BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Huffman (1994) Berkas rekam medis sangat menentukan terciptanya laporan kesehatan yang valid, untuk itu proses penulisan, pengolahan, dan pelaporan rekam medis harus terjaga kualitasnya. Dengan demikian perekam medis memegang peranan penting sebagai pengumpul, pengolah, dan penyaji informasi kesehatan. Salah satu informasi kesehatan yang penting adalah data pada sertifikat kematian yang akan digunakan untuk laporan mortalitas Rumah Sakit. Sertifikat Medis Penyebab Kematian (SMPK) adalah sumber utama data mortalitas. Informasi kematian biasa didapat dari praktisi kesehatan atau pada kasus kematian karena kecelakaan, kekerasan dan penyakit jantung. Orang yang mengisi sertifikat kematian akan memasukkan urutan kejadian yang menyebabkan kematian pada sertifikat dengan format internasional (lihat halaman 31 buku vol 2 ICD-10). Sertifikat Medis Penyebab Kematian perinatal adalah lembar yang digunakan untuk menuliskan data penyebab kematian bayi baru lahir sampai umur 7 hari. Sampai dengan tahun 2006 Departemen Kesehatan belum mengatur cara pelaporan khusus untuk penyebab kematian. Laporan jumlah pasien meninggal tergabung dalam format laporan Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap Rumah Sakit RL2a tanpa harus menentukan kode diagnosis penyebab kematian (cause of death) pasien terkait. Rekapitulasi hasil informasi yang didapat dari olahan RL tidak mungkin untuk merinci cause of death pasien, hanya menghasilkan jumlah pasien meninggal akibat penyakit sesuai usia. Sampai kurun waktu 2006, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menerbitkan format khusus laporan kematian yang hanya berlaku di Jakarta. Mengingat bahwa keterangan tersebut harus diberikan langsung pada hari pasien meninggal kepada keluarga demi kepentingan administrasi pemakaman jenazah, umumnya rumah sakit/ unit kerja rekam medis belum berkesempatan menentukan kode ICD-nya (Hatta , 2010).
1
2
Departemen Kesehatan mengharuskan penggunaan sertifikat umum dan perinatal model WHO, sejak ICD-10 digunakan menggantikan ICD-9 belum ada aturan pembakuan model sertifikat Cause of death yang berlaku secara nasional di indonesia. Ada beberapa Rumah Sakit milik pemerintah dan Rumah Sakit besar milik swasta yang masih menggunakan model sertifikat WHO. Kesulitan akan dihadapi pelayanan Rumah Sakit yang tidak menuliskan diagnosis penyebab kematian, apabila data kematian menjadi persyaratan klaim asuransi kesehatan, maka sertifikat penyebab kematian adalah mutlak bagi kepentingan penentuan satuan pembayaran klaim pasien keluarga almahrum dan data yang otentik cenderung akan mengurangi resiko manajemen. Menurut Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 15 tahun 2010 Nomor 162/MENKES/PB/I/2010 tentang Pelaporan Kematian dan Penyebab Kematian bab 2 pasal 2 (1) bahwa setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili kepada instansi pelaksana atau UPTD instansi pelaksana paling lambat 30 ( tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.Pelaksanaan pelaporan kematian diperlukan lampiran persyaratan salah satunya surat keterangan kematian dari dokter yang berwenang dari fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Surat keterangan kematian dari dokter yang dimaksud adalah sertifikat medis penyebab kematian yang berisi kondisi-kondisi penyebab kematian pasien. Mengingat begitu pentingnya data pada Sertifikat Medis Penyebab Kematian bagi pihak rumah sakit maupun pihak pasien meninggal, maka pengisian data pada setiap bagain pada formulir sertifikat medis penyebab kematian harus lengkap. Peneliti melakukan telaah terhadap beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan pada bagian tertentu. Penelitian yang pertama adalah penelitian milik Suhartini (2014). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketidaklengkapan pengisian sertifikat medis penyebab kematian di RSUP Persahabatan. Dari hasil penelitian didapat kelengkapan sebesar 78% dan tidak lengkap sebesar 21,5%.Sedangkan untuk bayi didapat kelengkapan sebesar 2,4% dan tidak lengkap sebesar 97,6%. Kode ICD-10 pada bayi didapat hasil 0%. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di Bagian Rekam Medis RSUP Persahabatan bulan Januari
3
2014, analisis kuantitatif belum dilakukan sepenuhnya pada sertifikat medis penyebab kematian dikarenakan kurangnya tenaga pelaksana. Penelitian oleh Namang (2013) yang melakukan analisis kuantitatif pada 41 formulir sertifikat kematian dengan hasil total kelengkapan pengisian sertifikat medis penyebab kematian sebesar 72,05% dan 4 (empat) komponen analisis kuantitatif yaitu identifikasi pasien 91,58%, laporan penting sebesar 59,8%, autentikasi 70,16% dan catatan yang baik sebesar 66,67%. Rata-rata kematian bayi terjadi di luar sarana pelayanan kesehatan, sehingga tidak banyak keluarga yang memiliki surat keterangan penyebab kematian dari rumah sakit. RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten merupakan rumah sakit tipe B pendidikan namun baru membuat surat keterangan penyebab kematian perinatal pada format khusus perinatal sesuai standar yang ditetapkan oleh Depkes RI pada bulan September tahun 2014. Sedangkan kematian bayi di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten cukup tinggi yaitu mencapai lebih dari 100 kematian pada tahun 2015 dilihat dalam laporan persalinan dan maternal di Instalasi Rekam Medis. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang surat keterangan penyebab kematian perinatal. Kemudian Peneliti melakukan pengamatan pada bulan Januari 2016 di bagian Rekam Medis Rumah Sakit RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Penulis mengamati isi surat keterangan penyebab kematian dan mendapati bahwa ada beberapa bagian dari keterangan penyebab kematian yang tidak terisi. Ketidakterisian data pada surat keterangan penyebab kematian perinatal dapat berdampak pada kualitas informasi serta mutu pelayanan rekam medis. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk mengetahui lebih lanjut dengan melakukan penelitian mengenai Analisis Keterisian Surat Keterangan Penyebab Kematian Perinatal di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana angka keterisian data pada surat keterangan penyebab kematian perinatal di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
4
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui persentase keterisian surat keterangan Penyebab Kematian Perinatal 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pengisian surat keterangan penyebab kematian perinatal b. Analisis keterisian surat keterangan penyebab kematian perinatal c. Mengetahui faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan pada surat keterangan penyebab kematian perinatal D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi rumah sakit Sebagai masukan kepada petugas pelaksana untuk menuliskan data pada surat keterangan penyebab kematian perinatal dengan lengkap dan benar. b. Bagi penulis 1. Penulis dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan pengisian surat keterangan penyebab kematian perinatal. 2. Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis di bidang rekam medis 2. Manfaat teoritis a. Bagi institusi pendidikan Dapat dijadikan sebagai referensi bahan ajar tentang sertifikat kematian di kelas untuk mahasiswa/i program D3 Rekam Medis. b. Bagi peneliti lain Dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian atau untuk memperdalam materi tentang surat kematian E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, penelitian tentang Analisis Keterisian Surat Keterangan Penyebab Kematian Perinatal di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
5
Klaten belum pernah dilakukan. Namun, ada beberapa penelitian yang memiliki topik sama yaitu : 1. Hidayat,Trian (2013) dengan judul penelitian “Analisis Ketepatan Kode Diagnosis Penyebab Kematian Berdasarkan ICD-10 Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, peneliti bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan penentuan kode diagnosis penyebab kematian, ketepatan kode diagnosis penyebab kematian, dan akibat penentuan kode diagnosis penyebab kematian yang tidak tepat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Persamaan penelitian ini dengan penelitian trian adalah penelitian ini dan penelitian Trian sama-sama menggunakan sertifikat medis penyebab kematian sebagai objek penelitian. Perbedaan kedua penelitian ini adalah pada tujuan penelitian, penelitian trian memiliki tujuan untuk mengetahui ketepatan kode penyebab kematian pada sertifikat medis penyebab kematian sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka keterisian data pada surat keterangan penyebab kematian perinatal. 2. Meigian, A.H (2014) dengan judul “Analisis Kelengkapan Pengisian Resume Medis Pasien Hyperplasia Of Prostate Pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Di Rumah Sakit Mulia Hati Wonogiri Tahun 2013”. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis kelengkapan resume medis pasien hyperplasia of prostate pada dokumen rekam medis rawat inap di RS Mulia Hati Wonogiri tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian Meigan yaitu deskriptif dengan rancangan penelitian retrospektif. Teknik pengambilan sampel yaitu sampling jenuh. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Meigan adalah mengenai tujuannya yaitu untuk menganalisis kelengkapan suatu dokumen rekam medis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian milik Meigan adalah pada fokus dokumen rekam medis yang diteliti. Penelitian Meigan adalah berfokus pada resume medis pasien hyperplasia of prostate, sedangkan penelitian ini berfokus pada surat keterangan penyebab kematian perinatal.
6
3. Namang, B,M,T (2013) judul penelitian “Analisis Kuantitatif Kelengkapan Pengisian Formulir Sertifikat Medis Penyebab Kematian di Rumah Sakit Atma Jaya” Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian milik Namang (2013) adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Persamaan penelitian ini dengan penelitian milik Namang adalah kedua peneitian ini menganalisis sertifikat medis penyebab kematian. Perbedaan penelitian ini adalah pada karakteristik sertifikat penyebab kematian. Jika penelitian Namang (2013) menganalisis kelengkapan sertifikat kematian dengan melakukan analisis kuantitatif, maka penelitian ini hanya melakukan analisisketerisian pada surat keterangan penyebab kematian perinatal. 4. Ninawati (2012) dengan judul “Hubungan antara kelengkapan pengisian dokumen Autopsi Verbal dengan keakuratan penentuan sebab utama kematian di puskesmas wilayah Surakarta.” Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasi analitik dengan studi korelasi yakni mencari hubungan antara kelengkapan pengisian kuesioner autopsi verbal dengan keakuratan penentuan sebab utama kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kelengkapan pengisian dokumen Autopsi Verbal dengan keakuratan penentuan
sebab
utama
kematian
di
puskesmas
wilayah
Surakarta.Persamaan penelitian ini dengan penelitian Ninawati (2012) terletak pada bahasan penelitian yaitu sama-sama membahas tentang kelengkapan pengisian dokumen kematian perinatal. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ninawati (2012) adalah spesifikasi yang dibahas. Penelitian Ninawati (2012) menggunakan dua variable yaitu membahas
tentang
kelengkapan
dokumen
autopsi
verbal dengan keakuratan penyebab utama kematian sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif dan tujuan untuk menganalisis keterisian data pada surat keterangan penyebab kematian perinatal bukan pada dokumen autopsi verbal.