BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fungsi perawat adalah fungsi independen yang merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada petugas medis lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara mandiri dengan keputusannya sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Hidayat, 2004). Perawat harus mempunyai kemampuan untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni yaitu dalam upaya memberikan kepuasan dan kenyamanan kepada klien, sehingga perawat perlu menggunakan kiat-kiat tertentu (Gaffar, 1999). Tercapainya derajat kesehatan yang optimal tidak terlepas dari peran petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, pada silsilah proses kehidupan manusia baik yang sehat maupun yang sakit. Namun sampai saat ini masih mengalami berbagai kendala yang dikarenakan masih tingginya masalah kesehatan yang terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak (Depkes RI, 2008). Tenaga keperawatan merupakan jumlah tenaga kesehatan terbesar di rumah sakit yang dapat memberikan kontribusi esensial dalam keberhasilan pembangunan kesehatan. Tenaga keperawatan melakukan pelayanan kesehatan kepada pasien yang dilakukan di Rumah Sakit baik di ruang rawat inap. Proses asuhan keperawatan merupakan rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada
individu,
keluarga,
kelompok
dan
masyarakat
dalam
upaya
pemenuhan kebutuhan keperawatan manusia dengan berpedoman pada standar keperawatan yang dilandasi dengan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab perawat (PPNI, 1999).
1
2
Menurut H.L. Blum (1974) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan baik individu, kelompok maupun masyarakat, dikelompokkan menjadi empat faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah keperawatan yang diberikan oleh tenaga keperawatan. Proses keperawatan dapat dilakukan secara efektif bila perawat memiliki beberapa kemampuan dasar seperti pengetahuan tentang ilmu dan teori yang menyeluruh tidak hanya yang dapat diterapkan kepada keperawatan tetapi juga dapat diterapkan pada disiplin ilmu lain yang berhubungan seperti psikologis, kreativitas dan kemampuan beradaptasi dalam menangani perubahan dan kejadian yang tidak diharapkan (Doenges, 2001) Kebutuhan manusia yang bervariasi dan harus dipenuhi, mendorong/memotivasi seseorang untuk memenuhinya. Handoko (1986), menyatakan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah kebutuhan manusia sesuai dengan teori maslow antara lain kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Ilyas (2001) menerapkan teori kebutuhan maslow dalam manajemen Rumah Sakit antara lain kebutuhan fisiologis akan terpenuhi bila gaji dan tunjangan dapat memenuhi kebutuhan pokok. Kebutuhan rasa aman akan terpenuhi bila ada jaminan terhindar dari penyakit akibat kerja, ancaman pemecatan dan kejelasan peraturan. Kebutuhan rasa memiliki akan terpenuhi bila lingkungan kerja dan iklim kerja menyenangkan. Kebutuhan penghargaan akan terpenuhi bila mendapat panghargaan dan pangakuan dari hasil kerja berupa kenaikan gaji, dan bonus (pelatihan dan kesempatan memperoleh pendidikan lebih lanjut). Dan kebutuhan aktualisasi diri akan terpenuhi bila ada kesempatan untuk mengembangkan dan mewujudkan kreatifitas. Selain kebutuhan menurut Maslow (2008), seseorang termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi seperti dikemukakan Herzberg dalam teori motivasi pemeliharannya, seseorang perlu memenuhi kebutuhan peningkatan prestasi dan
3
pemuasan terhadap kerja. Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktorfaktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner & Freeman, 1995). Herzberg menyimpulkan bahwa Faktor yang menyebabkan ketidakpuasan berasal dari kondisi ekstrinsik (di luar) pekerjaan atau konteks pekerjaan antara lain supervisi, kondisi atau suasana kerja, kebijakan dan administrasi, gaji, hubungan dengan rekan sejawat, kehidupan pribadi status dan keamanan. Sedangkan faktor penyebab kepuasan berasal dari kondisi intrinsik (di dalam) pekerjaan, atau isi pekerjaan antara lain prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kesempatan kemajuan dalam pelaksanan pekerjaan dan pertumbuhan. Rumah sakit umum daerah Dr M. Yunus Bengkulu merupakan salah satu bentuk instansi yang memiliki tenaga kerja keperawatan yang memberikan pelayanan kesehatan. Perawat di RSUD dr. M Yunus Bengkulu khususnya di ruang Flamboyan dan Melati baik yang pegawai negeri sipil maupun honorer berjumlah sebanyak 48 orang perawat ( (IRNA RSUD M Yunus Bengkulu, 2011). Berdasarkan pengamatan peneliti selama praktek di Rumah Sakit Umum Daerah dr. M Yunus Bengkulu diketahui bahwa perawat kurang termotivasi dalam proses asuhan keperawatan dan pendokumetasian proses asuhan keperawatan diruang rawat inap sehingga proses asuhan keperawatan dan pendokumentasian proses asuhan keperawatan dapat dikatakan belum memenuhi standar asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
intervensi
keperawatan,
implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan, karena dari sekian banyak lembar status pasien dirawat inap yang ada terkadang masih terdapat lembar status pasien yang diisi tidak lengkap. Diperoleh hasil dari status bahwa pengkajian keperawatan yang didokumentasikan hanya terdiri dari identitas pasien, identitas penanggung jawab, pemeriksaan TNPS (tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu), dan keluhan utama saat masuk Rumah Sakit. Sedangkan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
4
keperawatan tidak di terapkan dan didokumentasikan pada lembar status pasien dirawat inap yang ada terkadang masih terdapat lembar status pasien yang diisi tidak lengkap. Keperawatan sebagai suatu bidang profesi dapat terus dikembangkan dan terintegretasi sepenuhnya dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Keperawatan diterima dan dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan kaidah suatu profesi sehingga profesi keperawatan mempunyai posisi yang sama pentingnya dengan profesi lain yang ada di bidang kesehatan. Rumah sakit sebagai suatu pelayanan organisasi pelayanan kesehatan agar dapat “survive” harus memiliki sistem manejemen pelayanan yang terbaik sesuai tuntutan/atau kebutuhan masyarakat. Motivasi kerja dari anggota organisasi merupakan aspek penting bagi setiap orang yang berkepentingan. Keterampilan kemanusiaan merupakan kemampuan untuk bekerja dengan memahami, dan memotivasi orang lain, baik secara individu maupun kelompok. Motivasi yang dimiliki seseorang berkaitan dengan upaya untuk memnuhi kebutuhan, maka kuatnya motivasi dari seseorang bergantung pada pandangnya betapa kuatnya keyakinan yang terdapat dalam dirinya bahwa dia akan mancapai kebutuhannya (Siagian, 2004). Soegiri (2004) dalam Antoni (2006), mengemukakan bahwa pemberian dorongan sebagai salah satu bentuk motivasi, penting dilakukan untuk meningkatkan semangat kerja karyawan sehingga dapat mencapai hasil yang dikehendaki oleh manajemen. Hubungan motivasi, semangat kerja mempunyai bentuk linier dalam arti dengan pemberian motivasi kerja yang baik, maka semangat kerja karyawan akan meningkat dan hasil kerja akan optimal sesuai dengan standar kerja yang ditetapkan. Demikian juga dengan penelitian Hasan (2004) menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di sarana kesehatan dalam hal ini Puskesmas dipengaruhi oleh motivasi kerja pegawai Puskesmas terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan adanya
5
permasalahan motivasi kerja pada perawat outsourcing terhadap kualitas pelayanan di rumaha sakit tersebut. Selain kebutuhan menurut Maslow (2008), seseorang termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi seperti yang dikemukakan Herzberg dalam teori motivasi pemeliharaanya, seseorang perlu memenuhi kebutuhan peningkatan prestasi dan pemuasan terhadap kerja. Motivasi adalah karateristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-fakor yang menyebabkan menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner & Freeman, 1995). Hasil survey pendahuluan pada bulan April 2014 di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan mengenai pengaruh motivasi ekstrinsik perawat terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan, setelah peneliti mengobservasi perawat teryata masih ada sebagian ketidaklengakapan asuhan kepewaratan, dan masalah yang umum terjadi dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan beban kerja yang terlalu tinggi dan motivasi seorang perawat tersebut sangat kuat dipengaruhi oleh gaji dan beban kerja yang tinggi dan kurangnya kerja sama antara perawat tersebut,hubungan kerja antar pribadi di RSU Sari Mutiara Medan 2014. Berdasarkan uraian diatas peneliti sangat berkeinginan untuk melihat lebih jauh bagaimana pengaruh motivasi ektrinsik terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di RSU Sari Mutiara Medan 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan peneliti diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu adakah pengaruh motivasi ekstrinsik perawat terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan diruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014.
6
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh motivasi ekstrinsik (Komunikasi,Potensial pertumbuhan, Kebijaksanaan, Upah atau gaji, Kondisi yang kondusif) perawat terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan diruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui motivasi ekstrinsik perawat di RSU Sari Mutiara Medan. b. Mengidentifikasi pelaksanaan dalam memberikan Asuhan keperawatan di RSU Sari Mutiara Medan 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia khusunya keperawatan. 2. Bagi Peneliti Keperawatan Sebagai sarana untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai pengaruh motivasi ekstrinsik perawat terhadap kualitas pelayanan keperawatan. 3. Perawat Penelitian dapat menambah wawasan perawat mengenai pengaruh motivasi ekstrinsik perawat terhadap kualitas pelayanan keperawatan.