BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pesawat terbang merupakan moda transportasi tercepat yang ada saat ini. Dengan kecepatan berkisar 500-900 km/jam, transportasi udara menggunakan pesawat terbang merupakan tulang punggung bagi dunia transportasi jarak jauh baik orang maupun barang. Selain memiliki kecepatan tempuh yang tinggi, moda transportasi pesawat terbang juga dikenal dengan tingkat keamanannya yang tinggi dan sistem operasinya yang baik. Secara umum tahapan menggunakan pesawat terbang meliputi pengecekan jadwal dan tarif perjalanan, reservasi tiket, proses perjalanan menuju bandara, check-in keberangkatan, dan boarding. Proses pengecekan jadwal dan tarif perjalanan dilakukan untuk mendapatkan jadwal yang sesuai dengan tari penerbangan yang seefisien mungkin. Setelah didapatkan penerbangan yang diinginkan, selanjutnya dilanjutkan dengan proses reservasi tiket, yang mana tahapan ini dapat dilakukan sendiri maupun dengan bantuan pihak penyedia jasa reservasi tiket. Tahapan ketiga yaitu proses perjalanan menuju bandara untuk menaiki pesawat. Proses ini terdiri dari serangkaian kegiatan menggunakan moda transportasi dari tempat tinggal atau kantor menuju bandara. Tahapan ini merupakan sebuah rantai perjalanan tersendiri dan melibatkan banyak aspek dalam dunia transportasi. Setelah sampai di bandara, tahapan terakhir adalah check-in (konfirmasi kehadiran) dan boarding (naik ke dalam pesawat). Proses perjalanan menuju bandara (akses) dimulai ketika penumpang pesawat meninggalkan rumah, kantor, hotel atau lokasi transitnya dan memulai perjalanan menuju bandara. Proses ini menggunakan moda transportasi tertentu yang pemilihannya dipengaruhi oleh banyak faktor. Perilaku akses ini seringkali berbeda-beda tergantung situasi yang dihadapi. Penumpang yang menggunakan kendaraan pribadi akan memiliki karakteristik perilaku yang berbeda dari pengguna transportasi publik. Lebih jauh, dalam lingkup transportasi publik,
1
2
pengguna transit akan memiliki perbedaan perilaku dengan pengguna angkutan paratransit. Setiap moda transportasi memiliki nilai utility masing-masing. Penumpang pesawat akan menentukan moda transportasi yang akan dipakai menuju bandara berdasarkan perkiraan nilai utility maksimum yang akan didapatkannya dari penggunaan moda tersebut. Tinggi rendahnya nilai utility setiap moda tergantung dari berbagai komponen yang menyusunnya. Komponen-komponen tersebut digali atau diidentifikasi dari berbagai hal seperti contohnya karakteristik responden, model perjalanan, kondisi lingkungan dan komponen teknis masingmasing moda transportasi. Melalui berbagai aspek di atas, dapat digambarkan kondisi utility keseluruhan yang berkaitan moda tersebut. Proses akses menuju bandara kemudian dilanjutkan dengan proses checkin. Check-in merupakan proses konfirmasi kepada pihak maskapai penerbangan bahwa penumpang telah tiba di bandara. Diterapkannya sistem check-in ini salah satu tujuannya adalah untuk memastikan tidak ada penumpang yang terlambat sehingga pesawat dapat berangkat tepat waktu. Dalam sistem penerbangan di Indonesia, diketahui bahwa check ini counter mulai dibuka sejak 120 menit sebelum keberangkatan pesawat. Rentang waktu yang cukup panjang tersebut dimaksudkan untuk memberi waktu kepada operator maskapai penerbangan supaya dapat melayani proses check-in penumpang dengan baik. Secara umum, batas pelayanan check-in yang diberikan maskapai penerbangan kepada penumpang adalah sampai 30 menit sebelum waktu keberangkatan. Pembatasan itu dilakukan agar tidak mengganggu waktu keberangkatan pesawat sesuai jadwal, karena keterlambatan pemberangkatan berimplikasi kepada turunnya kredibilitas maskapai tersebut di mata publik. Waktu kedatangan penumpang di bandara salah satunya dipengaruhi oleh pilihan moda transportasi yang dipakai untuk proses akses. Oleh karena itu, dalam mempersiapkan proses perjalanannya, penumpang akan menghitung mundur terhitung dari waktu keberangkatan pesawat, ditambah dengan waktu perjalanan hasil perkiraan dari kecepatan tempuh moda yang dipilih, sehingga didapatkan rentang waktu yang aman dimana penumpang harus berangkat dari origin menuju
3
bandara dengan moda tersebut tanpa harus khawatir terlambat. Dikarenakan pola perjalanannya yang berbeda-beda untuk masing-masing moda (simple chain dan complex chain), maka terdapat pula perbedaan kecenderungan hubungan antara pilihan moda dengan waktu kedatangan penumpang di bandara. Umumnya, bagi penumpang dengan jarak origin yang jauh dari bandara atau yang kondisi perjalanannya sulit diprediksi, akan diambil lebih banyak waktu aman ketika berangkat dari origin, sehingga risiko terlambat sampai di bandara dapat diminimalkan. Sistem transportasi publik yang terintegrasi telah diterapkan di Bandara Adisutjipto Yogyakarta, dimana area bandara telah dihubungkan secara fisik dengan stasiun pemberhentian kereta api. Adanya pengembangan integrasi ini memungkinkan penumpang pesawat dari origin tertentu dapat melakukan perjalanan akses menuju bandara dengan moda transportasi kereta api. Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki banyak keunggulan. Terkait dengan waktu kedatangan dan keberangkatan, dapat diketahui bahwa karena memiliki jalur khusus, maka kereta api bebas dari kemacetan lalu lintas, sehingga berimbas pada waktu kedatangan dan keberangkatannya yang relatif tepat waktu. Tahapan menggunakan kereta api sebagai moda akses menuju bandara meliputi perjalanan menuju stasiun asal, proses menunggu kedatangan dan keberangkatan kereta, mulai perjalanan dengan kereta, proses transit atau berganti kereta (jika ada), dan proses berjalan keluar dari stasiun tujuan menuju bandara. Pengalokasian waktu keberangkatan menuju bandara dengan kereta api relatif lebih mudah diprediksi, karena kereta memiliki karakteristik kecepatan yang stabil, dengan waktu kedatangan di tiap stasiun yang telah terjadwal. Sedikit perbedaan terjadi pada tahapan proses akses menuju stasiun. Proses estimasi waktu perjalanan menuju stasiun menjadi lebih kompleks karena melibatkan banyak aspek, diantaranya lokasi origin, kondisi lalu lintas, dan moda transportasi yang digunakan. Secara umum, dalam memilih waktu keberangkatannya menuju bandara (termasuk saat menggunakan kereta api), penumpang cenderung memiliki
4
perilaku untuk berangkat seakhir mungkin selama itu tidak terlambat. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan disutility yang terjadi. Disutility yang dimaksud merupakan kerugian yang diderita penumpang berkaitan dengan kekeliruan pemilihan waktu keberangkatan. Penumpang tidak ingin berangkat terlalu awal karena akan mengakibatkan terjadinya waktu tunggu di bandara yang terlalu lama, begitu juga jika terlalu akhir akan meningkatkan risiko terlambat sampai di bandara. Pemilihan waktu keberangkatan ini berbeda-beda pada setiap kasus, baik itu dari aspek maksud dan tujuan perjalanan, aspek waktu perjalanan, dan aspek moda transportasi yang dipilih.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dapat dirumuskan berbagai permasalahan yang mendasari penelitian ini, yaitu: 1. Seperti apa kecenderungan perilaku penumpang pesawat saat melakukan perjalanan akses menuju bandara? 2. Bagaimana pengaruh moda transportasi yang digunakan terhadap waktu kedatangan penumpang pesawat di bandara? 3. Bagaimana kecenderungan pemilihan moda akses penumpang pesawat berdasarkan utility yang dimiliki masing-masing moda transportasi? 4. Kapan waktu keberangkatan optimal penumpang pengguna kereta api dari origin menuju bandara agar disutility yang terjadi dapat diminimalkan?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kecenderungan pola perjalanan dan hubungan antara waktu kedatangan penumpang pesawat di bandara dengan pemilihan moda transportasi yang digunakan. 2. Mengetahui model pemilihan moda transportasi penumpang pesawat menuju bandara berdasarkan utility yang dimiliki masing-masing moda.
5
3. Mencari waktu keberangkatan optimum penumpang pesawat yang memilih menggunakan kereta api sebagai moda akses menuju bandara dengan tujuan untuk meminimalkan disutility yang terjadi.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Dapat diketahui kecenderungan perilaku penumpang pesawat terkait waktu kedatangan di bandara, sehingga dapat digunakan sebagai masukan guna menyusun kapasitas ruang bandara dan intensitas keberangkatan penerbangan. 2. Dapat diketahui karakteristik model perjalanan masing-masing moda akses dari origin menuju bandara. 3. Dapat diketahui pertimbangan pemilihan moda akses penumpang pesawat berdasarkan utility yang dimiliki, yang mana dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menyusun kebijakan terkait rekayasa lalu lintas. 4. Dapat diketahui model penggunaan moda kereta api oleh penumpang pesawat yang mana dapat digunakan sebagai masukan guna menyusun integrasi jadwal keberangkatan kereta dan pesawat. 5. Dapat diketahui grafik disutility moda kereta api dengan kasus keberangkatan
menuju
bandara,
yang
dapat
digunakan
untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
E. Batasan Penelitian Mempertimbangkan luasnya faktor yang dapat mempengaruhi penelitian ini dan mengingat berbagai keterbatasan yang ada, maka dilakukan pembatasan penelitian sebagai berikut: 1. Responden yang diteliti merupakan orang yang pergi menuju bandara untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat terbang. 2. Pengambilan sampel dilakukan sepanjang hari, namun dalam analisis diasumsikan ke dalam satu waktu.
6
3. Waktu keberangkatan pesawat diambil pada waktu normal keberangkatan (keterlambatan akibat delay tidak diperhitungkan dalam analisis) 4. Dikarenakan keterbatasan dalam jumlah penerbangan internasional, maka responden dalam penelitian ini dibatasi kepada calon penumpang pesawat penerbangan domestik.
F. Keaslian Penelitian Berbagai penelitian yang hampir serupa dan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian ini telah dilakukan. Penelitian yang membahas tentang analisis waktu keberangkatan dan pilihan moda yang digunakan di antaranya dilakukan oleh Hendrickson & Plank (1984), yang meneliti tentang fleksibilitas waktu keberangkatan untuk kasus perjalanan menuju kantor. Penelitian ini dilakukan dengan Logit Model dan menghasilkan beberapa kesimpulan, diantaranya bahwa pemilihan waktu keberangkatan menuju tempat kerja bersifat lebih elastis dibandingkan pemilihan moda transportasi yang akan digunakan. Fenomena tersebut akan berimplikasi pada perencanaan transportasi, diantaranya pergeseran waktu kemacetan dan perubahan demand angkutan umum. Penelitian yang berfokus pada pemodelan waktu keberangkatan dengan moda tertentu antara lain dilakukan oleh Irawan & Sumi (2012), yang memodelkan waktu keberangkatan pelajar menuju sekolah di Yogyakarta berkaitan dengan variasi cara penggunaan sepeda motor dan angkutan umum. Penelitian ini dilakukan dengan metode Random Disutility Minimizing (RDM) dengan luaran berupa distribusi waktu keberangkatan pelajar menuju sekolah hasil running model dan kenyataan sebenarnya di lapangan. Penelitian lain yang dianalisis dengan metode RDM dilakukan oleh Ramli, et al. (2009) yang menguji model perilaku keberangkatan masyarakat yang ingin bepergian menuju pusat kota (city centre activity) dan Ramli & Rahman (2011) yang memfokuskan pada model perilaku perjalanan komuter di area sub-urban. Kedua penelitian tersebut bertujuan membandingkan hasil luaran dari model dan hasil observasi di lapangan, namun terdapat perbedaan pendekatan dalam analisis yang dilakukan oleh keduanya. Jika penelitian oleh Ramli, et al. (2009)
7
melakukan pendekatan model dengan menganggap bahwa keseluruhan aktivitas di pusat kota terdiri dari 3 (tiga) tahapan utama, yaitu perjalanan menuju pusat kota, aktivitas di pusat kota, dan perjalanan kembali ke tempat tinggal, maka penelitian oleh Ramli & Rahman (2011) berfokus pada perilaku perjalanan komuter di wilayah sub-urban yang komponen penyusunnya terdiri dari disutility of earliness departure time from home dan disutility of lateness arrival time at work place. Penelitian tentang perilaku yang terkait dengan pemilihan moda transportasi diantaranya dilakukan oleh Zikri (2012), yang melakukan pendekatan dengan Metode Multinomial Logit terhadap pelaku perjalanan komuter di Kota Yogyakarta. Penelitian ini menganalisis pemilihan moda masyarakat meliputi angkutan umum, sepeda motor, mobil pribadi, dan sepeda berdasarkan utility yang dimiliki masing-masing moda. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut meliputi biaya transportasi, jenis kelamin, dan tingkat pendapat responden. Hidayat (2012) menguji kasus pemilihan moda yang digunakan sebagai moda akses di bandara dengan pendekatan Binomial Logistic Model. Metode pendekatan ini memungkinkan dilakukannya komparasi utility antar moda yang digunakan, dengan variabel pemilihan diidentifikasi dari karakteristik pengguna (umur, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, dll.) Kedua penelitian di atas termasuk dalam kasus perjalanan jarak dekat. Contoh penelitian yang membahas tentang kasus perjalanan jarak jauh telah dilakukan oleh Rizki (2013), yang membahas tentang pemilihan moda transportasi antar 2 (dua) wilayah yang dilalui oleh beberapa trayek angkutan umum, dalam hal ini jalur Yogyakarta – Jakarta yang bisa dicapai dengan pesawat terbang, kereta api, dan bus umum. Pendekatan dalam penelitian ini dilakukan dengan Multinomial Logistic Model dengan sasaran responden adalah mahasiswa asal Jakarta yang tengah belajar di Yogyakarta. Penelitian ini terfokus untuk mempelajari perilaku penumpang pesawat ketika melakukan perjalanan dari tempat tinggal menuju bandara, meliputi pola pergerakan dan pemilihan waktu kedatangannya, dalam hubungannya dengan moda transportasi yang dipilih. Waktu kedatangan akan dianalisis dengan analisis
8
korelasi untuk mencari hubungannya dengan berbagai hal yang menjadi ornamen perjalanan seperti jarak, waktu tempuh, dll. Analisis pemilihan moda akses dilakukan dengan Multinomial Logistic Model, untuk kasus perjalanan non-komuter jarak dekat, dimana variabel yang dianalisis meliputi komponen-komponen dari moda transportasi yang diteliti, seperti kecepatan, kenyamanan, biaya perjalanan, dll. Hasil running model akan dibandingkan dengan hasil observasi untuk kemudian dilakukan pembahasan mengenai hal-hal yang menjadi pembedanya. Pemodelan waktu keberangkatan dilakukan pada pilihan moda kereta api dengan Metode Random Disutility Minimizing, untuk kasus perjalanan nonkomuter. Kasus yang dimodelkan adalah pemilihan waktu keberangkatan menuju bandara dengan menggunakan moda kereta api. Dalam model ini dilibatkan dua jenis disutility meliputi disutility keberangkatan yang terlalu akhir dan disutility dari probabilitas keterlambatan kereta. Hasil model akan dibandingkan dengan data hasil observasi. Parameter-parameter yang selanjutnya dilibatkan dalam model akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan.