BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dunia pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk pedoman setiap manusia yang hidup di dunia. Pendidikan tidak hanya sebagai pedoman, pegangan, investasi ataupun pandangan hidup manusia di dunia saja. Tetapi pendidikan juga sangat diperlukan untuk bekal manusia nanti di akhiratnya. Karena pendidikan adalah suatu transformasi ilmu pengetahuan. Pendidikan tidak hanya mengejar kekayaan material semata, jabatan dan maupun sekedar atraksi kemolekan fisik semata, melainkan pada penggalian inspirasi yang maha kaya dan menjadi roh kehidupan. Berbagai fakta memberikan kesadaran kita betapa perlunya pengelolan dunia pendidikan yang betul-betul serius, kondusif dengan kesiapan lahir dan batin, guna membantu perkembangan anak didik mencapai kemandirian (dewasa). Anak didik sebagai generasi penerus bangsa perlu sekali dibekali pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mandiri agar bisa menjadi generasi yang berkualitas, memiliki semangat tinggi, bekerja keras, ulet dan produktif berkarya serta pantang menyerah. Akan tetapi kenyataannya, masih banyak permasalahan dalam dunia pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini yang salah satunya adalah rendahnya kualitas pendidikan. Pelajaran seni budaya merupakan salah satu aspek penting terkait dengan upaya pematangan subyek didik, yakni memupuk kemandirian anak agar lebih matang baik secara jasmani (aspek material) maupun rohani (aspek immaterial). Upaya mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan langkah dan pendekatan secara khusus-operasional, baik secara proses maupun hasil. Proses pembelajaran khusus yang dimaksud haruslah melibatkan fungsi-fungsi jiwa peserta didik seperti imajinasi, kepekaan, keberanian ekspresi, emosi, berfikir kreasi, dan kemampuan merasakan keindahan. Dalam pembahasan ini pembelajaran seni budaya ditujukan pada sekolah umum, yang melihat seni sebagai media dan bukan tujuan. Maka 1
2
pendidikan seni budaya dengan demikian memiliki dampak yang luas cakupannya dalam aspek psikologi anak, karena menyangkut tidak hanya hasilnya saja, namun juga soal proses maupun pola pembelajaran. Seperti yang telah kita ketahui bahwa seni budaya disekolahan umum merupakan rumpun pelajaran kesenian yang terdiri dari seni tari, seni musik, dan seni rupa. Seni rupa merupakan salah satu cabang seni, merupakan hasil budaya yang mempunyai sifat kasat mata sebagai bagian seni secara umum. Menurut Edy Tri Sulistyo (2005:90) “secara singkat dapat dijelaskan bahwa seni rupa yakni seni yang ada wujudnya. Artinya karya seni rupa tersebut dapat dilihat dengan mata. Lengkapnya, pengertian seni rupa yaitu gejala manisfestasi batin dan pengalaman estetis dengan media garis, warna, tekstur, volume, ruang dan sebagainya”. Salah satu mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan yang diberikan di Kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Gemolong dalam pelajaran Seni Budaya adalah Seni Rupa. Dalam pembelajaran di sekolah tersebut masih banyak terdapat permasalahan yang mengakibatkan pembelajaran tidak maksimal dan tidak sesuai yang diharapkan, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah pengelolaan kelas yang dilakukan guru yang belum optimal, strategi, pendekatan atau metode pembelajaran yang kurang variatif. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan siswa kelas X IPS2 maupun guru pengampu mata pelajaran seni budaya Bp Warsito S.Pd. dapat diidentifikasi bahwa hasil belajar pada siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Gemolong rata-rata nilai siswa masuk ke dalam kategori nilai kurang, nilai tersebut merupakan gabungan dari tugas-tugas yang tercakup di dalam materi karya dwimatra yaitu tugas nirmana, dan nilai tes pengetahuan nirmana. Berdasarkan perolehan nilai tersebut menunjukkan nilai yang kurang dari nilai KKM kelas SMA Negeri 1 Gemolong yaitu 75.00, bila dipresentase mencapai 53,33 % yaitu berjumlah 16 siswa yang nilainya kurang dari KKM, sedangkan siswa dengan kategori nilai cukup atau nilai yang sudah masuk kedalam batas KKM adalah berjumlah 14 siswa, atau mencapai 46,67 %. Secara rinci dapat
3
diketahui pada table daftar nilai dwimatra (nirmana) siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Gemolong sebagai berikut : Daftar Nilai Dwimatra ( Nirmana ) Siswa Kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Gemolong No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Habibah Hanifah Hayyu Idayana Hanifah Nurizzah Huda Ridha Muhammad Ika Rike Agustin Indah Ringgi Astuti Insan Mustofa Kamal Intan Vita Zuliana Isna Styowati Isnaini Putri Hardiyani Kholida Lathifatus Sulkha Kholifah Fakih Nur Azizah Kistiyani Dewi Nursita Kuncoro Rillo Pambudi Kurnia Putri Sundari Lia Indriyani Lisa Andriyani Lutfi Oktaviani Wulandari Lutfi’ah Agustin Az-Zahro Lutfiana Inthisar M. Kevin Daksa Danewdra Marcelania Nurjanah Maritha Btoni Ibrahim Maya Rukmana Melisa Anggun Maharani Miftahul Khoiriyah Milesia Asri Fahrani Muhammad Irfan Pratama Muhammad Luqman Ashidiq Nada Ayu Fadillah
Nilai 77 78 78 75 R 75 R 75 R 77 75 R 75 R 75 R 77 75 R 77 77 75 R 80 75 R 75 R 77 80 75 R 75 R 75 R 80 75 R 75 R 75 R 77 77 80
( Sumber : Warsito. S.Pd, 2015 ) Keterangan : R = Remidi
Berdasarkan daftar nilai kelas X IPS 2 diatas, terdapat beberapa nilai 75 R yang menunjukkan bahwa nilai tersebut tuntas jika setelah melaksanakan remidiasi yang ditugaskan oleh guru. Rendahnya kompetensi siswa terhadap
4
materi dwimatra (nirmana) ini disebabkan oleh beberapa penyebab, diantaranya proses pembelajaran nirmana yang dilaksanakan guru kurang variatif. Hal tersebut tergambar dari hasil pengamatan penulis ketika observasi awal, bahwa guru hanya memberikan tugas kepada siswanya yang dibuat di kertas gambar A3. Kertas gambar tersebut dibagi menjadi 12 kotak dan hanya sebatas sket bentuk-bentuk nirmana garis dengan menggunakan media pensil (hitam putih). Ketika tugas tersebut tidak dapat diselesaikan siswa pada waktunya guru memerintahkan siswa untuk melanjutkan di rumah dan menjadi tugas rumah dan kemudian hari pada pertemuan selanjutnya karya tersebut dikonsultasikan. Kondisi pembelajaran dwimatra (nirmana) seperti ini menyebabkan pembelajaran menjadi monoton, sehingga siswa menjadi pasif dan bosan. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa siswa, kebanyakan siswa dalam berkarya masih merasa ragu-ragu akan kemampuannya, sehingga mudah bosan, tidak percaya diri dan enggan menyelesaikan karyanya secara mandiri dan totalitas. Selain itu siswa kurang menguasai dalam teknik menggambar dan mendesain, terutama dalam menggambar desain obyek untuk pelajaran nirmana. Selama ini guru hanya memberikan satu tugas berkreasi dengan materi komposisi garis selama kurang lebih 8 kali pertemuan. Untuk mengoptimalkan peningkatan hasil belajar dalam pelajaran dwimatra (nirmana) diperlukan pendekatan pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar dan pada keterampilan siswa serta pengembangan keaktifan siswa untuk berpikir kreatif, terampil dan cekatan. Peneliti mencoba mengkaji kondisi di atas lebih lanjut khususnya bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran nirmana. Metode konvensional dengan guru menjelaskan materi secara ceramah dan menggunakan tayangan materi sebagai media dan peraganya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kurang optimal dan belum meningkat. Dalam menyikapi permasalahan rendahnya hasil belajar seperti yang telah penulis kemukakan di atas, perlu diupayakan suatu pemecahan masalah yang tepat yang pada akhirnya nanti bisa memberikan pengaruh yang baik dan berguna untuk hasil belajar siswa. Pemilihan metode yang dilakukan guru harus tepat dengan menyesuaikan pokok
5
bahasan dan keterampilan siswa. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah metode drill (latihan). Metode drill merupakan cara yang baik untuk menanamkan kebiasaan tertentu bagi siswa dengan pelatihan secara bertahap atau kontinyu. Pengalaman yang diperoleh siswa akan lebih banyak, serta dapat melatih kecakapan, ketangkasan, dan sebaginya dengan cara latihan terus-menerus secara kontinyu. Roestiyah (2008 : 125) mengemukakan bahwa metode drill atau teknik latihan ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari. Metode drill merupakan suatu cara mengajar dan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari sehingga memperoleh suatu keterampilan atau hasil tertentu. Kelebihan dari metode drill adalah siswa mampu menggunakan keterampilan atau kemampuannya karena sudah dibiasakan melalui latihan berulang-ulang. Pelatihan yang diberikan secara kontinyu, mampu membuat siswa meningkatkan kemampuan dan hasil belajar yang baik dan benar. Sebelum latihan dimulai, hendaknya siswa diberi pengertian yang mendalam tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa saja yang harus dikuasai. Jadi, sebelum diadakan pelatihan, guru harus menjelaskan materi yang akan dibahas dan juga mendemonstrasikan dengan menggunakan LCD atau dipapan tulis. Kalau pada latihan pertama siswa belum berhasil, maka guru perlu mengadakan remidi atau perbaikan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dan penting diterapkan di SMA Negeri 1 Gemolong tentang peningkatan hasil belajar seni nirmana 2 dimensi melalui pelaksanaan metode drill. Maka dapat dirumuskan judul penelitian sebagai berikut: “Peningkatan Hasil Belajar Nirmana 2 Dimensi Siswa Kelas X IPS 2 Melalui Metode Drill Di SMA Negeri 1 Gemolong Tahun Ajaran 2015/2016”
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana penerapan metode drill dapat meningkatkan hasil belajar nirmana 2 dimensi pada siswa kelas X IPS 2 semester 1 SMA Negeri 1 Gemolong tahun ajaran 2015/2016”.
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar nirmana 2 dimensi siswa kelas X IPS 2 melalui metode drill di SMA Negeri 1 Gemolong tahun ajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan mempunyai manfaat dan berguna dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Memperkaya pengetahuan dan memberikan bukti empirik terhadap ilmu pengetahuan, khususnya tentang peningkatan hasil belajar nirmana 2 dimensi siswa kelas X IPS 2 melalui metode drill di SMA Negeri 1 Gemolong tahun ajaran 2015/2016. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Meningkatkan hasil belajar seni budaya pada pelajaran nirmana 2 dimensi melalui metode drill. b. Bagi guru Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pendidikan inovatif dan kreatif melalui metode drill. c. Bagi sekolah 1) Meningkatkan kerjasama dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.
7
2) Memberikan umpan balik dan ditindaklanjuti oleh sekolah dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan. d. Bagi penulis Bagi penulis dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan proses pembelajaran seni budaya khususnya nirmana 2 dimensi menggunakan metode drill.