BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran Sejarah di SMA/MA adalah mata pelajaran yang mengkaji tentang perubahan dan perkembangan kehidupan masyarakat baik di Indonesia maupun di luar Indonesia dari masa lampau hingga masa kini (Agung S & Wahyuni, 2013). Materi pokok pembelajaran sejarah disusun berdasarkan urutan kronologis peristiwa sejarah, baik yang terjadi di Indonesia maupun di luar Indonesia. Pelajaran sejarah meliputi pengantar ilmu sejarah, kehidupan paling awal/ masa praksara-aksara atau zaman kuno, kehidupan zaman madya, kehidupan zaman baru serta perkembangan kehidupan zaman modern yang terjadi di Indonesia dan luar negeri. Kreativitas siswa sangat penting dalam belajar sejarah, mengingat materi pelajaran sejarah yang begitu luas dan kompleks. Siswa harus kreatif dalam belajar sejarah. Pada hakikatnya tujuan pembelajaran sejarah bukan hanya menstransferkan pengetahuan sejarah tetapi siswa diharapakan dapat mengambil hikmahnya. Pelajaran sejarah sering diidentikkan dengan hafalan, penyampaian fakta-fakta, peristiwa, nama-nama besar serta tahun sehingga terkesan membosankan. Oleh karena itu, siswa harus mempunyai kreativitas untuk belajar sejarah, sehingga bukan hanya pengetahuan tentang fakta-fakta masa lampau saja yang diperoleh akan tetapi juga hikmah dari belajar sejarah. Fakta yang ditemukan, kreativitas siswa SMA dalam belajar sejarah masih rendah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas pada saat PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SMA Batik 2 Surakarta, diketahui bahwa kreativitas siswa kelas X MIA 1 dalam belajar sejarah masih rendah. Kreativitas siswa yang rendah dapat terlihat dari beberapa hal yang terjadi saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pertama, siswa kurang aktif dan kreatif dalam bertanya. Tidak banyak siswa yang mengajukan pertanyaan ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Pertanyaan yang diajukan siswa pun kurang kreatif, karena sebenarnya jawabannya sudah ada di buku pegangan. 1
2 Kedua, siswa kurang aktif dalam menyampaikan pendapatnya. Siswa kurang aktif dalam memberikan pendapat atas pertanyaan yang diberikan guru ataupun siswa yang lain. Dalam memberikan jawaban atas pertanyaan, siswa masih menyalin kata-kata yang ada dibuku. Selain itu siswa tidak banyak memberikan pendapat tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Ketiga, siswa dalam membuat catatan kurang kreatif, siswa membuat catatan tanpa memberikan penegasan warna pada poin-poin penting sehingga terlihat sederhana dan kurang mengapresiasikan keindahan. Keempat, siswa dalam mengerjakan tugas dari guru suka mengeluh dan kurang bersemangat untuk mengerjakannya. Siswa kurang tertantang untuk mengerjakan hal baru atau pun hal yang sulit. Kelima, siswa kurang fleksibel dalam belajar sejarah. Siswa cenderung berpendapat sama dengan apa yang dijelaskan oleh guru dan apa yang ada di dalam buku pegangan. Rendahnya atau kurangnya kreativitas siswa juga diikuti dengan hasil belajar sejarah siswa kelas X MIA 1 yang masih rendah. Berdasarkan wawancara dan observasi awal pada kegiatan pembelajaran Sejarah Indonesia di kelas X MIA 1 SMA Batik 2 Surakarta pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016, hasil belajar sejarah di kelas X MIA 1 masih rendah. Dari hasil Ulangan Akhir Semester Ganjil sebanyak 45,16 % siswa belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Kreativitas belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Amabile (1989) kreativitas belajar siswa dipengaruhi oleh sikap orang tua terhadap kreativitas anak dan strategi mengajar guru (Munandar, 2004: 113-114). Sikap orang tua sangat menentukan kreativitas seorang anak. Orang tua seharusnya memberikan dorongan, kepercayaan, kebebasan serta pengakuan terhadap anaknya. Dorongan dan kepercayaan dari orang tua akan memberikan kebebasan kepada anak untuk berkarya. Selanjutnya, strategi mengajar yang digunakan oleh guru. Dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari seharusnya guru menggunakan strategi khusus yang dapat meningkatkan kreativitas siswanya. Dengan demikian tercipta keseimbangan antara kreativitas dan hasil belajar siswa.
3 Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal (Wasliman, 2007). Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan, faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu lingkungan baik keluarga, masyarakat maupun sekolah. Kemudian Susanto menegaskan bahwa sebagian besar hasil belajar yang dicapai siswa tergantung pada guru (2013). Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran (Sanjaya: 2006). Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Peran guru yaitu membimbing siswa untuk mengembangkan kreativitas dan pengetahuan siswa. Siswa memerlukan bimbingan dalam pemkembangannya baik dari aspek kognitif, afektif serta psikomotorik. Rendahnya kreativitas dan hasil belajar sejarah siswa kelas ini, salah satunya karena strategi atau model pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang sesuai dengan apa yang ingin dicapai. Guru masih mendominasi pembelajaran dengan model ceramah. Guru seharusnya menerapkan strategi atau model pembelajaran yang mampu melibatkan aktifitas serta kreativitas siswa. Guru menganggap metode ceramah lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan materi pelajaran. Dengan ceramah akan lebih praktis dan cepat menyelesaikan materi mengingat materi pelajaran yang begitu luas dan banyak. Akan tetapi dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa dengan karakter siswa yang beragam menjadikan metode ceramah kurang berhasil. Beberapa siswa ada yang mengobrol di luar topik pelajaran, ada yang melamun bahkan ada yang tidur. Kondisi yang demikian, mencerminkan kurangnya semangat belajar sejarah siswa serta jenuh karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang kreatif dan inovatif. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sebaiknya di dukung dengan media pembelajaran yang sesuai dengan meteri dan karakteristik siswa. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru masih sederhana dan kurang melibatkan partisipasi siswa. Guru menggunakan white board untuk mencatat apa yang akan diterangkan kemudian siswa mencatat atau menyalinnnya. Akan tetapi jika guru
4 tidak menyuruh siswa untuk mencatat, siswa tidak akan mencatat materi pelajaran hari itu. Dengan kondisi pembelajaran yang seperti itu membuat siswa kurang terlibat dalam pembelajaran sejarah yang ada. Sebaiknya guru mampu memilih model dan media pembelajaran yang tepat yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan aktif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa secara optimal. Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, peneliti memberikan suatu solusi untuk mengatasinya dengan menerapkan pembelajaran kooperatif struktural tipe mind mapping dengan bantuan media flash card. Model pembelajaran mind mapping dikembangkan sebagai metode efektif untuk mengembangkan gagasangagasan melalui rangkaian peta-peta pikiran (Huda, 2014). Mind Mapping merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan media visual dan prasarana grafis lainnya untuk membuat suatu kesan. Atau bisa juga diartikan sebagai cara mencatat yang efektif, efesien, kreatif, menarik, mudah dan bermanfaat serta bermakna karena dilakukan dengan memetakan pikiran-pikiran kita. Salah satu penggagas metode ini adalah Tony Buzan, untuk membuat mind mapping seseorang biasanya memulai dengan menulis gagasan utama di tengah halaman baru kemudian di bentangkan ke seluruh arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata kunci, konsep-konsep dan gambar-gambar. Kegunaan mind mapping anatara lain 1) Sebagai alat untuk mengumpulkan data yang nantinya akan digunakan dalam berbagai keperluan, 2) Mengembangkan serta menganalisis pengetahuan, 3) memudahkan untuk melihat kembali ide atau gagasan, 4) mempermudah proses brainstorming karena ide/ gagasan yang tadinya sulit direkam kemudian menjadi mudah dengan adanya mind mapping, 5) Menyederhanakan struktur ide dan gagasan yang semula rumit dan panjang menjadi mudah dan singkat, 6) Mempercepat dan menambah pemahaman pada saat pembelajaran karena dapat melihat keterkaitan antartopik yang satu dengan yang lainnya dan 7) Mengasah kemampuan kerja otak karena mapping penuh dengan unsur kreativitas. Kelebihan dari penggunaan mind mapping adalah 1) Memaksimalkan kerja otak, 2) Saling berhubungan satu sama lain sehingga semakin banyak ide dan
5 informasi yang dapat disajikan, 3) Memacu kreativitas, sederhana dan mudah dikerjakan, 4) Sewaktu-waktu dapat me-re call data yang ada dengan mudah, 5) Menarik dan mudah tertangkap mata dan 6) Dapat melihat sejumlah besar data dengan mudah. Penerapan model mind mapping ini akan dikombinasikan dengan media flash card. Media flash card merupakan salah satu wujud dari media visual. Flash card adalah kartu dengan gambar dan atau kata untuk digunakan di kelas. Menurut Windura, flash card adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar tersebut (2010). Sehingga dengan menggunakan kartu-kartu tersebut diharapkan dapat menjadi petunjuk bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan. Selain itu dengan media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam membuat produk mind mapping. Pemilihan model pembelajaran kooperatif struktural tipe Mind Mapping dengan media flash cards sebagai upaya untuk mengatasi masalah pembelajaran sejarah di kelas X MIA 1 SMA Batik 2 Surakarta juga didasarkan atas kesesuaian model pembelajaran ini dengan karakteristik dan kebutuhan siswa kelas X MIA 1. Berdasarkan observasi, siswa-siswa kelas X MIA 1 kurang menyukai model ceramah. Siswa lebih tertarik dan tertantang dengan model pembelajaran baru yang dapat melibatkan aktivitas siswa seperti diskusi, meskipun ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi. Siswa kelas ini tertarik catatan atau bacaan yang penuh dengan gambar-gambar dan warna-warna yang berbeda. Selain itu, siswa juga membutuhkan alternatif catatan yang ringkas dan menarik untuk belajarnya. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif struktural tipe mind mapping ini menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pembelajaran sejarah yang terjadi. Karakter siswa yang aktif dan menyukai catatan penuh gambar berwarna serta tidak dengan uraian kalimat panjang akan sesuai dnegan bentuk mind mapping yang dikerjakan secara kolaboratif. Sesuai dengan penjelasan diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STRUKTURAL TIPE MIND MAPPING DENGAN MEDIA FLASH CARD
6 UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X MIA 1 SMA BATIK 2 SURAKARTA PADA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran struktural tipe mind mapping dengan media flash card dalam pembelajaran sejarah di kelas X MIA 1 SMA Batik 2 Surakarta pada semester genap tahun ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran struktural tipe mind mapping dengan media flash card dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas X MIA 1 SMA Batik 2 Surakarta pada semester genap tahun ajaran 2015/2016? 3. Bagaimana penerapan model pembelajaran struktural tipe mind mapping dengan media flash card dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa kelas X MIA 1 SMA Batik 2 Surakarta pada semester genap tahun ajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran struktural tipe mind mapping dengan media flash card dalam pembelajaran sejarah di kelas X MIA 1 SMA Batik 2 Surakarta pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran struktural tipe mind mapping dengan media flash card dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas X MIA1 SMA Batik 2 Surakarta pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. 3. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran struktural tipe mind mapping dengan media flash card dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa kelas X MIA 1 SMA Batik 2 Surakarta pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.
7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pendidik tentang model dan media pembelajaran yang interaktif dan kreatif, khususnya pada pembelajaran sejarah. b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para peneliti lainnya yang ingin meneliti sejenis dengan penelitian ini pada waktu berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1. Membantu siswa kelas X MIA 1 untuk lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran sejarah. 2. Membantu siswa kelas X MIA 1 dalam belajar dan mencapai ketuntasan kompetensi materi pembelajaran sejarah. 3. Membantu siswa kelas X MIA 1 dalam meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah. b. Bagi Guru 1. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian tindakan kelas. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang model pembelajaran dan media pembelajaran yang kreatif dalam pembelajaran sejarah. c. Bagi Sekolah Sebagai sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam upaya penerapan
model-model
pembelajaran
yang
berbasis
paikem
(pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan).