BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kepala ruangan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit harus mempunyai kemampuan untuk melakukan supervisi, karena dengan adanya
supervisi
dan
pengarahan
kepada
staf
keperawatan
dapat
meningkatkan kinerja, kinerja staf akan meningkat apabila ada kepuasan kerja. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang personil dalam melaksanakan tugasnya. Sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya( Mangkunegara, 2005). Pelaksanaan supervisi bukan hanya ditujukan untuk mengawasi apakah seluruh staf keperawatan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan instruksi atau ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga bagaimana memperbaiki proses keperawatan yang sedang berlangsung. Jadi, dalam kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek. Perawat diposisikan sebagai mitra kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai dan diikutsertakan dalam melakukan asuhan keperawatan (Suyanto, 2008). Supervisi mencakup semua aktivitas yang diyakini manajemen akan membantu mencapai tujuan administrasi. Kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian integral dari supervisi dalam keperawatan mencakup pelaporan, pembagian tugas, pemberian arahan, pengamatan, penilaian, pembimbingan, dan pendidikan pekerja. Supervisi keperawatan meyakinkan bahwa semua pasien menerima asuhan seperti yang seharusnya. Hal ini dimulai dengan memberikan laporan tentang setiap pasien kepada para staf perawat.
1
2
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat antara lain meningkatkan efektifitas kerja dan meningkatkan efisiensi kerja. Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Sesungguhnya tujuan pokok dari supervisi adalah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan lebih efisien, sehingga tujuan dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli &Yayan, 2002). Fungsi manajerial yang menangani pelayanan keperawatan di ruang rawat dikordinatori oleh kepala ruang rawat. Kepala ruangan sebagai manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan pasien (Rachman, 2006). Thora Korn (dalam Suarly dan Bahtiar, 2009) menyatakan bahwa
supervisi
mengajar,
adalah
mengobservasi,
merencanakan,
mengarahkan,
membimbing,
mendorong
memperbaiki,
mempercayai,
mengevaluasi, secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar adil serta bijaksana. Dengan demikian diharapkan setiap perawat dapat memberi asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dari perawat yang bersangkutan. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya (Suarli dan Bahtiar, 2009). Supervisi yang tepat dapat meningkatkan kepuasan kerja bagi perawat. Kepuasan kerja bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
diperlukan untuk meningkatkan
kinerjanya yang berdampak pada, disiplin dan prestasi kerja (Rahcman, 2006).
3
Berdasarkan hasil penelitian yang di Instalasi Rawat Inap A RSPAD Gatot Soebroto Jakarta dari 28 responden dengan peran supervisi sebagai pengarah tidak baik terlihat bahwa 20 (71,4%) responden memiliki kinerja tidak baik dan 8 (28,6%) responden memiliki kinerja baik. Dan dari 39 responden dengan peran supervisi sebagai pengarah baik terlihat bahwa 8(20,5%) responden memiliki kinerja tidak baik dan 31(79,5%) responden memiliki kinerja baik. Hasil uji sttistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran supervisi sebagai pengarah dengan kinerja perawat pelaksana (Wiyanti, 2009). Perawat
dalam
melaksanakan
tugasnya
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan bukanlah sebagai pelaksana pasif, melainkan sebagai partner kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai,
dan
keperawatan,
diikutsertakan
dalam
usaha-usaha
perbaikan
proses
maka perlu adanya peran supervisi kepala ruangan untuk
membantu tenaga keperawatan dan staf lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka untuk menciptakan pelayanan yang bermutu (Ilyas, 2002). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Dr.Pirngadi Medan Tahun 2014 di Ruang Rawat Inap Lantai 1. Peneliti melakukan wawancara kepada 4 orang Kepala Ruangan mengatakan supervisi dilakukan setiap hari saat pertukaran dinas. Proses pelaksanaan supervisi dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses supervisi yang dilakukan secara langsung mengawasi kinerja perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan. Sedangkan secara tidak langsung, dilakukan dengan memeriksa laporan atau catatan tindakan yang telah dilakukan perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan. Wawancara peneliti dengan 6 orang perawat pelaksana mengatakan bekerja di ruangan berdasarkan tugas dari kepala ruangan, 4 orang perawat mengatakan jarang mendapatkan bimbingan dari kepala ruangan, 2 orang perawat mengatakan jarang mendapatkan motivasi dari kepala ruangan lebih sering berdiskusi
4
dengan perawat lain bila ada kesulitan. Untuk mendukung kemampuan atau keterampilan tenaga medis, rumah sakit mengadakan proses pelatihan yang dilakukan di dalam maupun luar rumah sakit. Meskipun pelaksanaan proses supervisi tidak menggunakan format supervisi, perawat pelaksana tetap memandang positif terhadap supervisi yang dilakukan dirumah sakit. Dengan adanya persepsi positif antara pimpinan keperawatan (kepala ruangan) dan perawat pelaksana terhadap kegiatan supervisi, peneliti berasumsi bahwa kinerja perawat pelaksana akan baik. Berdasarkan fenomena dan hasil survey awal yang peneliti temukan maka penulis tertarik untuk meneliti Hubungan peran supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di Sub Instalasi rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Apakah ada Hubungan Peran Supervisi Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam melaksanakan asuhan keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD DR. Pirngadi Medan 2014? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Peran Supervisi Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat Pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan
Di Ruang
Rawat Inap RSUD DR. Pirngadi Medan 2014. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui peran supervisi kepala ruangan di Ruang Rawat Inap RSUD DR. Pirngadi Medan. b. Mengetahui kinerja perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD DR. Pirngadi Medan.
5
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan dalam menganalisis Hubungan peran supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan 2. Bagi kepala ruangan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memaksimalkan pelaksanaan supervisi kepala ruangan di RSUD DR. Pirngadi Medan tahun 2014. 3. Bagi perawat pelaksana Hasil penelitian ini diharapkan bisa menerima apapun supervisi yang diterapkan oleh kepala ruangan dan dapat bekerja sesuai tugas dan mampu memotivasi diri dalam meningkatkan kinerja. 4. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Supervisi kepala ruangan.