaitu foto manusia (meliputi selfie, groufie, dan teman), foto objek (meliputi peliharaan, makanan, gadget, dan fashion), foto aktivitas (meliputi kegiatan indoor dan outdoor), dan foto grafis (meliputi quotes dan meme). Instagram menawarkan fitur untuk mengedit foto secara instan dengan adanya built in filter dari instagram. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi netizen untuk menggunakan instagram karena penggunaan filter merupakan sebuah pengalaman baru di media sosial bagi seseorang. Seiring berkembangnya internet, filter bawaan instagram ini jarang menjadi pilihan utama bagi penggunanya. Hal ini dikarenakan sudah ada banyak aplikasi lain yang memiliki spesialisasi di bidang edit foto. Ketika foto sudah ditata dan diedit sedemikian rupa, pengguna instagram kemudian akan menentukan caption untuk mendampingi foto tersebut. Caption digunakan untuk memperjelas apa yang ditunjukkan oleh foto. Menurut Vanderbeek (2012), pemilihan caption instagram sangat penting karena dapat memberikan makna pada foto. Selain itu, caption yang bagus akan bisa mengangkat suasana foto serta menjelaskan suatu fokus pada foto yang sebaiknya menjadi perhatian seseorang. Pembuatan caption foto atau video tidak lepas jauh dari pembuatan tagar atau hashtag. Fasilitas tagar merupakan salah satu hal yang menjadi fitur Instagram. Dengan menggunakan tagar, seseorang bisa memasukkan fotonya pada kategori tertentu. Hal ini juga akan mempermudah pengguna instagram lain untuk mencari foto dengan tagar yang berkaitan. Tagar bisa diaplikasikan pada caption dan pada komentar. Beberapa orang memilih meletakkan tagar pada caption, beberapa memilih membuat tagar pada komen, dan beberapa lainnya memilih menggunakan 2 cara tersebut.
13
Saat seseorang mengupload konten ke Instagram, dia juga bisa mengetag akun lain untuk disertakan dalam fotonya. Dengan melakukan hal tersebut, akun lain akan mendapatkan notifikasi bahwa ada orang lain yang mengunggah sebuah konten dan memiliki hubungan dengannya. Tagging tidak hanya berlaku pada akun lain saja. Instagram juga memiliki fitur geo tagging untuk mempermudah seseorang menandai lokasi foto tersebut diambil. Selain itu, seseorang juga bisa mengaitkan akun instagram mereka dengan akun mereka di media sosial lain sehingga ketika mereka melakukan post di instagram, konten tersebut akan langsung masuk di media sosial lain yang dikaitkan. Beberapa hal yang sudah disebutkan diatas merupakan hal-hal yang bisa diperhatikan dari perilaku bermedia sosial seseorang, khususnya di media sosial instagram. Aktivitas instagram seseorang bisa dipengaruhi oleh banyak hal, dan tentunya tidak semua pengguna memiliki bentuk aktivitas yang sama karena perilaku berinstagram merupakan pilihan masing-masing individu.
3. Popularitas, selebritas, dan media sosial Kata popularitas atau popularity diambil dari bahasa latin popularis yang berarti umum atau banyak disukai. Beberapa sumber menyebutkan bahwa popularitas berarti disukai oleh orang banyak, diperhatikan, dan dihargai. Namun tidak ada definisi yang pasti dari popularitas itu sendiri. Popularitas tidak selalu terjadi pada manusia. Banyak hal lain yang bisa meraih popularitas seperti makanan, tempat, dan pakaian, dan sebagainya. Manusia telah mengenal popularitas sejak tahap awal kehidupannya. Popularitas muncul secara natural dalam lingkungan seseorang. Hal ini sesuai dengan istilah primus inter pares, sebuah istilah kuno yang berarti orang pertama dari sejenisnya. Artinya, seseorang yang populer muncul di dalam lingkungan yang memiliki derajat yang sama, namun satu orang menunjukkan kelebihannya sehingga dia menjadi berbeda dengan lainnya dan mendapat perhatian. Pada era ini, popularitas tidak cukup ada di lingkungan pergaulan seseorang saja. Setiap orang pasti mengenal sosok-sosok populer yang berada jauh dari lingkungan rata-rata manusia. Sosok populer yang jauh dari jangkauan mayoritas
14
masyarakat ini adalah para selebriti. Banyak orang mengasosiasikan popularitas dengan selebritas. Memang benar, karena selebritas diambil dari bahasa inggris yaitu "celebrity" yang merupakan kata serapan dari bahasa Yunani 'celebes' dengan arti 'keadaan menjadi populer'. Popularitas yang dimiliki para selebriti ini memiliki dampak yang cukup besar terhadap perkembangan trend masyarakat. Semua hal yang digunakan atau dilakukan selebriti menjadi sorotan media massa sehingga audiens media massa ingin ikut menggunakan atau melakukannya. Kebanyakan kehidupan selebriti yang ditampakkan di media massa adalah kehidupan yang mewah dan glamor. Mobil mewah, rumah mewah, pakaian serba bermerek, hal-hal tersebut menjadi "ciri khas" selebriti. Bukti lain yang menunjukkan bahwa popularitas selebriti memiliki kekuatan adalah dengan produk hiburannya. Contohnya semakin terkenal seorang selebriti, maka semakin tinggi pula kemungkinan film yang dibintanginya menjadi film yang laku keras. Melihat kehidupan glamor yang ditampakkan oleh selebriti seperti ini, kemudian mengundang rasa ingin bagi banyak orang. Tentunya karena pada dasarnya manusia selalu menginginkan lebih dari apa yang dia miliki. Kehidupan mewah yang dimiliki selebriti serta pergaulan mereka yang luas menjadi menarik bagi banyak orang, sehingga mulai muncul keinginan-keinginan seseorang untuk menjadi selebriti. Seiring dengan berkembangnya teknologi, popularitas tidak lagi hanya ditemui di dunia nyata, namun juga ditemui di dunia maya. Popularitas di dunia maya mulai terlihat ketika banyak netizen mulai menghuni media sosial. Ada beberapa individu yang tampak menonjol dibanding lainnya. Masih sama dengan konsep populer di dunia nyata, seseorang bisa memiliki popularitas yang baik ataupun buruk di dunia maya. Ada orang-orang yang mendapatkan popularitas di dunia maya secara tidak sengaja dan aja juga orang-orang yang sengaja mencitrakan dirinya sedemikian rupa di media sosial sehingga dia bisa mendapat perhatian dari netizen. Individuindividu dengan popularitas yang tinggi di media sosial ini disebut dengan microcelebrity.
15
Marwick dan boyd (2011: 140) mendeskripsikan selebriti mikro sebagai sebuah pemikiran serta seperangkat praktis dengan audiens diposisikan sebagai fan base. Popularitasnya dipelihara dengan manajemen fans, dan citra diri dikonstruksi sedemikian rupa sebagai konsumsi orang lain. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa munculnya selebriti mikro ini merupakan hasil dari usaha dan rencana yang konsisten untuk membuat produk yang diminati dan disenangi sehingga dia dapat memenangkan perhatian netizen. Secara keseluruhan, cara kerja popularitas di dunia maya sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Namun, popularitas di dunia maya dan dunia nyata akan selalu mempengaruhi satu sama lain. Seseorang yang populer di dunia nyata biasanya akan populer juga di dunia maya, dan sebaliknya. Pada dasarnya popularitas merupakan sesuatu yang terbangun dalam lingkungan hidup masyarakat. Banyak orang melihat popularitas sebagai sesuatu yang menggiurkan dan menyenangkan. Popularitas dinilai sebagai sesuatu yang positif. Dengan menjadi populer, banyak orang mengira dirinya akan disukai oleh banyak orang. Padahal pada kenyataannya, popularitas tidak sama dengan disukai. Popularitas sesungguhnya adalah mengenai tingkat kemenarikan seseorang. Bisa menarik dalam arti positif maupun negatif. Namun tentunya popularitas yang diinginkan seseorang adalah popularitas yang baik dan bisa menguntungkan dirinya sendiri serta orang lain.
Gambar 1.2 Model popularitas
16
Gambar model popularitas diatas dapat menjelaskan bahwa popularitas yang baik dapat dicapai. Semakin banyak seseorang membuat orang lain bahagia, dia bisa mendapatkan lebih banyak perhatian sehingga dikenal oleh orang lain sebagai orang yang baik. Semakin banyak individu yang dia bantu, semakin menarik pula seseorang di mata orang lain. Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa popularitas itu bisa direncanakan dan bisa dicapai jika seseorang mengusahakannya.
4. Uses and gratification theory pada media sosial Teori uses and gratification merupakan teori lanjutan dari teori kebutuhan dan motivasi (Maslow, 1970). Pada teori kebutuhan, Abraham Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan manusia dibagi menjadi 5 kategori. Semua kategori yang tersusun dalam piramida kebutuhan tersebut merupakan hal-hal yang ingin dipenuhi oleh manusia dalam hidupnya sesuai dengan urutan prioritasnya. Ketika salah satu kebutuhan manusia telah tercapai, maka seseorang akan melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan berikutnya. Dalam teori uses and gratification, disebutkan bahwa individu secara aktif memilih media yang ingin mereka akses serta gunakan dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Teori ini memiliki anggapan bahwa manusia sebagai individu memiliki kesadaran penuh atas pemilihan media yang mereka gunakan. Setiap individu memiliki penilaian terhadap media tertentu yang membuat mereka memilih media tertentu untuk diakses dan digunakan (West & Turner, 2010: 397).
Gambar 1.3 Model teori uses and gratification
Walaupun teori ini banyak digunakan untuk mempelajari penggunaan media massa, namun teori ini juga dapat diaplikasikan di ranah digital, khususnya media
17
sosial. Salah satu penelitian terdahulu pernah menggunakan teori ini untuk meneliti motivasi seseorang menggunakan media sosial Facebook dan Instant Messenger. Penelitian ini dilakukan oleh Quan-Hasase & Young pada tahun 2010. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa teori uses & gratification dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan media, dan tidak hanya bisa digunakan untuk penelitian di bidan media massa saja. Menurut Katz, Gurevitch & Haas (1973) dalam West & Turner (2010), kebutuhan manusia dalam menggunakan media dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu cognitive, affective, personal integrative, social integrative & tension release. Penggunaan media sosial masuk dalam kategori social integrative. Artinya seseorang menggunakan sebuah media sosial untuk kepentingan kehidupan sosialnya seperti menjalin koneksi dengan teman, keluarga, dan sebagainya.
G. Kerangka Konsep Penelitian ini ingin melihat korelasi antara motivasi seseorang untuk menjadi populer dengan perilakunya di media sosial instagram. Peneliti mendapati banyak orang mengakui bahwa mereka ingin post instagramnya diperhatikan orang lain. Fenomena seperti ini sangat menarik untuk ditinjau lebih jauh untuk melihat kekuaan motivasi dalam mempengaruhi perilaku di dunia maya. Dengan begitu, konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah motivasi untuk populer dan perilaku berinstagram. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan realita, peneliti menggunakan teori motivasi dari Deci & Ryan yang mengategorikan motivasi menjadi 2, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Sebenarnya peneliti bisa menggunakan teori self determination yang meliputi keduanya, namun karena peneliti ingin meneliti motivasi pencarian popularitas, maka peneliti memilih menggunakan teori motivasi dengan dorongan ekstrinsik. Untuk melihat perilaku berinstagram objek penelitian, peneliti melihat ada beberapa dimensi yang dapat ditinjau yaitu dimensi konten, frekuensi posting, editing, directing, tagging, reposting, dan connectivity.
18
Mengacu pada kerangka teori yang sudah dijabarkan sebelumnya, berikut adalah skema dari kerangka konsep penelitian ini untuk menjelaskan alur penelitian yang akan dilakukan: Gambar 1.4 Kerangka konsep
GRATIFICATION SOUGHT
MEDIA USES Perilaku berinstagram (Y) Konten Frekuensi Editing Directing Tagging Connectivity
Motivasi pencarian popularitas(X) Dorongan ekstrinsik (popularitas)
Bagan diatas menunjukkan ada dua variabel dalam penelitian ini. Variabel pertama adalah motivasi sebagai variabel independen (X), dan variabel kedia adalah Aktivitas berinstagram sebagai variabel dependen (Y). Untuk lebih memahami alur kerangka konsep diatas akan dijelaskan dalam operasional konsep.
I. Definisi Operasional Variabel adalah sesuatu yang memiliki variasi nilai sebagai operasional dari konsep untuk diteliti secara empiris (Singarimbun, 1995:42). Peneliti memilih beberapa dimensi dari konsep yang memiliki variasi nilai. Berikut adalah definisi operasional yang dapat membantu peneliti memperjelas data yang dan dapat menjelaskan konsep yang digunakan oleh peneliti. 1. Variabel Motivasi Pencarian Popularitas Variabel motivasi yang di maksud pada penelitian ini adalah motivasi mendapatkan popularitas. Artinya, motivasi merupakan dorongan yang muncul dalam diri seseorang dan mempengaruhi perilakunya dalam
19
upaya mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari banyak orang. Motivasi pencarian popularitas muncul pada diri seseorang karena orang tersebut menginginkan reward dari orang lain berupa perhatian dan juga material. Dimensi yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah: a. Dorongan Ekstrinsik: Motivasi
seseorang
berhubungan
dengan
reward yang berasal dari orang lain. 2. Variabel Perilaku Berinstagram Variabel ini adalah variabel yang digunakan untuk melihat perilaku seseorang dalam bermedia sosial Instagram dan pola aktivitas di Instagram. Perilaku berinstagram merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan seseorang dalam menggunakan Instagram misalnya membuat post, menggunakan fasilitas tagging, frekuensi melakukan post, menggunakan filter, dan sebagainya. Perilaku berinstagram tersebut dapat dilihat dan diukur menggunakan beberapa dimensi. Dimensi yang akan digunakan untuk mengukur variabel aktivitas berinstagram adalah sebagai berikut: a. Konten:
Meliputi konten foto, caption dan hashtag
b. Frekuensi:
Seberapa sering responden mengupload foto atau video ke instagram
c. Editing:
Responden melakukan proses edit foto sebelum diunggah ke instagram
d. Directing:
Responden merancang foto mulai dari penataan objek hingga sudut pandang kamera
e. Tagging:
Post foto atau video ditautkan ke akun lain
f. Connectivity: Mengaitkan akun instagram dengan akun media sosial lainnya.
20
H. Operasional Konsep Tabel 1.1 Operasional konsep Konsep
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
Gratification
Motivasi
Dorongan
Perasaan senang ketika mendapatkan like
Interval
Sought
pencarian
Ekstrinsik
Perasaan senang ketika mendapatkan komentar
Interval
popularitas
(Popularitas)
Perasaan senang ketika mendapatkan followers
Interval
Harapan untuk mendapatkan like
Interval
Harapan untuk mendapatkan komentar
Interval
Harapan untuk mendapatkan followers
Interval
Keinginan mendapatkan endorsement
Interval
Mengepost foto diri (selfie)
Rating
Mengepost foto diri (non-selfie)
Rating
Mengepost foto bersama teman
Rating
Mengepost foto produk
Rating
Mengepost foto makanan
Rating
Mengepost foto fashion
Rating
Mengepost foto objek tidak berkategori
Rating
Media Uses
Perilaku berinstagram
Konten
21
Mengepost foto tempat/pemandangan
Rating
Mengepost foto aktivitas indoor
Rating
Mengepost foto aktivitas outdoor
Rating
Mengepost quote
Rating
Mengepost meme
Rating
Memikirkan caption dengan baik-baik
Interval
Memilih caption yang sesuai dengan foto
Interval
Memilih hashtag yang sesuai dengan foto
Interval
Memilih hashtag yang populer
Interval
Frekuensi
Frekuensi membuat post di instagram
Interval
Editing
Penggunaan filter (built-in)
Interval
Penggunaan filter (out source)
Interval
Pemilihan angle foto
Interval
Penataan objek foto
Interval
Pencahayaan foto
Interval
Men-tag akun lain
Interval
Menggunakan geo tagging
Interval
Mengkoneksikan post instagram ke media sosial lain
Interval
Directing
Tagging
Connectivity
22
J. Hipotesis Dari kerangka konsep yang sudah dijabarkan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah: Ho: Motivasi pencarian popularitas tidak memiliki hubungan korelasional dengan dan perilaku berinstagram seseorang. Ha: Motivasi pencarian popularitas memiliki hubungan korelasional dengan dan perilaku berinstagram seseorang.
K. Metodologi Penelitian 1. Metode penelitian Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode survei. Metode survei tidak mementingkan kedalaman data, namun dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas (Masyhuri dan Zainudin, 2008:13). Penelitian dengan metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari sebuah populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1989). Metode survei cocok digunakan dalam penelitian ini karena dengan metode ini, peneliti dapat mengumpulkan dan memperoleh data langsung dari lapangan. Jenis survei yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis eksplanatif karena jenis ini digunakan untuk melihat hubungan sebab-akibat anatara variabel X dan Y. Penelitian jenis ini dipilih karena dinilai cocok untuk menjelaskan hubungan antara motivasi populer dengan perilaku berinstagram.
2. Populasi dan sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006: 108).
Menurut
Sugiyono
(2006:72)
populasi
merupakan
wilayah
generalisasi, terdiri dari subjek atau objek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
23
ditarik kesimpulan. Jadi, populasi merupakan keseluruhan objek dan subjek yang menjadi fokus penelitian. Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah seluruh pengguna instagram di Indonesia. Belum ada data yang menyebutkan jumlah pengguna instagram di indonesia hingga tahun 2016, namun data paling dekat yang diambil dari We Are Social menunjukkan bahwa pengguna instagram indonesia di tahun 2015 adalah sebanyak 17.850.000 orang. Maka diambil kesimpulan bahwa populasi dalam penelitian ini berjumlah 17.850.000 orang. b. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti (Djaryanto & Subagyo, 2000:95). Berarti sample merupakan sebagian dari populasi yang diambil oleh peneliti untuk diteliti dan digunakan untuk menggeneralisasi seluruh populasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin yang memiliki toleransi kelonggaran variatif yaitu 10%, 5%, dan 1%. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan: n=
Ukuran sampel
N=
Ukuran populasi
e=
Persentase kelonggaran untuk mengantisipasi kesalahan
pengambilan sampel yang bisa ditolerir, yaitu sebanyak 5% karena survei ini akan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara online.
Dari rumus diatas, didapatkan jumlah sampel sebanyak 399,7 orang. Supaya genap, jumlah ini dibulatkan menjadi 400 orang.
24
3. Teknik pengambilan sampel Dalam penelitian ini, jenis sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik ini adalah teknik pemilihan sampel yang didasarkan atas ciriciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Kasiram: 2008, pada Widyanintyas, 2013:30). Dalam penelitian ini, sampel yang dipilih adalah orang-orang yang menggunakan instagram secara aktif dan pernah mengupload foto atau video di akunnya.
4. Data dan teknik pengumpulan data Data primer dan sekunder akan digunakan dalam penelitian ini. Data primer merupakan data yang didapat dari hasil kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan pada responden untuk diisi (Sukandarrumidi, 2004:78). Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dari berbagai sumber informasi seperti buku-buku literasi, internet, dan berbagai sumber lain yang dinilai sesuai dengan penelitian ini.
5. Uji validitas Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah alat atau intrumen penelitian yang digunakan benar-benar valid untuk mengukur variabel penelitian. Konsep validitas sangat penting karena terkandung makna tingkat kesesuaian hasil penelitian atau cerminan keadaan yang sesungguhnya dalam hasil penelitian yang dilakukan (Idrus, 2009:124). Peneliti akan menguji validitas dengan menggunakan Pearson Correlation Test pada software SPSS.
6. Uji reliabilitas Di samping validitas data, instrumen dalam penelitian juga harus mempunyai reliabilitas sehingga dapat dipercaya. Instrumen tersebut harus dapat digunakan berulang kali oleh siapa pun, namun selalu menunjukkan hasil yang konsisten atau sama. Untuk mengetahui apakah sebuah instrumen penelitian dapat dipercaya atau tidak, harus dilakukan ujian berkali-kali pada
25
instrumen tersebut untuk memastikan bahwa instrumen tersebut bisa dipercaya. Jika hasil uji menunjukkan ketepatan, maka instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel. Pengujian instrumen ini akan dilakukan berdasarkan nilai Cronbach Alpha . 7. Teknik analisis data a. Analisis korelasi Suryabrata
(1994:24)
menyebutkan
bahwa
analisis
korelasional
digunakan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkatitan dengan varias-variasi pada faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Analisis korelasi dalam penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Koefisien korelasi adalah pengukuran asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien berkisar antara +1 sampai -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Untuk memudah menginterpretasi, Sarwono (2006:87) memberikan kriteria sebagai berikut: 0
: Tidak ada korelasi
>0 – 0,25
: Korelasi sangat lemah
>0,25 – 0,5
: Korelasi cukup
>0,5 – 0,75
: Korelasi kuat
> 0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat 1
: Korelasi sempurna
b. Analisis regresi Penelitian ini juga akan menggunakan analisis regresi sederhana. Yaitu analisis untuk mengetahui hubungan linier antara variabel independen (X) dan dependen (Y). Kedua variabel dapat dikatanan memiliki hubungan yang linier jika memiliki nilai Sig. Linearity < 0,05. Untuk mendapatkan hasil tersebut, peneliti akan melakukan analisis data dengan SPSS.
26
c. Analisis deskriptif (statistika) Dedy Kuswanto (2012:27) menjelaskan bahwa statistika deskriptid hanya memberikan informasi mengenai data yang didapatkan dan tidak menarik kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Analisis deskriptif yang digunakan untuk penelitian ini akan memanfaatkan analisis mean dan cross tabulation.
27
28