BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Sebuah produk tidak akan mampu bertahan di pasar tanpa adanya strategi komunikasi yang baik. Dalam proses pemasarannya, branding sebuah produk memerlukan daya tarik sendiri agar dapat bersaing dengan kompetitornya. Hal ini membutuhkan rangkaian aktivitas komunikasi pemasaran yang disusun dalam sebuah strategi yang matang. Perusahaan harus mampu memberikan ilustrasi yang jelas terkait produknya melalui komunikasi pemasaran yang baik. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyusun komunikasi pemasaran secara strategis. Dengan kata lain
strategi
komunikasi
pemasaran
memiliki
peran
penting
dalam
mempertahankan produk di pasar. Komunikasi pemasaran memiliki peran yang penting atau fundamental. Keberadaanya merupakan elemen yang kompleks sebagai bagian dari seluruh aktivitas pemasaran dalam perusahaan. Secara sederhana komunikasi pemasaran didiskripsikan sebagai seluruh pesan dan media yang ditetapkan untuk mengomunikasikan produk atau brand pada konsumen1. Konsumen dapat menerima informasi dan memeroleh wawasan terkait produk yang ditawarkan secara menyeluruh lewat aktivitas komunikasi pemasaran yang disusun oleh perusahaan secara strategis. Untuk menciptakan pemahaman yang mendalam, sebuah perusahaan perlu menyusun suatu pesan utama terkait produk yang mereka tawarkan dalam rangkaian aktivitas komunikasi pemasaran seperti periklanan, pemasaran langsung, branding, kemasan, kegiatan kehumasan, presentasi, acara, dan pemasaran langsung. Oleh karenanya, perusahaan perlu menentukan strategi yang matang dalam menyusun aktivitas komunikasi pemasaran yang sukses, sehingga produk yang ditawarkan dapat diterima, dipahami, dan mampu bersaing di pasar. 1
Wiefels, P. 2002. The Chasm Companion. New York: Harper Business. Dalam http://www.marsdd.com/mars-library/what-is-marketing-communication-marcom/ diakses pada 25 April 2015.
1
Salah satu produk kreatif menjadi sorotan di tahun 2014 yang giat mengomunikasikan brand-nya berupa komik digital buatan lokal adalah Nusantaranger. Sebagai produk kreatif, Nusantaranger memosisikan dirinya sebagai komik anak bangsa yang berbasis pada kebudayaan Indonesia. Nusantaranger memilih bersaing dalam kemasan digital untuk menggebrak distribusi komik yang ada agar dapat bersaing dengan komik asing yang hingga saat ini masih mendominasi pasar komik di tanah air. Media digital dipilih untuk mengomunikasikan produknya karena trend yang ada. Penelitian yang dilakukan oleh Marketeers (MarkPlus Insight’s Indonesia Internet Users Survey) tahun 2012 terhadap masyarakat indonesia dengan SEC A/B/C diusia 15-64 tahun, mereka menggunakan internet
dan mobile internet user, serta menggunakan internet
kurang lebih 3 Jam dalam sehari. Penelitian tersebut dilakukan di beberapa kota seperti Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya,
Medan, Palembang,
Pekanbaru, Denpasar, Banjarmasin, dan juga Makassar. Dari penelitian tersebut 84,7% dari responden menggunakan smartphone untuk mengakses internet. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan ternyata 76,7% youth menyukai update status di media sosial mereka. Dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) didapatkan data yang menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau 24,23 persen dari total populasi. Hal ini yang menjadi basis media digital dipilih sebagai penyajian produk komik Nusantaranger. Meskipun demikian, Nusantaranger menghadapi tantangan yang besar dalam distribusi produknya. Hal ini dikarenakan pemain dalam industri komikpun juga sudah melihat peluang ini. Tidak hanya komik lokal lain, namun juga komik asing yang sudah mendominasi pasar Indonesia lebih dahulu, juga bermain di media digital. Mengingat perkembangan komik lokal yang sempat vakum dikarenakan pembaca komik lokal tidak ada, dan pengusaha tidak ingin dirugikan dengan “melempar” komik lokal ke pasar. Paparan vice president Elex Media Komputindo (penerbit komik Indonesia) menuturkan bahwa tidak mungkin menyediakan komik lokal, di sisi lain permintaan (demand) untuk komik asing, khususnya komik Jepang (manga) sangat tinggi, mencapai angka 89% dari total 2
distribus komik yang ada di Indonesia. Distribusi komik yang dilakukan Elex Media Komputindo setiap tahun menerbitkan sekitar 110 judul komik. Dari jumlah tersebut, tiga perempat bagiannya berupa komik Jepang. Komik Korea menempati urutan kedua sebanyak 13%, sementara distribusi komik lokal hanya mendapatkan 7% saja2. Sehingga kehadiran Nusantaranger lewat media digital memiliki tantangan besar untuk mampu bersaing. Namun hingga saat ini masih belum ada produk komik digital yang secara khusus melibatkan aktivitas komunikasi pemasaran yang apik. Melihat Nusantaranger bukan satu-satunya komik berbasis digital, Shani dan kawan-kawan tidak hanya sekedar menyajikan produk semata. Nusantaranger dikemas dengan mengusung pesan kebudayaan berbasis riset. Kemudian didukung dengan pemilihan media lain seperti akun sosial media, dan laman website untuk mendukung kegiatan komunikasi pemasaran Nusantaranger. Kemudian sajian produk utama dari Nusantaranger yakni komik digital disuguhkan secara cuma-cuma, hanya saja untuk memeroleh profit Nusantaranger menciptakan produk sampingan dalam bentuk merchandise seperti kaos, papercraft, dll. Hal ini yang membuat Nusantaranger sebagai brand menarik. Selain itu Nusantaranger juga membentuk ikatan dengan konsumennya dengan menciptakan fanbase yang disebut Jagawana. Kenyataan ini menciptakan ledakan informasi terkait Nusantaranger. Dibuktikan dengan kemunculan #NusantaRanger yang meramaikan sosia media di awal kelahirannya. Hal ini yang memberikan warna baru dalam distribusi komik digital karya lokal, dikarenakan adanya produk komik digital buatan lokal yang mengusung strategi komunikasi secara menyuluruh dan berjalan dalam satu entitas brand. Aktivitas dan penyusunan strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan Nusantaranger dengan produk komik digital-nya menjadi hal yang baru dan menarik. Hal ini yang menjadi fokus peneliti dalam menganalisis Nusantaranger. Oleh karena hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian terhadap strategi komunikasi pemasaran pada komik digital Nusantaranger pada tahun 2014. 2
Kompas, Sabtu 20 Maret 2004
3
B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang dan gambaran fenomena yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana strategi komunikasi pemasaran komik lokal digital Nusantaranger di Indonesia tahun 2014?”
C. TUJUAN PENELITIAN Secara umum penelitian ini dilakukan untuk: 1. Memahami strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan tim Nusantaranger sebagai salah satu brand komik lokal yang berbentuk digital di Indonesia yang terbit selama tahun 2014. 2. Melakukan analisis terhadap strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh tim Nusantaranger.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Akademis -
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan terkait perencanaan strategi komunikasi pemasaran hingga tahap evaluasi pada korporasi.
-
Hasil penelitian ini diharapkan dapat turut mengembangkan ilmu komunikasi, khususnya di bidang komunikasi pemasaran.
2. Manfaat Praktis -
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi terkait kinerja korporasi dalam menentukan strategi komunikasi pemasaran pada
produk
kreatif
dalam
bentuk
digital,
khususnya
tim
Nusantaranger.
4
E. KERANGKA PEMIKIRAN Strategi dalam konteks komunikasi diperlukan untuk mendukung kekuatan pesan agar mampu unggul dalam segala aspek kekuatan yang ada untuk menciptakan efektvitas komunikasi.3 Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pelaku komunikasi yang terlibat di dalamnya.4 Sedangkan Gudykunst menggunakan istilah komunikasi efektif untuk merujuk pada proses meminimalisasi ketidakpahaman.5 Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang menurut Effendy, terdiri dari tiga hal utama: to secure understanding, to establish acceptance, dan to motive actions.6 Pertama adalah untuk memastikan komunikan sebagai penerima pesan dapat memahami pesan yang disampaikan. Ketika komunikan dapat memahami pesan tersebut, maka ia dibina untuk menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan komunikator, dan pada akhirnya komunikan melakukan aksi terhadap pesan yang diterima. Strategi komunikasi ini selanjutnya harus mampu menunjukkan bagaimana operasianlisasinya secara praktis yang harus dilakukan, dengan kata lain pendekatan bisa berbeda-beda tergantung pada situasi dan kondisi di lapangan.7 Melihat kepentingan menjawab rumusan masalah penelitian analisis strategi komunikasi pemasaran produk kreatif, beberapa konsep yang perlu ditinjau ialah mengenai strategi komunikasi pemasaran digital (digital marketing communication strategy) dalam industri komik sebagai sebuah landasan aktivitas komunikasi yang dilakukan secara menyeluruh dari objek penelitian; efektivitas
3
Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung: Armico. Hal. 59 Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 24 5 Griffin, Emory A. 2003. A First Look of Communication Theory (Fifth Edition). California: The McGraw-Hill Companies, Inc. Hal 423 6 Onong U. Effendy. 2003. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 32 7 Ibid. Hal. 29 4
5
strategi komunikasi pemasaran komik digital sebagai konsep untuk memahami hubungan antara perusahaan dengan aktivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan; pasar target dan new media sebagai konsep awal memahami hubungan antara konsumen dan konten dalam bentuk media baru non-konvensional.
1. Strategi Komunikasi Pemasaran Digital dalam Industri Komik Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2009) mendefinisikan komunikasi pemasaran sebagai “Aktivitas perusahaan untuk memberikan informasi, memersuasi, dan mengingatkan kembali pada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung terkait produk atau jasa dalam bentuk brand yang mereka pasarkan.” Dapat dikatakan, komunikasi pemasaran merupakan representasi “cara bicara” dari korporat dan brand itu sendiri yang dapat membentuk dialog dan membangun
relasi
terhadap
konsumen.
Komunikasi
pemasaran
secara
keseluruhan ialah tentang bersuara terkait produk atau jasa, karena konsumen tidak akan melakukan aktivitas konsumsi jika mereka tidak mengetahui apa yang mereka konsumsi. Dalam prosesnya, menciptakan hubungan timbal balik dengan konsumen sangatlah diperlukan. ini dilakukan dengan aktivitas promosi. Komunikasi pemasaran dapat memberikan informasi yang menyeluruh kepada konsumen tentang seluk beluk dalam produk yang akan mereka konsumsi, mulai dari target konsumen produk tersebut, hingga kapan dan dimana produk itu digunakan. Konsumen dapat mencerna informasi terkait jenis produk, produsen, entitas brand, kecocokan konsumsi, keunggulan produk, cara mendapatkan produk, dan informasi lain terkait produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Oleh karena hal itu komunikasi pemasaran memiliki peran penting di perusahaan untuk mengomunikasikan produk yang dipasarkan kepada target konsumen, bahkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ekuitas brand dengan menanamkan brand dalam ingatan dan menciptakan brand image, serta mendorong penjualan, dan memperluas pasar. Kontribusi komunikasi pemasaran dalam membentuk ekuitas brand melalui bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix) dan kerangka dasar komunikasi umum 6
(iklan, promosi penjualan, acara dan pengelaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung & pemasaran intekaktif, dari mulut ke mulut, dan penjualan personal) akan membentuk pemahaman konsumen terhadap: Brand awareness; brand image; brand response; dan brand relations. Komunikasi
pemasaran
memiliki
aspek
fundamental
dalam
pelaksanaanya. Hal ini yang disebut penentuan awal dari komunikasi pemasaran suatu perusahaan. Terence dalam bukunya Advertising, Promotion, & Other Aspects of Integrated Marketing Communications menyebutkan, komunikasi pemasaran harus memiliki empat aspek utama dalam implementasinya. (1) Mengarah pada pasar target yang spesifik, (2) memosisikan brand dengan tegas, (3) dibuat dengan tujuan yang spesifik dengan satu pesan besar yang sama, (4) dilaksanakan untuk meraih tujuan yang ditentukan dalam anggaran yang sudah disesuaikan. Hal ini yang menjadi basis implementasi komunikasi pemasaran yang digunakan dalam penelitian ini. Strategi adalah keseluruhan rencana perusahaan meliputi apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Strategi komunikasi pemasaran menurut Smith (2005) memiliki tiga tahapan yakni (1) menentukan dan mengidentifikasi target konsumen, (2) menetapkan tujuan, strategi media, dan taktik komunikasi pemasaran, serta (3) aktivitas pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan komunikasi pemasaran. Strategi perencanaan komunikasi yang dapat digunakan ada dua jenis, yaitu proactive strategies dan reactive strategies, yakni strategi komunikasi yang muncul atas inisiatif perusahaan sesuai dengan rencana perusahaan sebelumnya. Sedangkan reactive strategies adalah strategi yang merupakan reaksi atas pengaruh konsumen dan peluang dari lingkungan perusahaan (Smith, 2005:82). Strategi komunikasi pemasaran (marketing communication strategy) merupakan aktivitas bagaiamana cara sebuah brand atau lini produk akan mencapai tujuannya. Strategi memberikan keputusan dan arahan terkait dengan
7
variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar target, positioning, elemen bauran komunikasi pemasaran, dan pengeluaran. Dalam kaitannya dengan komunikasi pemasaran, perumusan strategi komunikasi memiliki lima faktor yang harus diperhatikan, yaitu: memahami konsumen, penyusunan pesan, penetapan metode, pemilihan media, dan peranan komunikator.8 Berdasarkan hal tersebut, maka langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan strategi komunikasi meliputi: pengumpulan data dasar, merumuskan tujuan komunikasi, analisis perencanaan dan pengembangan strategi, analisis segmentasi khalayak, pemilihan media, desain pesan, implementasi, dan evaluasi. Dari penjabaran tersebut, konsepsi terkait strategi komunikasi pemasaran yang digunakan peneliti dapat dipahami bahwa strategi komunikasi pemasaran adalah suatu proses penawaran produk atau jasa kepada individu atau kelompok agar dapat terpengaruh untuk melakukan aktivitas konsumsi terhadap brand, produk, atau jasa yang perusahaan tawarkan melalui proses sosial dan manajerial dalam bentuk pemenuhan kebutuhan konsumen guna memeroleh kebutuhan yang sesuai melalui langkah-langkah tertentu guna menyampaikan pesan kepada konsumen dengan sistematis. Strategi komunikasi pemasaran merupakan wujud komunikasi yang ditujukan untuk memperkuat strategi pemasaran, sehingga perusahaan dapat meraih segmentasi pasar yang lebih luas lewat pesan tertentu. Kemudian dengan penggunaan media baru sebagai media spesifik yang digunakan objek penelitian, maka perlu dipahami konsepsi dari strategi komunikasi pemasaran digital. Pada dasarnya komunikasi pemasaran digital adalah aktivitas komunikasi pemasaran dengan satu pesan besar yang disampaikan melalui media baru atau internet sebagai pilihan medianya. (Drayton Bird 2007:153). Pada dasarnya bauran komunikasi pemasaran tetap digunakan dalam komunikasi pemasaran digital. Hanya saja proses yang terjadi adalah integrasi antara model tradisional dengan model digital yang mengombinasikan bauran komunikasi pemasaran yakni, periklanan (advertising), Promosi penjualan 8
Op. Cit. Arifin. Hal 59-78
8
(selling promotion), penjualan personal (personal selling), humas (public relations), dan pemasaran langsung (direct marketing)9. Perbedaan yang ada adalah pada objektif dan media yang digunakan untuk mengimplementasikan alat pada bauran komunikasi pemasaran tersebut. Strategy& yang dahulunya Booz & Company menjabarkan terdapat empat model utama dari digital marketing, yakni digital branders, customer experience designers, demand generators, dan product innovators10. Keempat model ini dianggap
sebagai
model
yang
sama
tingkat
kesuksesaannya
dalam
implementasinya pada digital marketing.
a. Digital branders Digital branders adalah perusahaan atau pemasar yang menyajikan sebuah produk tertentu pada konsumen tertentu. Perusahaan fokus pada pembangunan dan memperbarui ekuitas brand dan membangun hubungan yang mendalam terhadap konsumennya. Perusahaan dengan model ini mengubah investasi periklanan mereka dengan cara baru dari proses tradisional ke multi media digital guna mendapatkan pengalaman yang mendalam dari konsumen terhadap brand. Perusahaan melakukan pengubahan juga pada bagaimana cara mereka mengikutsertakan konsumen baru terhadap brand dan menciptakan loyalitas lewat macammacam pengalaman dengan brand (brand experiences).
b. Costumer experience designer Perusahaan dengan model ini menggunakan data dan insights konsumen untuk menciptakan pengalaman dengan brand yang besar. Pada dasarnya perusahaan dengan model ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang 9
Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. 2009. “Marketing Management. 13th Edition”. Jakarta: Erlangga. 10 Matt Egol, Michael Peterson, dan Stefan Stroh. Strategy&. dalam http://www.strategybusiness.com/article/00241?gko=20aae diakses pada 3 Juni 2015 pukul 11:37 WIB.
9
jasa finansial, travel, hotel, atau perusahaan pengecer (retailers). Perusahaan membangun model bisnis mereka berdasarkan pola konsumsi konsumen. Dengan adanya pola yang diciptakan dari konsumen, perusahaan dapat menciptakan cara baru (inovasi) terhadap interaksi perusahaan dengan konsumen, dan secara bersamaan menciptakan efek “wow” lewat berbagai titik. Perusahaan dengan model ini bertujuan untuk menciptakan dialog dan membangun loyalitas yang tinggi dengan konsumen.
c. Demand generators Model pemasaran digital ini fokus pada menggerakan arus online yang ada dan mengonversi sebanyak-banyaknya penjualan lewat saluran-saluran yang ada guna memaksimalkan efisiensi pemasaran dan meningkatkan posisi perusahaan di persaingan digital. Seluruh elemen dalam strategi komunikasi pemasaran digital seperti desain web, optimalisasi mesin pencari, mobile connected apps, dan hubungan dalam komunitas jejaring sosial disesuaikan untuk mendorong penjualan dan meningkatkan loyalitas. Meskipun model ini juga membutuhkan konten pendukung untuk menciptakan hubungan terhadap konsumen, perusahan lebih fokus untuk meningkatkan volume dan efesiensi daripada kurasi yang mendalam seperti hubungan dengan brand yang emosional seperti tujuan model Digital Branders.
d. Product Innovators Model ini menggunakan pemasaran digital untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan membuat produk atau jasa dalam bentuk digital yang baru. Perusahaan dengan model ini memanfaatkan interaksi digital dengan konsumen secara primer untuk secara terus-menerus memeroleh insights yang dibentuk dari hubungan tersebut. Hasil dari berbagai sumber
10
pada jalur komunikasi digital yang digunakan, perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan secara digital.
Paparan diatas digunakan sebagai acuan peneliti untuk melakukan analisis terhadap tim Nusantaranger sebagai perusahaan. Peniliti dapat menguji model bisnis yang digunakan perusahaan dalam menyusun strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan Nusantaranger secara digital. Untuk memahami keempat model tersebut, diperlukan pemahaman terkait kapabilitas pemasaran yang digunakan di dalamnya. Menurut Strategy& terdapat delapan basis kapabilitas pemasaran, yang masing-masing relevan dengan keempat model pemasaran digital. Delapan kapabilitas pemasaran tersebut adalah (1) segmentasi, (2) pengukuran, (3) pengambilan keputusan langsung, (4) melakukan profiling dan pemilihan target, (5) optimalisasi konten, (6) inovasi, (7) pengaruh jejaring sosial, (8) onmichannel experience. Segmentasi, atau penggunaan riset digital untuk melakukan analisis terhadap transaksi, mengidentifikasi kejenuhan konsumen, dan menginterpretasi data non-transaksi (media sosial). Adanya pemahaman yang mendalam bagaiamana konsumen berperilaku, profil, pembelian, dan penggunaan produk, perusahaan dapat lebih mudah untuk memilih target yang sesuai dalam mengeksekusi bauran komunikasi pemasaran yang ada. Pengukuran adalah pengembangan dari dinamika yang konsisten dari perilaku pembelian konsumen terhadap produk. Kapabilitas ini melibatkan metrik untuk hubungan konsumen lewat media komunikasi yang digunakan. Pengukuran yang dimaksud dapat dilihat dari proses konsumsi konsumen berdasarkan iklan, website, publikasi
(kegiatan humas), atau
bahkan
media sosial.
Jika
diimplementasikan secara optimal, metric ini dapat membantu perusahaan mencapai ROI (return of investment) lewat program pemasaran digital.
11
Pengambilan keputusan langsung dipupuk dari pengawasan rutin sentiment sosial dan kesehatan brand yang memungkinkan penyesuaian selama kampanye pemasaran, termasuk media ber-brand dan merchandising dari produk utama yang dipasarkan perusahaan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas program komunikasi pemasaran digital. Sebagai contoh, jika produk utama perusahaan sudah memiliki konsumen tetap yang mengonsumsinya, untuk mencegah kejenuhan dan membangun loyalitas terhadap brand, perusahaan memutuskan untuk menyajikan produk sampingan baru, atau jika kejenuhab sudah terjadi untuk menanganinya perusahaan memberikan pengalaman terhadap brand pada konsumen lewat acara-acara tertentu. Profiling dan pemilihan target adalah penentuan konsumen yang spesifik dari produk dalam brand. Perusahaan melihat peluang pasar dan melakukan profiling sehingga perusahaan dapat memahami kebiasaan konsumen dan kebutuhan untuk konsumen yang ditargetkan. Kemudian data ini dapat digunakan perusahaan sebagai acuan untuk optimalisasi program pemasaran yang dilakukan perusahaan secara lanjut. Optimalisasi konten adalah penyebaran konten lewat digital platform seperti laman web, smartphone, dan media sosial yang semuanya dapat dengan mudah digunakan oleh konsumen. Konten yang sudah dipotimalisasi dapat membantu perusahaan untuk menjaring konsumen dan meningkatkan profit. Hal ini dikarenakan konsumen dapat mengakses konten perusahaan dari manapun dan kapanpun sesuai dengan kebutuhan konsumsi konsumen Inovasi adalah peningkatan atau penciptaan hal baru yang mendukung brand dalam program pemasaran digital yang dilakukan. Kapabilitas ini didukung dengan aktivitas media sosial dengan pesan utama komunikasi pemasaran, sehingga perusahaan dapat memperluas pasar guna menjadi elemen pendukung pengembangan brand. Selain dapat mengembangkan brand itu sendiri, inovasi dapat mendukung pengalaman konsumen terhadap brand.
12
Pengaruh jejaring sosial adalah kapabilitas yang dilakukan perusahaan untuk memrovokasi konsumen untuk membuat konten alternatif dari brand yang dipasarkan. Secara bersamaan, tercipta sentiment emosional terhadap brand pada konsumen. Perusahaan dengan pengaruh jejaring sosial yang luas dapat menggerakkan konsumen untuk menciptakan aktivitas yang viral dan membentuk share content lewat akun jejaring sosial mereka sendiri. Hal ini yang akan meningkatkan efektvitas komunikasi pemasaran digital yang dilakukan oleh perusahaan. Omnichannel experience adalah implementasi dari berbagai program pemasaran lewat berbagai saluran komunikasi. Kapabilitas ini di dalamnya termasuk investasi teknologi, analisis digital, dan elemen pendukung yang mendukung mobilitas pesan, sosial, dan pengalaman e-commerce pada konsumen. Hal ini memungkinkan konsumen untuk melakukan interaksi terhadap perusahaan dan brand-nya kapanpun dan dimanapun. Omnichannel experiences dapat dibilang adalah alat komunikasi pemasaran yang terintegrasi secara digital yang melibatkan pihak ketiga, bersama dengan pemilik media dan perencanaan promosi strategis. Berikut bagan hubungan kapabilitas dengan keempat model komunikasi pemasaran digital11:
Bagan I.1 Hubungan Kapabilitas Model Komunikasi Pemasaran Digital12
11
Matt Egol, Michael Peterson, dan Stefan Stroh. Strategy&. Capabilities Mapped to Digital Marketing Models dalam http://www.strategy-business.com/article/00241?gko=20aae diakses pada 3 Juni 2015 pukul 11:37 WIB. 12 Strategy&. Capabilities Mapped to Digital Marketing Models.
13
Paparan tersebut digunakan peniliti untuk melakukan analisis terhadap strategi komunikasi pemasaran digital yang dilakukan Nusantaranger. Peneliti akan melakukan uji teori berbasis paparan sebelumnya sebagai pisau analisis penelitian. Analisis dilakukan untuk memahami data empiris yang terjadi di lapangan dengan kesesuaian teori yang sudah dipaparkan sebelumnya.
2. Efektivitas Strategi Komunikasi Pemasaran Komik Digital Marketing channel terdiri atas integrasi penggunaan bauran komunikasi pemasaran yakni periklanan, personal selling, public relations, direct marketing, dan didukung beberapa elemen lain seperti media advokasi, alat promosi (brosur, pamflet, dll), serta events. Riset juga diperlukan dalam menetapkan konten produk dan saluran yang paling efektif dan efisien untuk mencapai pasar target yang ditentukan. Pemasar harus melakukan review dan komparasi antara biaya, profil, pasar target yang dicapai melalui media yang digunakan dengan kecocokan media tujuan, pesan, dan positioning. Dalam penyusunan strategi komunikasi pemasaran, efektivitas tiap perangkat komunikasi pemasaran dapat dilihat dalam proses konsumsi yang dilakukan konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Perubahan sikap dari konsumen atas pengetahuan terhadap produk hingga terjadinya aktivitas konsumsi hingga melakukan pembelian berbasis pada salah satu atau lebih perangkat komunikasi pemasaran yang digunakan oleh perusahaan. Perangkat tersebut memiliki batasannya sendiri dan dapat saling melengkapi untuk meraih tujuan yang berbeda dengan satu pesan besar yang sama. Seluruh perangkat komunikasi pemasaran memiliki fungsi dan cara yang berbeda untuk memengaruhi konsumen dan memiliki sifat terintegrasi. Aktivitas komunikasi pemasaran terdiri dari beberapa elemen. Namun, elemen yang paling penting adalah penuyusunan obyektif atau pesan utama dari komunikasi pemasaran.
14
Perencanaan pesan komunikasi pemasaran berbasis pada beberapa pilihan kemungkinan, namun sebuah perencanaan komunikasi pemasaran berbasis pada satu atau beberapa pesan utama dalam menyusun komunikasi pemasaran terpadu. Lingkup dari marketing communication objectives dapat berupa meraih awareness, preference, peningkatan penjualan, mengubah citra perusahaan, ataupun tujuan promosi suatu produk baru. Kemudian setelah menentukan tujuan utama komunikasi pemasaran, perusahaan harus menyusun langkah untuk merealisasikan tujuan tersebut melalui penyusunan strategi. Pada tahap ini, perusahaan menentukan positioning dari brand atau produk dalam pasar. Kemudian perusahaan mengidentifikasi peran dan pentingnya bauran komunikasi yang dapat mendukung positioning yang dibentuk. Pada tahapan marketing communication strategies ini perusahaan juga mempersiapkan anggaran yang diperlukan selama proses komunikasi pemasaran dilakukan. Proses pengambilan keputusan dalam komunikasi pemasaran tersebut kemudian didukung dengan adanya komunikasi pemasaran terintegrasi (Integrated Marketing Communication). IMC adalah proses komunikasi yang di dalamnya terdapat proses perencanaan, kreasi, mengintegrasi, dan implementasi dari berbagai bentuk alat dari komunikasi pemasaran (periklanan, promosi penjualan, humas, acara, media interaktif, dll) yang disampaikan pada konsemen secara terus menerus oleh perusahaan. Tujuan dari IMC adalah untuk memengaruhi atau secara langsung memersuasi kebiasaan konsumen (behavior of target market). IMC memanfaatkan seluruh saluran yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan konsumen terhadap brand, menggunakan seluruh metode komunikasi yang memungkinkan untuk mengirim pesan komunikasi yang dimaksud pada konsumen yang ditargetkan. IMC menggunakan saluran komunikasi yang memungkinkan dengan satu pesan utama secara konsisten. Proses IMC secara lanjut digunakan untuk menentukan konsumen adalah titik awal untuk
15
mengembangkan tipe pesan dan menentukan media yang sesuai untuk menyajikan informasi, memersuasi, dan menciptakan aksi konsumsi13. Komponen dari IMC yang disampaikan oleh Pearson Canada Inc. memiliki banyak pilihan. Mulai dari perencanaan periklanan, media interaktif, sales-promotion, humas, pemasaran berbasis brand experiences, dan penjualan personal. Komponen ini dapat dipilih dan diintegrasikan untuk mendukung tujuan utama dari komunikasi pemasaran yang sudah disusun sebelumnya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan komponen perencanaan periklanan, interactive plan, humas, dan pemasaran berbasis brand-experiences sebagai pisau analisis dalam melihat proses komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Nusantaranger. Setiap komponen IMC yang dipilih ini memiliki proses perencanaan yang kompleks yang dapat digunakan sebagai pedoman analisis aktivitas IMC yang dilakukan Nusantaranger.
a. Advertising plan Pada proses perencanaan periklanan perusahaan mengulangi tahap penyusunan objektif kembali, hal ini dapat disamakan dengan objektif dari komunikasi pemasaran atau memiliki pengembangan, namun tetap berbasis pada pesan yang sama. Perencanaan periklanan digunakan untuk mempersiapkan informasi terkait brand atau produk perusahaan kepada konsumen lewat aktivitas periklanan. Selanjutnya perusahaan menyusun perencanaan kreatif dari periklanan tersebut. Pada tahap ini perusahaan menentukan pesan iklan yang digunakan, strategi yang dipilih sebagai cara mengomunikasikan pesan pada iklan tersebut, dan menyusun ekseskusi pesan kreatif tersebut. Penyusunan pesan kreatif yang sudah dieksekusi kemudian dibentuk dalam berbagai pilihan media. Hal ini yang merujuk pada perencanaan media periklanan.
13
Shimp, Terence A. 2010. Advertising, Promotion, & Other Aspects of Integrated Marketing Communications. Australia: South-Western, Cengage Learning. Hal. 10.
16
Perencanaan media memliki tujuan penyampaian berkonsep who, what, when, where, dan how. Hal ini digunakan agar pemilihan media mencapai titik efektif dalam proses implementasinya. Kemudian perusahaan dapat melakukan penyesuaian pasar target, pemilihan media, dan resiko kegagalan media. Setelah proses tersebut, perusahaan dapat menyusun anggaran pemilihan media dan penjadwalan media (media scheduling).
b. Interactive plan Penyusunan strategi media interaktif atau dapat juga berupa wadah respon konsumen yang bersifat timbal balik harus memiliki tujuan yang jelas. Hal ini dikarenakan media interaktif dalam konsep IMC merupakan wujud hubungan perusahaan kepada konsumen. Konsep media interaktif secara sederhana diartikan sebagai pemasaran online. Pada penilitian ini pemasaran online menjadi basis utama Nusantaranger dalam memasarkan produk dan membangun hubungan dengan konsumennya. Strategi yang disusun oleh Nusantarager dalam penggunanaan internet interaktif berupa
kolaborasi
aktivitas
periklanan,
humas,
dan
brand-experiences
(experiental marketing). Berdasarkan hal ini peneliti ingin melihat penyusunan strategi dari media interaktif atau pemasaran online yang dilakukan perusahaan untuk membangun hubungan dengan konsumen dan secara bersamaan memberikan informasi yang mendukung tujuan komunikasi pemasaran yang sudah disusun sebelumnya.
c. Public relations plan Proses penyusunan strategi humas secara umum menyerupai proses penyusunan strategi komponen IMC yang lain. Namun merujuk pada paparan tentang humas sebelumnya, penyusunan strategi humas fokus pada cara yang digunakan untuk membentuk opini khalayak dan mengubah presepsi konsumen sesuai dengan tujuan komunikasi pemasaran utama yang sudah dibentuk. Pada
17
tahap ini humas perlu memnyusun langkah-langkah dan saluran komunikasi guna membentuk presepsi tersebut. Strategi
kehumasan
yang
dilakukan
Nusantaranger
pada
awal
kemunculannya memilih media sosial twitter sebagai sarana membangun hubungan dengan konsumen. Melalui kampanye #Nusantaranger sebagai pemantik respon dari konsumen. Hal ini yang menjadi basis analisis dalam melihat proses penyusunan strategi kehumasan secara efektif dalam IMC.
d. Experiental marketing Pemasaran berbasis pengalaman konsumen terhadap brand dilakukan dengan cara pelaksanaan acara (events) dan menjadi sponsor suatu kegiatan yang melibatkan konsumen. Tujuan dari komponen experiental marketing adalah menciptakan hubungan yang bersifat eksperiental pada konsumen terhadap brand. Aktivitas ini memiliki tingkat efektivitas yang tinggi, karena konsumen secara empiris dapat mengenal brand. Dari sisi perusahaan, strategi ini memberikan sarana dalam mengomunikasikan informasi secara intens kepada konsumen dan secara bersamaan membentuk hubungan yang baik dengan konsumen. Konsepstualisasi kompenen ini pada Nusantaranger adalah untuk melihat kegiatan pemasaran lewat acara-acara yang diikuti Nusantaranger sebagai sarana komunikasi pada konsumen. Peneliti juga menyoroti acara PechaKucha dan TedX sebagai implementasi dari strategi ini. Peneliti akan menganalisis bagaimana perusahaan menyusun pesan komunikasi untuk melakukan pemasaran pada acaraacara tersebut.
3. Pasar Target dan Konten Media Baru Terry Flew menyatakan bahwa media baru merupakan sebuah terminologi untuk menjelaskan konvergensi antara teknologi komunikasi digital yang terkomputerisasi serta terhubung ke dalam jaringan. Selain itu Terry Flew juga menjelaskan bahwa hal baru yang dibawa oleh media baru adalah computing and 18
information technology,
communication networks,
digitalised media and
information content, convergent atau disingkat dengan 4C (Computing, Communication, Content, Convergent). Dari peryataan Flew tersebut, media baru memiliki empat unsur penting yang dibawa olehnya yaitu pertama, komputerisasi dalam akses informasi media. Kedua, adanya jaringan komunikasi yang terangkai dalam prosesnya. Ketiga, adanya konten atau isi berupa media dan informasi yang dimuat secara digital. Terakhir yang keempat, adanya konvergensi dari kesemuanya sehingga dapat disebut media baru. Pisau analisis yang digunakan peneliti untuk mengkaji new media terfokus pada budaya konvergensi yang diciptakan oleh new media. Budaya konvergensi yang diciptakan media baru tidak terlepas dari konten media itu sendiri. Konten yang ada pada media baru memberikan ruang baru bagi khalayak dalam mencerna konten tersebut. Khalayak dapat memberikan respon terhadap konten yang disuguhkan, bahkan dapat menciptakan ruang baru berpendapat sehingga muncul konten alternatif yang diproduksi oleh khalayak sebagai wujud respon dari konten media yang dimaksud. Jenkis pada bukunya “Convergence Culture: Where Old and New Media Collide” memberikan paparan adanya “dunia rahasia” dari survivor spoilers, dimana penggila internet menggunakan wawasan mereka untuk menguak sebuah konten yang ada sebelum pemilik konten tersebut mempublikasikannya. Jenkins memberikan ilustrasi dengan fenomena penggemar Harry Potter yang menulis kembali kisah Hogwarts-nya sendiri selagi petinggi Warner Brothers sibuk mengendalikan hak penerbitan buku Harry Potter. Ia memperlihatkan bagaimana perkembangan di media baru menekan penyampaian cerita (storytelling) di transmedia ke tingkatan baru, menciptakan dunia fiksi dimana khalayak dapat memberikan konten alternatif dan mengaksesnya melalui berbagai saluran media yang lain. Perusahaan yang menyajikan konten melihat peluang ini untuk menyuguhkan konten secara langsung lewat berbagai saluran media baru yang ada untuk meningkatkan profit dan memperluas pasar.
19
Adanya hubungan yang signifikan antara konten dengan khalayak, maka diperlukan pemahaman terhadap khalayak brand yang menjadi pasar target. Ada beberapa macam segmentasi dari pasar berdasarkan psikografisnya. Segmentasi pasar yang umum digunakan adalah segmentasi dari SRI Consulting Business Intelligence’s (SRIC-BI’s) VALS™ system. VALS melakukan segmentasi pasar berdasarkan kebiasaan psikologis dan perilaku pembelian menjadi delapan segmen. Segmentasi tersebut antara lain “thinkers”, “believers” yang keduanya dipengaruhi ideologos dalam melakukan aktivitas pembelian atau konsumsi. Kemudian ada “experiencers”, “innovators”, “makers”, “achievers”. “strivers”, dan “survivors”. Innovators adalah segmentasi pasar dengan karakteristik memiliki pertimbangan dari keseluruhan motivasi dalam melakukan pembelian, seperti ideologi, penghargaan, dan ekspresi diri. Hal ini dikarenakan innovators memiliki ciri sebagai individual pemimpin. Innovators adalah lawan dari survivors yang melakukan pembelian berbasis pada kebiasaan dan “ikut” arus yang ada. Thinkers dan believers adalah segmentasi individu yang memiliki pertimbangan ideologis dalam melakukan pembelian. Perbedaan di keduanya adalah pada basis pemikiran mereka, thinkers berfikir berbasis pada nilai logika, sedangkan believers berbasis nilai moral. Achievers dan strivers adalah segmentasi individu yang memiliki pertimbangan terhadap penghargaan atas pembelian yang dilakukan. Dengan kata lain keduanya melakukan pembelian jika dirasa mereka mendapatkan sesuatu yang lebih atau memiliki nilai tertentu sesuai yang diharapkan. Perbedaannya adalah strivers mengambil keputusan berdasarkan opini masyarakat atau orang terdekat. Sedangkan experiencers dan makers adalah segmentasi individu yang memiliki pertimbangan terhadap ekspresi diri (self-expression). Keduanya melakukan aktivitas pembelian jika brand atau produk dirasa sesuai dengan
20
kepribadian atau keluarga mereka. Perbedaan ada pada umur, experiencers cenderung pada segmen anak muda yang individual, sedangkan makers adalah individu berkeluarga. Berikut skema segmentasi pasar oleh VALS14:
Bagan I.2 Segmentasi Pasar Vals
Hubungan antara pengguanaan new media dalam penyajian konten dengan pasar target diperlukan oleh perusahaan untuk menyikapi budaya konvergensi yang kerap terjadi di fenomena new media. Paparan tersebut menjadi basis peneliti dalam melihat penyusunan konten pada Nusantaranger sebagai proses produksi proram komunikasi pemasaran yang terjadi di objek penelitian.
F. METODE PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu
a. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kantor Tim Nusantaranger di Jakarta, dimana
strategi
komunikasi
pemasaran
untuk
produk
kreatif
Nusantaranger sebagai komik lokal berbentuk digital dari tahap perencanaan hingga evaluasi dilakukan.
14
Shimp, Terence A. 2010. Advertising, Promotion, & Other Aspects of Integrated Marketing Communications. Australia: South-Western, Cengage Learning. Hal 104.
21
b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret hingga Oktober 2015. Jangka waktu penelitian tersebut dipilih dikarenakan sesuai dengan proses yang harus dilakukan selama penelitian dari tahap awal hingga akhir.
2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus. Metode penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000:3) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang, aktifitas, dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik atau utuh. Penelitian studi kasus merupakan studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Peneliti menggunakan studi kasus sebagai pilihan metodenya dikarenakan penelitian ini memenuhi kondisi dari metode studi kasus. Studi kasus dibenarkan dalam kondisi (a) kasus tersebut mengetengahkan suatu uji teori yang ada, (b) merupakan suatu peristiwa yang langka atau unik, atau (c) berkaitan dengan tujuan penyingkapan15. Studi kasus sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung obyek yang diteliti. Menurut Yin terdapat empat tipe desain studi kasus, yakni tunggal holistik, tunggal terjalin (embeded), multikasus holistik, multikasus terjalin (Yin, 2006:46). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan studi kasus tipe tunggal terjalin, karena didalam penelitian ini peneliti fokus pada satu kasus yang spesifik namun menyangkut beberapa unit analisis dalam proses komunikasi pemasaran. Peniliti menggunakan tipe desain studi kasus tunggal terjalin dikarenakan desain penelitian ini analisisnya mencakup hasil proyek-proyek perorangan dalam program tersebut. Selain itu, penelitian ini juga mencakup lebih dari satu unit 15
Robert K. Yin. 2006. Studi Kasus: Disain & Metode. Jakarta: Raja Grafindo. Hal 54.
22
analisis. Desain multikasus terjalin memiliki satu unit pusat dan beberapa unit analisis lain di dalamnya. Pada penelitian ini unit pusat dari penelitian ini adalah Tim Nusantaranger sebagai perusahaan yang menyeluruh, sedangkan unit terkecilnya adalah anggota perorangan dan beberapa unit perantara yang diaanggap penting dalam rangkaian penelitian.
3. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Tim Nusantaranger dari tahap perencanaan hingga evaluasi pada produkproduk Nusantaranger.
4. Teknik Pengumpulan Data a. Metode Pengumpulan Data Wawancara Mendalam Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam atau in depth interview. Wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, serta tidak terstruktur ketat dalam suasana formal dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama. Peneliti akan melakukan wawancara mendalam terhadap setiap informan dalam penelitian ini dengan berpedoman pada interview guide yang sebelumnya telah disusun. Hasil dari wawancara yang dilakukan akan dituangkan dalam transkrip hasil wawancara untuk memudahkan proses analisis.
Observasi Observasi ini dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai observasi berperan pasif. Observasi ini akan dilakukan dengan cara formal dan informal, untuk mengamati kegiatan yang terkait dengan pertanyaan penelitian yang ingin dijawab. Observasi digunakan untuk mengamati
23
kegiatan strategi komunikasi pemasaran yang berlangsung selama tahun 2014 yang terjadi pada Tim Nusantaranger.
Analisis Dokumen Teknik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip. Dokumen dan arsip yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain:
Dokumentasi implementasi strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan Nusantaranger selama tahun 2014, baik berupa tulisan, gambar, atau audio visual.
Dokumen riset pra-rilis dari produk Nusantaranger sebagai bagian dari perencanaan strategi komunikasi pemasaran yang akan dilakukan.
Produk komik digital Nusantaranger.
Administrasi jual-beli produk Nusantaranger dengan konsumen.
Pemberitaan media massa baik cetak maupun online terkait kegiatan komunikasi pemasaran Nusantaranger.
b. Sumber Data Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen atau arsip.Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang dibutuhkan yaitu data primer dan sekunder. Data primer berupa seluruh proses komunikasi pemasaran Tim Nusantaranger dari tahap perencanaan hingga evaluasi Nusantaranger. Sedangkan data sekunder adalah data pendukung yang dapat digunakan untuk menganalisis temuan penelitian secara detil dan akomprehensif.
Narasumber (Informan) Jenis sumber data ini dalam penelitian pada umumnya dikenal sebagai informan. Informan yang akan diwawancarai dalam
24
penelitian ini adalah orang yang diperkirakan
memahami data,
informasi maupun fakta dari obyek penelitian. Informan dipilih menggunakan teknik purpose sampling, dengan mengambil orangorang yang dipilih secara cermat hingga relevan dengan penelitian. Dalam penelitian ini informan yang peneliti pilih adalah seluruh Tim Nusantaranger yang terdiri dari: o Shani Budi Pandita Co-Founder of Nusantaranger. o Tamalia Arundhina Co-Founder of Nusantaranger. o Hendranto Pratama Putra Illustrator of Nusantaranger. o Indra Arista Project Manager of Nusantaranger. o Keinesasih Hapsari Putri Writer of Nusantaranger. o M. Bisri Mustova Designer of Nusantaranger. o Sweta Kartika Comic Artist of Nusantaranger.
Peristiwa (Aktivitas) Data atau informasi juga dapat dikumpulkan dari peristiwa, aktivitas, atau perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitian. Dari pengamatan peristiwa dan aktivitas, peneliti dapat mengetahui proses bagaimana suatu fenomena bisa terjadi dengan lebih detil dengan pengamatan secara langsung peristiwa yang menjadi obyek penelitian.
Dokumen dan Arsip Yang dimaksud dengan dokumen dan arsip dalam penelitian ini merupakan dokumen tertulis yang berhubungan dengan topik penelitian.
5. Validitas Data Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi data atau sumber. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data tersebut sebagai pembanding (Moleong, 2002). Dalam melakukan teknis trianggulasi data
25
ini peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap derajat kepercayaan berbagai informasi yang didapatkan dengan beberapa cara, yaitu : a. Membandingkan data yang didapat dari wawancara dengan hasil pengamatan langsung di lapangan. b. Membandingkan apa yang dikatakan data dengan materi yang didapat melalui studi pustaka, teori maupun pendapat akademisi dan pengamat. c. Melakukan pengecekan ulang mengenai pernyataan seorang informan dengan pernyataan informan lain yang sama-sama mengetahui kasus tersebut. d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen terkait obyek penelitian.
6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deksriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk menganalisis data-data yang berbentuk kata-kata, kalimat, skema, gambar, dan foto yang diperoleh dalam penelitian. Data-data yang diperoleh tersebut kemudian diberikan penjelasan secara teoritis yang disesuaikan dengan hasil penelitian, yaitu mengenai strategi komunikasi
pemasaran
Tim
Nusantaranger
pada
komik
lokal
digital
Nusantaranger. Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa strategi dan langkah. Secara umum, analisis data berpegang pada konsepsi analisis data yang merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton, 1980: 268 dalam Moleong, 2004). Dapat diartikan, analisis data adalah sebuah proses pengorganisasian data yang bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.
26
Berdasarkan data yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalsis dengan langkah-langkah sebagai berikut16: a) Mengorganisir data. b) Membaca keseluruhan informasi dan pengkodean. c) Membuat uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya. d) Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori. e) Selanjutnya
peneliti
melakukan
interpretasi
dan
mengembangkan
generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain. f) Menyajikan secara naratif.
7. Limitasi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti mengenai strategi komunikasi pemasaran yang meliputi produk, harga, tempat, promosi, proses, konsumen, dan kendala yang dihdapi perusahaan mulai dari tahap perencanaan dan implementasinya. Peneliti hanya melakukan penelitian di lingkup obyek penelitian sesuai unit alnalisis data yang sudah disebutkan sebelumnya.
16
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116-metode-penelitiankualitatif.html diunduh pada 5 Juni 2015 pukul 09:47 WIB.
27