BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pasien kritis dengan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) memiliki morbilitas dan mortalitas yang tinggi. Mengenali ciri-ciri cepat dan penatalaksanan dini yang sesuai pada pasien beresiko kritis atau pasien yang berada dalam keadaan kritis dapat
membantu
mencegah
perburukan
lebih
lanjut dan memaksimalkan
peluang untuk sembuh (Gwinutt, 2006 dalam Jevon, 2009). Comprehensive Critical Care Departement of Health-Inggris merekomendasikan untuk memberikan perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (Critical Care Without Wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi dimanapun pasien tersebut secara fisik berada didalam rumah sakit (Jevon, 2009). Hal ini dipersepsikan sama oleh tim pelayanan kesehatan bahwa pasien kritis memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring penilaian setiap tindakan yang dilakukan. Dengan demikian pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau terjadinya penurunan fungsi organ-organ tubuh yang lainnya (Rab, 2007). ICU berfungsi untuk perawatan pasien kritis. Unit ini berbeda dengan unit lainnya karena pasien dirawat oleh perawat yang telah terlatih juga dalam merawat pasien perawat untuk satu atau dua pasien dalam satu waktu setiap shiftnya. ICU untuk peraturan kunjungan kepasien dibatasi berbeda dengan unit lainnya. Keluarga tidak bisa setiap saat berada dekat dengan pasien, keluarga tidak bisa setiap saat bertemu dengan pegawai ICU , sehingga keluarga mengalami depresi, cemas bahkan gejala trauma setelah anggota keluarga dirawat di ICU (Mc. Adam dalam Bayle, 2009).
1
2
Penerimaan pasien di unit perawatan kritis menandakan suatu ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan pada semua orang yang dirawat di ruang kritis tersebut. Pasien sering merasa diterima di unit perawatan kritis sebagai tanda akan tiba kematian karena pengalaman mereka sendiri atau orang lain (Nursalam, 2010). Adanya ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi dan harga diri, kegagalan membentuk pertahanan, perasaan terisolasi dan takut meninggal dunia bisa menyebabkan ansietas pada pasien. Penerimaan dan pengenalan terhadap peran sakit dapat juga menimbulkan stres. Perilaku koping seperti mengingkari, marah, pasif atau agresif, umum dijumpai pada pasien. Jika perilaku koping efektif, energi dibebaskan dan diarahkan langsung pada penyembuhan. Jika koping tidak efektif, maka keadaan stres meningkat sehingga terjadi peningkatan kebutuhan energi. Pada kondisi ini dukungan keluarga jadi kepentingan utama. Keluarga berperan dalam mendukung penyembuhan dan pemulihan pasien. Apabila dukungan seperti ini tidak diterima pasien, maka keberhasilan penyembuhan dan proses pemulihan sangat berkurang (Cohen, 1994 dalam Setiadi, 2008). Bagi keluarga pasien yang berada dalam keadaan kritis (critical care patients) dalam kenyataan memiliki stres emosional yang tinggi (hight levels of emotional distress). Mendapatkan informasi tentang kondisi medis pasien dan hubungan dengan petugas pemberi pelayanan merupakan prioritas utama yang diharapkan dan diperlukan oleh keluarga pasien. Para peneliti mendapatkan data peningkatan kejadian stress (elevated levels of distress) yang dialami oleh keluarga pasien adalah segera setelah pasien berada di ICU (just after the patients admission to the ICU) (Azizakh, 2010). Disamping itu perawatan pasien di ICU menimbulkan stres atau konflik bagi keluarga pasien juga karena lingkungan rumah sakit, dokter, perawat merupakan
3
bagian
yang asing, bahasa medis yang sulit untuk dipahami dan terpisahnya
anggota keluarga dengan pasien. Untuk itu pelayanan keperawatan perlu memberikan perhatian untuk memenuhi kebutuhan keluarga pasien dalam frekuensi, jenis dan dukungan keluarga (Potter, 2009). Pelayanan keperawatan menjadi tumpuan bagi pasien dan keluarganya karena keberadaan perawat yang terus menerus bersama pasien sehingga secara terus menerus pula bertanggung jawab untuk mempertahankan homeostatis pasien. Perhatian, rasa percaya dan dukungan yang diberikan perawat kepada pasien dan keluarganya menjadi dasar yang membuat hubungan perawat, pasien dan keluarganya unik dan kuat. Tak ada pelayanan kesehatan profesional lain mempunyai kesempatan yang konsisten dan sering berinteraksi dengan pasien pada kerangka kerja yang sama (Potter, 2009). Pelayanan keperawatan dapat mengusahakan sumber dukungan yang kuat bagi pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif. Individu akan menjadikan keluarga sebagai tumpuan harapan jika individu menghadapi permasalahan (Irwanto, 2002). Dukungan keluarga mempunyai andil besar untuk meringankan beban yang dialami, dengan demikian dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien yang sedang dirawat di rumah sakit. Walaupun pasien dalam keadaan kritis, bagaimanapun mereka tetap membutuhkan dukungan dari keluarganya (Francis & Satruadarma, 2004). Keberhasilan perawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia apabila tidak didukung oleh peran serta dukungan keluarga (Taylor, 1995 dalam Ambari, 2010). Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan commission of the family bahwa dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, pasien, menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegah utama bagi seluruh keluarga dalam
menghadapi
tantangan kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang penuh dengan tekanan (Ambari, 2010). Saling
4
mendukung, saling mengasihi, saling menghargai antara sesama anggota keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga merupakan fungsi internal keluarga yang disebut sebagai fungsi afektif (Friedman, 1986 dalam Setiawati & Dermawan, 2008). Keadaan pasien yang kritis dan mendapatkan perawatan di ICU memungkinkan terjadinya konflik pada keluarga pasien. Keluarga sebagai support system bagi upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien perlu mendapat perhatian dari pihak rumah sakit. Ada beberapa kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat intensif menurut Critical Care Family Need Infentory (CCFNI) yaitu, kebutuhan informasi, dukungan mental, rasa nyaman, berdekatan dengan pasien dan jaminan pelayanan keperawatan. Dengan
memenuhi dan
memperhatikan
kebutuhan keluarga pasien yang
menunggu keluarganya di ruang intensif akan mampu mengurangi stres, cemas, konflik yang dialami oleh keluarga pasien yang dirawat di ruang intensif. Berdasarkan penelitian Komaruddin 2011 kebutuhan utama keluarga pasien di ruang intensif adalah informasi tentang kondisi pasien, tim perawatan perlu memfasilitasi untuk melakukan komunikasi dengan membuat jadwal pertemuan (Leske, 2002). Selain itu sikap yang penuh perhatian, empati dan ramah sangat diharapkan oleh keluarga pasien (Noves, 2009). Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 20% dari semua kematian terjadi pada pasien yang dirawat di
ICU. Pengalaman buruk tersebut dapat mempengaruhi
anggota keluarga pasien yang beresiko tinggi pada kematian. Keadaan dari pasien ini menimbulkan banyak beban pada keluarga pasien Mc. Adam & Pontillo, 2009. Sebagai sebuah layanan kesehatan, di instansi Rumah Sakit Horas Insani dilengkapi dengan ICU yang disediakan bagi pasien dengan kondisi kritis, secara umum ICU Rumah Sakit Horas Insani diperlengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan kondisi kritis. ICU Rumah Sakit Horas Insani memiliki berbagai fasilitas dan kemudahan antara lain : CCTV, monitor
5
pengawasan selama 24 jam. Untuk kualifikasi dokter dan perawat telah dibekali kompetensi untuk penanganan kasus pasien kritis. Di rumah sakit Horas Insani para tenaga medis telah menempuh beberapa jenjang kursus dan pendidikan seperti : para dokter di ICU memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman dalam bidang reaminisasi (resusitasi, intensive care), perawat di rumah sakit Horas Insani telah mengikuti beberapa pelatihan seperti Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) dan pelatihan interprestasi Electro Cardio Gram( ECG), di ICU Horas Insani ada dua orang dokter yang selalu siap standby dalam pengawasan pasien, jam kunjung pasien pagi jam 09.00 – 10.00 wib, sore jam 15.00 – 16.00 wib, malam jam 20.30 – 21.00 wib, bila dalam keadaan kritis keluarga akan diberitahu oleh pegawai ICU, keterangan-keterangan mengenai perkembangan pasien dijelaskan oleh dokter yang merawat. ICU Horas Insani terletak dilantai II, didepannya ada ruang tunggu, ruang doa/sholat khusus untuk keluarga pasien ruang ICU tidak ada, adapun ruang sholat/berdoa dibuat untuk secara umum, ruang sholat untuk wanita letaknya dilantai II, ruang sholat untuk laki-laki letaknya dilantai III. Adapun jumlah pasien ruang ICU mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember 2013 ada 426 orang. Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Horas Insani Pematang Siantar tanggal 1 April 2014, peneliti mendapatkan bahwa ada dari 10 orang keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat intensif mendapatkan 3 orang keluarga pasien mengatakan bahwa mereka tidak ada menerima hasil tentang pemeriksaan pasien (tanda-tanda vital stabil atau tidak stabil), tidak ada pemberitahuan tentang kondisi pasien setelah tindakan dilakukan, keluarga pasien mengatakan mereka sedih, menangis karena tidak bisa mendampingi pasien setiap saat, 2 orang keluarga pasien mengatakan kurangnya perhatian staf ICU kepada keluarga pasien, tidak ada mendapat penjelasan tentang kondisi pasien setiap hari, keluarga pasien merasakan adanya informasi yang kurang tentang keparahan penyakit, diagnosa, 2 orang keluarga pasien mengatakan ruang ibadah terlalu jauh dengan ruang tunggu keluarga pasien ICU sehingga keluarga pasien saat mau pergi ke ruang ibadah merasa tidak nyaman meninggalkan ruang tunggu karena terlalu
6
jauh meninggalkan keluarganya yang berada di ICU, tidak ada tersedianya intercom langsung keruang tunggu, tidak tersedianya loundry untuk fasilitas umum, 1 orang keluarga pasien mengatakan ingin merawat dan membantu merawat fisik pasien di ICU (membantu melakukan personal hygiene), 2 orang keluarga pasien mengatakan ingin mendapatkan data tentang kemajuan kondisi pasien, keluarga pasien mengatakan ingin mendapatkan pelayanan rohaniawan untuk mendapatkan dukungan doa sehingga pasien dan keluarga pasien sabar dan tabah. Hal ini akan banyak menimbulkan banyak beban dan konflik bagi keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang intensif. Berdasarkan fenomena tersebut dan mengingat pentingnya keluarga bagi pasien maka perlu diketahui apa yang menjadi kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya yang dirawat di ICU dimana hal yang diketahui adalah kenyataan bahwa pelayanan kesehatan dan fasilitas rumah sakit lebih difokuskan kepada pasien saja. Padahal dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga rumah sakit dapat menciptakan lingkungan yang saling mendukung untuk kesembuhan dan pemulihan kesehatan pasien. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah,
maka rumusan masalah dalam penelitian
adalah apa sajakah kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ICU Rumah Sakit Horas Insani Pematang Siantar Tahun 2014. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ICU Rumah Sakit Horas Insani Pematang Siantar Tahun 2014.
7
2. Tujuan Khusus a) Untuk mendapatkan gambaran tentang kebutuhan terhadap informasi yang dibutuhkan oleh keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ICU Rumah Sakit Horas Insani Pematang Siantar tahun 2014. b) Untuk mendapatkan gambaran tentang kebutuhan terhadap kedekatan dengan pasien yang dibutuhkan oleh keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ICU Rumah Sakit Horas Insani Pematang Siantar tahun 2014. c) Untuk mendapatkan gambaran tentang kebutuhan terhadap rasa nyaman yang dibutuhkan oleh keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ICU Rumah Sakit Horas Insani Pematang Siantar tahun 2014. d) Untuk mendapat gambaran tentang kebutuhan akan dukungan mental yang dibutuhkan oleh keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ICU Rumah Sakit Horas Insani Pematang Siantar tahun 2014. e) Untuk mendapatkan gambaran tentang kebutuhan keluarga akan jaminan pelayanan yang dibutuhkan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ICU Rumah Sakit Horas Insani Pematang Siantar tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Keluarga Pasien yang Menunggu Keluarganya di ICU Keluarga pasien yang menunggu keluarganya diruang rawat intensif mendapat pelayanan yang optimal dan keluarga pasien lebih aman dan nyaman menunggu di ruang rawat intensif di Rumah sakit Horas Insani Pematang Siantar Tahun 2014. 2. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen di rumah sakit dalam
melengkapi fasilitas dan kebijakan peraturan di ruang intensif yang
dibutuhkan sebagai upaya peningkatan pelayanan kepada pasien dan keluarga.
8
3. Bagi Perawat Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perawat dalam upaya peningkatan pelayanan keperawatan tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ICU dimana keluarga pasien ini adalah sebagai support system untuk kesembuhan dan pemulihan kesehatan pasien. 4. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil yang didapat dalam penelitian merupakan evidence base practice yang menjadi informasi bagi mahasiswa keperwatan dan institusi pendidikan keperawatan
tentang
kebutuhan
keluarga
pasien
yang
menunggu
keluarganya di ICU. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan data tambahan dalam penelitian keperawatan untuk pengembangan bagi peneliti selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.