1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris. Segala macam tanaman dapat tumbuh subur di tanah Indonesia, seperti serelia dan kacang-kacangan. Serelia merupakan makanan pokok bangsa Indonesia. Setiap daerah mempunyai makanan pokok masing-masing. Pada wilayah Indonesia Timur (Maluku dan Irian Jaya) misalnya ada Sagu yang dijadikan makanan pokok, sedangkan pada wilayah Indonesia Barat (Jawa, Sumatara, Kalimantan dan Bali) makanan pokoknya berupa beras. Pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat maka dalam pengolahan bahan pangan perlu dihindarkan penggunaan
bahan
tambahan
pangan
yang
dapat
merugikan
atau
membahayakan konsumen (Cahyadi, 2012). Akan tetapi, tidak jarang produsen
menggunakan
bahan
tambahan
pangan
dengan
tujuan
memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur, cita rasa dan warna. Salah satu bahan tambahan pangan yang dilarang ditambahkan pada makanan adalah klorin yang ditambahkan pada beras. Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai pembunuh kuman. Klorin sekarang bukan hanya digunakan untuk bahan dan kertas saja, tetapi telah digunakan sebagai bahan pemutih/pengkilat beras agar beras yang terstandar medium terlihat seperti beras super. Zat itu akan bereaksi dengan air dan membentuk asam hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin yang terdapat pada beras akan menggerus usus lambung (korosif). Akibatnya lambung rawan terhadap penyakit maag. Dalam jangka panjang, mengkonsumsi beras yang mengandung klorin akan mengakibatkan penyakit kanker dan ginjal (Deplu RI dalam Sinuhaji, 2009).
2
Klorin selain berdampak pada kesehatan juga berdampak pada lingkungan, baik itu air, udara dan komunitas yang ada dilingkungan tersebut. Adapun beberapa dampak yang disebabkan oleh penggunaan klorin ini adalah dampak jangka panjang dan jangka pendek. Besar dampaknya yang ditimbulkan klorin sangat tergantung pada kadar, jenis senyawa klorin dan yang terpenting tingkat toksisitas senyawa tersebut. Pengaruh klorin pada kesehtan dapat menggganggu sistem kekebalan tubuh, merusak hati dan ginjal, gangguan pencernaan, gangguan pada sistem saraf dapat menyebabkan kanker dan gangguan sistem reproduksi yang dapat menyebabkan keguguran (Norlatifah, 2012). Pasar Kahayan merupakan salah satu pasar tradisional yang menjadi tempat warga Kota Palangka Raya untuk membeli bahan makanan pokok seperti beras, minyak goreng, gula dan sebagainya. Pasar Kahayan Baru di Komplek Pasar Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah. Pasar Kahayan Baru ini dapat menampung 279 pedagang dengan jenis komoditas perdagangan mulai dari konveksi, asesoris, obat-obatan dan kosmetik, toko emas serta buah-buahan. Fasilitas yang ada adalah 46 unit Toko 2 Lantai, 145 unit Toko 1 Lantai, 20 unit Toko Buah, 50 unit Los Los PKL, 18 buah lapak Blok Daging Babi, serta Taman dan WC Umum (Ditjen Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum, 2011). Berdasarkan pemberitaan di salah satu televisi Nasional, adanya beras putih berklorin yang beredar di pasar Indonesia, peneliti menduga adanya kandungan klorin pada beras putih di Kota Palangka Raya, salah satunya di Pasar Kahayan. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti di Pasar Kahayan Baru ada banyak beras yang dijual oleh pedagang beras. Tidak menutup kemungkinan beras yang dijual di Pasar Kahayan mengandung klorin. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui adanya kandungan
3
klorin pada beras putih di Pasar Kahayan Baru dengan penelitian secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan judul dalam tugas akhir ini yaitu “Identifikasi Zat Klorin Pada Beras Putih Di Pasar Kahayan Kota Palangka Raya”.
B. Identifikasi Masalah Apakah beras putih di Pasar Kahayan mengandung pemutih dan berapa banyak jenis atau merek beras di Pasar Kahayan mengandung pemutih.
C. Batasan Masalah Berdasarkan judul yang ada, peneliti hanya membatasi : 1. Pengambilan populasi dan sampel di Pasar Kahayan Baru komplek Pasar Kahayan Kota Palangka Raya. 2. Beras kemasan atau bermerek dan berwarna putih sekali (putih muda). 3. Uji yang digunakan yaitu metode reaksi warna, jika positif dilanjutkan dengan metode Iodometri.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah beras yang dijual di Pasar Kahayan Kota Palangka Raya mengandung klorin?
E. Tujuan Penelitian Tujuannya untuk mengetahui adanya kandungan klorin pada beras yang dijual di Pasar Kahayan Kota Palangka Raya.
4
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Memberikan
informasi
kepada
masyarakat
tentang
beras
yang
mengandung klorin dan dampaknya bagi kesehatan. 2. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca, khususnya dengan yang berhubungan dengan klorin pada beras serta dampaknya bagi kesehatan. 3. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beras 1. Definisi beras Beras merupakan bahan pokok terpenting bagi manusia khususnya di Indonesia. Sebagai makanan pokok, beras memberikan beberapa keuntungan, selain rasa yang netral, beras setelah dimasak akan memberikan volume yang cukup besar dengan kandungan kalori yang cukup tinggi, karbohidrat, lemak dan vitamin, serta dapat memberikan berbagai zat gizi lain yang penting bagi tubuh, seperti protein dan beberapa jenis mineral (Moehyi dalam Sinuhaji, 2009 ). Beras adalah suatu bahan makanan yang merupakan sumber energi bagi tubuh manusia. Zat-zat gizi yang terkandung kalori cukup tinggi serta gizi lain seperti protein dan mineral sehingga bermanfaat bagi tubuh (Hardian dalam Norlatifah, 2012) 2. Sifat fisiko kimia beras dan komponen penyusun beras Dilihat dari sifat kimia pati beras tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol dan bila diamati dengan mikroskopik tampak butir persegi banyak ukuran 2μm-5μm, tunggal atau majemuk, bentuk bulat telur ukuran 10μm-20μm (Muchtadi dkk dalam Norlatifah, 2012). Sifat-sifat fisiko kimia beras sangat menentukan mutu dan rasa nasi yang dihasilkan. Lebih khusus lagi, mutu ditentukan oleh kandungan amilosa, kandung protein dan kandungan lemak. Pengaruh lemak terutama muncul
setelah
gabah
atau
beras
disimpan.
Kerusakan
lemak
mengakibatkan penururnan mutu beras. Selain kandungan amilosa dan protein, sifat fisikokimia beras yang berkaitan dengan mutu beras adalah sifat yang berkaitan dengan perubahan karena pemanasan dengan air,
6
yaitu suhu gelatinasi, pengembangan volume, penyerapan air, viskositas pasta dan konsisiten gel pati (Norlatifah, 2012). B. Klorin dan Klor 1. Definisi Klorin dan Klor Klorin, klor (Cl) adalah unsur halogen yang berat atomnya 35,46. Warnanya hijau kekuning-kuningan. Titik didihnya -34,7 oC, titik bekunya 0,102 oC, kepadatan 2,488 atau 2 ½ kali berat udara. Klor pada tekanan dan suhu biasa bersifat gas dan dalam tekanan rendah mencair. Klor tidak dapat bebas di alam tetapi terdapat di senyawa terutama terdapat dalam logam Natrium, Magnesium dan yang paling banyak terdapat pada Natrium Chloride (NaCl). Klorin merupakan hasil tambahan yang terbuat dari sodium Hydroxide dengan cara mengelektrosasikan Sodium Hydroxide (Adiwisastra dalam Sinuhaji, 2009). Klor (berasal dari bahasa Yunani yaitu Chloros yang berarti “hijau pucat”). Adalah unsur kimia dengan nomor atom 17 dan simbol Cl. Klor termasuk golongan halogen (Norlatifah, 2012).
Gambar 1. Zat Klorin
7
Gambar 2. Struktur Klorin
2. Sumber dan Kegunaan Klorin Klorin sangat penting digunakan sebagai pemutih dalam pabrik kertas dan pakaian. Klorin juga digunakan sebagai bahan kimia pereaksi dalam pabrik logam klorida, bahan pelarut kkorinasi, pestisida, polimer, karet sintetis dan refrigetan. Sodium hipoklorit yang merupakan komponen/produk pemutih yang diperdagangkan, larutan pembersih, dan desinfektan untuk air minum dan sistem penyaringan air buangan/limbah dan kolam renang (Petrucci dalam Norlatifah, 2012). Saat ini klorin sangat banyak digunakan dalam industri-industri besar maupun dalam rumah tangga. Digunakan pada industri kertas dan tekstil. Klorin juga digunakan untuk manufaktur, peptisida dan hebrisida, misalnya DDT, untuk alat pendingin, obat farmasi, vinyl (pipa PVC), bahan pembersih dan perawatan air dan air limbah. Agar dapat digunakan maka klorin dikombinasi dengan senyawa organik (bahan kimia yang mempunyai unsur karbon) yang biasanya menghasilkan organoklorin. Organoklorin adalah senyawa kimia yang beracun dan berbahaya bagi kesehatan karena dapat terkontaminasi dan resisten didalam tubuh makhluk hidup (MacDougall dalam Sinuhaji, 2009).
8
Klor merupakan desinfektan kimia yang digunakan secara luas, terutama digunakan dalam klorinasi air untuk air minum. Paling efektif bekerja pada harga pH yang rendah (Desrosier, 2008). Kebanyakan klorida larut dalam air. Merkurium(I) klorida, Hg2Cl2, perak klorida, AgCl, timbel klorida, PbCl2 (yang ini larut sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga(I) klorida dan merkurium(II) oksiklorida (Svehla, 1985). 3. Sifat Klorin Sifat kimia klorin sangat ditentukan oleh konfigurasi elektron pada kulit terluarnya. Keadaan ini membuatnya tidak stabil dan sangat efektif. Hal ini mengakibatkan karena strukturnya belum mempunyai 8 elektron untuk mendapatkan strukur elektron gas mulia. Selain itu klorin bersifat sebagai oksidator. Seperti halnya oksigen, klorin juga membantu reaksi pembakaran dengan mengahasilkan panas cahaya. Dalam air laut maupaun sungai, klorin akan terhidrolisa membentuk asam hipoklorit (HClO) yang merupakan suatu oksidator (Edward dalam Sinuhaji, 2009). 4. Bahaya Klorin Terhadap Kesehatan Penggunaan klorin saat ini semakin marak terjadi di masyarakat. Tidak lagi hanya digunakan sebagai bahan baku pada industri tetapi juga di tambahan di dalam makanan. Keberadaan klorin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Klorin, dalam bentuk gas maupun cairan dapat mengakibatkan luka permanen bahkan kematian. Pada umumnya luka permanen terjadi disebabkan oleh asap gas klorin. Klorin sangat potensial untuk menyebabkan penyakit di kerongkongan, hidung, dan tract respiratory (saluran kerongkongan dekat paru-paru). Klorin juga sangat membahayakan sistem pernafasan terutama anak-anak. Dalam bentuk gas, klor dapat merusak membran mukus dalam wujud cair dapat menghacurkan kulit. Tingkat klorida sering naik turun bersama dengan
9
tingkat natrium. Ini karena natrium klorida atau garam merupakan unsur utama dalam darah (MacDougall dalam Sinuhaji, 2009). Dampak mengkonsumsi beras yang mengandung klorin tidak terjadi sekarang. Bahaya untuk kesehatan akan muncul 15-20 tahun mendatang. Khususnya jika kita mengkonsumsi beras tersebut secara terus menerus (Stefi dalam Sinuhaji, 2009). Batas paparan gas klor 1 ppm dan kadar 0,1% sudah dapat mengakibatkan kematian dalam beberapa menit. Mengidentifikasinya dari muntahan dan napas penderita keracunan, tercium bau gas klor. Selain itu, gas klor akan memutihkan warna pakaian atau kain yang basah (Sartono, 2012). Bahaya keracunan oleh gas klor yang dapat terjadi, yaitu (Adiwisastra dalam Sinuhaji, 2009 ) : 1. Keracunan Akut Keracunan akut adalah keracunan yang terjadi secara mendadak atau tiba-tiba yang diakibatkan pemajanan sesuatu yang bersifat toksin dalam dosis tinggi. Keracunan akut disini dapat disebabkan karena menghirup gas klor dengan konsentrasi tinggi. Gejala-gejala keracunan oleh gas klor, yaitu (Adiwisastra dalam Sinuhaji, 2009) : a. Tenggorokan terasa gatal, pedih/panas. b. Batuk terus menerus yang disebabkan pengaruh rangsangan reflex alat pernafasan. c. Pernafasan (kalau menarik nafas) akan terasa sakit dan sesak. d. Muka kelihatan kemerah-merahan. e. Mata tersa pedih akibat rangsangan selaput lender konjungtiva. f. Batuk kadang-kadang disertai darah dan muntah-muntah hebat.
10
g. Menghisap gas klor dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan terhentinya pernafasan. 2. Keracunan Kronis Keracunan kronis merupakan keracunan yang disebabkan oleh pemanajan sesuatu yang bersifat toksin dalam waktu yang lama, tetapi dalam kosentrasi yang rendah. Dalam hal ini keracunan kronis disebabkan karena menghirup gas klor sehingga dapat menyebabkan hilangnya rasa pada indra penciuman, merusak gigi/gigi keropos (Adiwisastra dalam Sinuhaji, 2009). C. Ciri-ciri Beras Berklorin Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Dalam memilih beras tentunya, masyarakat menginginkan beras yang putih, bersih dan mengkilap. Tapi kini banyak beredar di pasaran yang diduga mengandung zatzat bebahaya diantaranya pemutih (klorin) yang sangat berbahaya bagi tubuh terutama lambung (Stefi dalam Sinuhaji, 2009). Adapun ciri-ciri beras yang mengandung klorin terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Ciri beras berpemutih dan tanpa pemutih (Norlatifah, 2012). NO.
BERAS BERPEMUTIH
BERAS TANPA PEMUTIH
1.
Warna putih sekali
Warna putih kelabu
2.
Beras lebih mengkilap
Beras tidak mengkilap
3.
Licin dan tercium bau kimia
Kesat dan tidak berbau
4.
Jika di cuci, warna air hasil cucian Jika di cuci, warna air hasil beras kelihatan bening
cucian
beras
keruh
kekuningan 5.
Jika beras direndam selama 3 hari Jika beras direndam selama 3 tetap bening dan tidak berbau
hari, beras akan menimbulkan bau tidak sedap
11
NO. 6.
BERAS BERPEMUTIH
BERAS TANPA PEMUTIH
Ketika sudah di masak dan ditaruh di Ketika sudah di masak dan dalam
penghangat
nasi
dalam ditaruh di dalam penghangat
semalam nasi sudah menimbulkan nasi tahan 1 hari 1 malam bau tidak sedap
tanpa menimbulkan bau tidak sedap
D. Peraturan Larangan Zat Klroin Pada Beras Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan. Bahwa klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambah Pangan (BTP) dalam kelompok pemutih dan Pematang tepung. Pada
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor:
32/Permentan/OT.140/3/2007 tentang pelarangan penggunaan bahan kimia berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosohan beras. Peraturan tersebut berisi pelarangan bahan kimia berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosoh beras. Peraturan ini bertujuan untuk menjamin mutu beras bebas dari bahan kimia berbahaya, memberi perlindungan terhadap masyarakat atas mutu dan keamanan pangan serta memberi ketenteraman bagi masyarakat terhadap beras yang dikonsumsi. Bahan kimia berbahaya yang dilarang digunakan dalam proses penggilingan padi, huller dan penyosoh beras tersebut antara lain berisi larangan penggunaan klorin dan senyawanya, asam borat dan garamnya, asam salisilat dan garamnya, dietilpirokarbonat (diethylpirocarbonate DEPC), dulsin (dulcin), kloramfenikol (chloramphenicol), nitrofurazon (nitrofurazone), larutan formaldehyde/formalin, rodhamin B, paraformadehyde, tiroksan dan kuning metanil.
12
E. Pemutih yang diperbolehkan dan dilarang Pemutih yang diperbolehkan yaitu bahan – bahan tambahan pangan yang tergolong ke dalam pemutih dan pematang tepung umumnya adalah senyawa organik dan garam – garam organik. Beberapa persenyawaan tersebut adalah
asam askorbat, kalsium steroil-2-laktilat, natrium steroil
fumarat, natrium-2-laktilat, dan L-sistein (Cahyadi, 2012). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan pemutih dan pematang tepung diantaranya asam askorbat, aseton peroksida, azodikarbonamida, kalsium stearoil-2-laktilat, natrium stearyl fumarat, natrium stearoil-2-laktilat dan L-sisteina (lampiran 6). Adapun zat pemutih yang dilarang antara lain klorin dan senyawanya. Hal
ini
tercantum
Pada
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor:
32/Permentan/OT.140/3/2007 (lampiran 6). Sedangkan gas nitrogen triklorida juga dapat berfungsi sebagai pemucat dan pengembang dan pernah digunakan di Amerika Serikat, meskipun dilarang FDA karena penyebab gangguan kesehatan pada anjing dan binatang percobaan lain bila diberikan cukup banyak (Cahyadi, 2012).
13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. 2. Waktu Pelaksanaan Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 16 Maret – 18 Mei 2014.
B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui adanya kandungan klorin pada beras dengan melakukan pemeriksaan laboratorium secara kualitatif dan dilanjutkan pemeriksaan dengan kuantitatif bila adanya kandungan klorin pada sampel beras.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Sebagai populasi penelitian ini adalah seluruh beras bermerek sebanyak 16 jenis yang dijual di Pasar Kahayan Kota Palangka Raya. 2. Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive, yaitu pengambilan sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 16 sempel yaitu dengan kriteria beras berwarna putih sekali, bermerek atau berlabel yang berkemasan.
14
D. Teknik Pengambilan Data Data dikumpulkan dari hasil survei di Pasar Kahayan Kota Palangka Raya dan identifikasi zat klorin atau pemutih pada beras yang dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
E. Alat Dan Bahan 1. Alat a) Erlenmeyer 250 ml
i) Hot plate/kompor listrik
b) Gelas ukur
j) Tabung reaksi
c) Beaker gelas
k) Rak tabung
d) Pipet ukur 5 ml
l) Corong
e) Pipet tetes
m) Neraca analitik
f) Labu ukur 100 ml
n) Alumunium foil
g) Batang pengaduk
o) Kertas saring
h) Buret dan statif 2. Bahan a) Aquadest
e) Kalium Iodida 10%
b) Beras
f) Na2S2O3 0,01 N
c) Amilum 1%
g) Asam asetat
d) Kalium Iodida
h) Cairan pemutih (Bayclin)
F. Prosedur Kerja 1. Cara Pembuatan Larutan Amilum 1% a) Timbang 0,5 gr Amilum. b) Masukkan kedalam erlenmeyer, kemudian tambahkan 50 ml aquadest. c) Aduk, panaskan di atas kompor listrik agar larutan homogen.
15
d) Dinginkan, kemudian masukkan larutan kedalam labu ukur, tambah aquadest sampai tanda batas dan homogenkan. 2. Cara Pembuatan Kalium Iodida 10% a) Timbang 5 gr Kalium Iodida. b) Masukkan kedalam erlenmeyer, kemudiam tambahkan 50 ml aquadest. c) Aduk panaskan diatas kompor listrik agar larutan homogen. d) Dinginkan, kemudian masukkan larutan kedalam labu ukur, tambah aquadest sampai tanda batas dan homogenkan. 3. Cara Kerja Pemeriksaan Klorin Secara Kualitatif a) Cara Pembuatan Kontrol Sampel Negatif 1) Timbang 10 gr beras, kemudian tambahkan aquadest 50 ml. 2) Kocok, lalu ditutup menggunakan aluminium foil. 3) Saring air beras tersebut, ambil filtratnya. 4) Tambahkan larutan amilum 1% 3 tetes dan kalium iodida 10% 3 5 tetes dan warna tetap bening. b) Cara Pembuatan Kontrol Sampel positif 1) Timbang 10 gr beras, kemudian tambahkan 50 ml aquadest. 2) Kocok, lalu ditutup menggunakan aluminium foil. 3) Saring air beras tersebut, ambil filtratnya. 4) Filtrat
tersebut
kemudian
ditambahkan
larutan
pemutih
secukupnya. 5) Tambahkan larutan amilum 1% 3 tetes dan kalium iodida 10% 3 5 tetes dan berwarna biru. c) Cara Pembuatan dan Pemeriksaan Klorin 1) Sampel beras ditimbang sebanyak 10 gr. 2) Sampel beras ditambahkan 50 ml aquadest lalu dikocok, kemudian ditutup menggunakan aluminium foil lalu diaduk.
16
3) Saring air beras tersebut, ambil filtratnya. 4) 2 ml filtrat diambil dan ditambahkan larutan amilum 1% 3 tetes dan larutan kalium iodida 10 % 3 – 5 tetes. Bila klorin positif maka air beras akan berubah menjadi warna biru (Norlatifah, 2012). 4. Cara Kerja Pemeriksaan Klorin secara Kuantitatif a) Perlakuan Titrasi Blanko 1) Ambil 50 ml aquadest msukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. 2) Tamkahkan 2 gr KI dan 10 ml asam asetat (1:1). 3) Tutup mulut erlenmeyer dengan alumunium foil. 4) Titrasi sampai terbentuk warna kuning muda. 5) Tambahkan 1 ml indikator amilum, berwarna biru. 6) Titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang. b) Cara Pembuatan dan Pemeriksaan Klorin 1) Sampel beras ditimbang sebanyak 10 gr. 2) Sampel ditambahkan 50 ml aquadest lalu dikocok, saring air beras tersebut. 3) Tambahkan 2 gr KI dan 10 ml asam asetat (1:1), kemudian tutup erlenmeyer dengan alumunium foil. 4) Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N sampai warna kuning muda. 5) Tambahkan 1 ml indikator amilum, berwarna biru. 6) Titrasi dilanjutkan hingga warna biru tepat hilang. 7) Catat hasil volume.
Rumus :
(
)
( ( )
)
17
Keterangan : V1 : Volume titrasi untuk sampel V2 : Valome titrasi untuk blanko N : Normalitas larutan Na2S2O3 yang dipakai B : Berat sampel (g) (Sinuhaji, 2009)
18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL Pemeriksaan dilakukan pada air beras secara analisa kualitatif. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mencuci beras yang kemudian air cucian tersebut disaring untuk dijadikan sampel dan pemeriksaan dilakukan sebanyak dua kali. Berikut adalah tabel pemeriksaan klorin secara kualitatif pada beras di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya : Tabel 2. Hasil Identifikasi Klorin secara Kualitatif Pada Beras Putih Di Pasar Kahayan Kota Palangka Raya. No.
Sampel
Hasil Pengamatan
Hasil Akhir
1.
Kontrol Negatif ( - )
Bening
Negatif
2.
Kontrol Positif ( + )
Biru Kehitaman
Positif
A1
Bening
Negatif
A2
Bening
Negatif
B1
Bening
Negatif
B2
Bening
Negatif
C1
Bening
Negatif
C2
Bening
Negatif
D1
Bening
Negatif
D2
Bening
Negatif
E1
Bening
Negatif
E2
Bening
Negatif
3.
4.
5.
6.
7.
19
No. 8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Sampel
Hasil Pengamatan
Hasil Akhir
F1
Bening
Negatif
F2
Bening
Negatif
G1
Bening
Negatif
G2
Bening
Negatif
H1
Bening
Negatif
H2
Bening
Negatif
I1
Bening
Negatif
I2
Bening
Negatif
J1
Bening
Negatif
J2
Bening
Negatif
K1
Bening
Negatif
K2
Bening
Negatif
L1
Bening
Negatif
L2
Bening
Negatif
M1
Bening
Negatif
M2
Bening
Negatif
N1
Bening
Negatif
N2
Bening
Negatif
O1
Bening
Negatif
O2
Bening
Negatif
P1
Bening
Negatif
P2
Bening
Negatif
20
B. PEMBAHASAN Penggunaan klorin pada beras bertujuan untuk membuat beras menjadi lebih putih dan mengkilap agar beras yang berstandar medium terlihat seperti beras yang berkualitas super. Survei lapangan dan pengambilan sampel beras pada tanggal 16 Maret – 18 Mei tahun 2014 pada beberapa pedagang beras di Pasar Kahayan Baru kompleks Pasar Kahayan, terdapat 11 pedagang beras yang dimana hanya 9 pedagang saja yang dijadikan tepat pengambilan sampel beras. Pedagang menjual beberapa beras bermerek tapi hanya beras yang kemasannya terbuka dengan melihat beras yang diduga mengandung klorin sesuai ciri – ciri beras berklorin. Sampel yang akan identifikasi sebanyak 16 sampel beras berbagai merek tercantum dalam lampiran 1. Pada identifikasi klorin pada beras, pemeriksaan dilakukan dua kali (duplo) dikarenakan pada saat penelitian bisa terjadi kesalahan pada pengujian pertama serta diperlukan ketepatan dan kecermatan dalam hasil uji yang dilakukan. Pada uji ini digunakan reagen KI 10% dan amilum 1%. Pada uji kontrol negatif saat ditetes larutan amilum 1% sebanyak 3 tetes larutan bercampur dan ditetes larutan kalium iodida 10% sebanyak 3 – 5 tetes tidak ada perubahan warna dan pada kontrol positif dengan adanya perubahan warna menjadi hitam kebiruan. Pada hasil penelitian diperoleh semua sampel beras dengan uji kualitatif mendapatkan hasil negatif atau tidak mengandung klorin dalam sampel beras karena sampel uji tidak mengalami perubahan warna menjadi hitam kebiruan tercantum dalam lampiran 4. Pada kontrol positif larutan baku air beras yang dicampur bayclin/bahan aktif NaClO diteteskan amilum 1% hingga larutan uji tercampur yang berarti larutan uji telah melarut dengan amilum, kemudian diidentifikasi dengan penambahan larutan kalium iodida 10%, pada tetes pertama terbentuk warna kuning muda pada larutan yang hanya timbul sesaat kemudian hilang yang berarti larutan uji telah larut sempurna dengan kalium iodida, pada tetes kedua terbentuk
21
warna hitam kebiruan yang sedikit dan menghilang, pada tetes ketiga sampai tetes kelima terjadi perubahan warna menjadi hitam kebiruan di atas larutan yang bening yang terpisah. Dimana penelitian ini menggunakan metode reaksi warna. Terjadinya perubahan warna dari bening menjadi biru kehitaman dikarenakan asam klorida encer yang larut berubah menjadi kuning, kemudian timbul pembuihan dan klor dilepaskan : OCl- + H+ → HOCl HOCl + H+ + Cl- → Cl2↑ + H2O (Svehla, 1985) Gas ini berwarna hijau kekuningan dan baunya yang merangsang, dari sifat asam klorida yang memutihkan kertas lakmus yang basah dan dari kerjanya atas kertas kalium iodida – kanji yang diubahnya menjadi hitam kebiruan. Perubahan warna biru kehitaman terbentuk terjadi akibat lepasnya I2 yang berikatan dengan amilum membentuk senyawa komplek. Reaksi : OCl- + 2I- + H2O → I2 + 2OH- + Cl- (Svehla, 1985) Klorida yang dipanaskan dengan asam sulfat dan mangan (IV) oksida terjadi klor yang memutihkan kertas lakmus basah dan apabila dicampurkan dengan kanji – iodida terjadi perubahan warna biru kehitaman (Farmakope Indonesia, 1979). Pada 16 sampel juga diuji menggunakan ciri-ciri beras berpemutih tercantum pada tabel 1 halaman 10. Pertama diuji dengan cara melihat warna beras, beras pada sampel putih kelabu dan tidak mengkilap, beras kesat dan tidak tercium bau kimia. Kemudian beras di cuci menggunakan air dan dikocok, diamkan beberapa menit dan warna hasil cucian beras keruh sedikit kekuningan (kuning pucat). Beras direndam selama 3 hari dan menimbulkan bau tidak sedap serta warna air kuning pucat. Tidak terdapatnya klorin pada sampel yang telah diuji menunjukkan bahwa pada saat di penggilingan padi diduga tidak dicampurkan zat klorin atau pemutih. Selain itu juga dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan juga bahwa
22
para pedagang beras di Pasar Kahayan Baru tidak mencampurkan zat klorin atau pemutih pada beras yang mereka jual kepada masyarakat. Klorin atau pemutih banyak diperjualbelikan di pasaran dalam bentuk kalsium hipoklorit atau dikenal sebagai kaporit. Klorin sendiri adalah zat kimia yang berfungsi sebagai desinfektan, pembunuh kuman dan pemutih di bidang industri, misalnya bahan pemutih kertas dan pemutih pakaian. Zat klor sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh sebagai salah satu zat penguat, namun jika kadarnya tidak terawasi atau melebihi ambang batas dalam tubuh, maka dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Klorin yang ditambahkan sebagai Bahan Tambahan Makanan bertujuan untuk memutihkan, desinfektan dan untuk mempertahankan kualitas beras tersebut. Namun produsen kurang peduli dengan dampak negatifnya, semua demi keuntungan semata. Berdasarkan efek tersebut maka pemerintah tidak memasukkan klorin sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP). Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/per/IX/1988 tentang bahan tambahan makanan, disebutkan bahwa klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam kelompok pemutih dan pematang tepung. Selain itu dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 32/Permentan/OT.140/3/2007 tentang Pelarangan Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosohan beras, disebutkan bahwa klorin dan senyawanya dilarang digunakan pada beras. Penyimpangan dalam pemakaiannya akan membahayakan kesehatan manusia, khususnya buat generasi muda sebagai penerus bangsa. Di bidang pangan, diperlukan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu dan bergizi.
23
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa beras yang dijual di Pasar Kahayan Kota Palangka Raya tidak terdeteksi mengandung klorin, sehingga penelitian tidak dilanjutkan secara kuantitatif. B. SARAN Berdasarkan simpulan di atas maka dapat disarankan : 1. Pembeli yang ingin membeli beras sebaiknya lebih berhati-hati sebelum membelinya. Sebaiknya perhatikan ciri-ciri beras mengandung klorin atau pemutih yaitu warna putih mengkilap, licin dan tercium bau kimia. 2. Produsen beras diharapkan tidak menambahkan bahan-bahan berbahaya kedalam bahan pangan salah satunya zat klorin karena efeknya yang membahayakan bagi tubuh dan kesehatan. 3. Bagi instansi terkait diharapkan selalu memantau kualitas beras yang nantinya dikonsumsi oleh masyarakat luas dari bahan-bahan berbahaya contohnya zat klorin. 4. Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode dengan uji larutan kobalt nitrat dan uji larutan merkurium yang diasamkan. 5. Bagi
peneliti
diharapkan dapat
melanjutkan penelitian ini
dengan
mengidentifikasi zat-zat berbahaya lainnya yang ditambahkan pada beras.
24
DAFTAR PUSTAKA Cahyadi, W. 2012. Edisi Kedua Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Desrosier Norman W. 2008. Edisi Ketiga Teknologi Pengawetan Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum. 2011. Walikota Palangka Raya Resmikan Pasar Kahayan Baru. Diakses 26 April 2014. http://ciptakarya.pu.go.id/v3/?act=vin&nid=927. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan Departemen Kesehtan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta. Norlatifah. 2012. Identifikasi Klorin secara Kualitatif Pada Beras Yang Dijual Di Pasar Besar Kecamatan Pahandut Palangka Raya. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan. Peraturan Menteri Pertanian No. 32 tahun 2007. Tentang Pelarangan Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Pada Proses Penggilingan Padi, Huller dan Penyosohan Beras. Sartono. 2012. Racun Dan Keracunan. Penerbit Widya Medika. Jakarta. Sinuhaji. D.N. 2009. Perbedaan Kandungan Klorin (Cl2) Pada Beras Sebelum dan Sesudah Dimasak Tahun 2009. Svehla G. 1985. Edisi Kelima Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Penerbit Kalman Media Pustaka. Jakarta.
25
Lampiran 1. Sampel Beras
BERAS A
BERAS A
26
BERAS B
BERAS B
27
BERAS C
BERAS C
28
BERAS D
BERAS D
29
BERAS E
BERAS E
30
BERAS F
BERAS F
31
BERAS G
BERAS G
32
BERAS H
BERAS H
33
BERAS I
BERAS I
34
BERAS J
BERAS J
35
BERAS K
BERAS K
36
BERAS L
BERAS L
37
BERAS M
BERAS M
38
BERAS N
BERAS N
39
BERAS O
BERAS O
40
BERAS P
BERAS P
41
Lampiran 2. Reagen yang digunakan Kalium Iodida
Bayclin/pemutih
Amilum
42
Lampiran 3. Kontrol Positif dan Kontrol Negatif
43
Lampiran 4. Sampel yang telah di uji Beras Merek A
Beras Merek B
44
Beras Merek C
Beras Merek D
45
Beras Merek E
Beras Merek F
46
Beras Merek G
Beras Merek H
47
Beras Merek I
Beras Merek J
48
Beras Merek K
Beras Merek L
49
Beras Merek M
Beras Merek N
50
Beras Merek O
Beras Merek P
51
Lampiran 5. Nama Pedagang di Pasar Kahayan Baru Komplek Pasar Kahayan No. 1.
Merek Beras - Beras Lonceng
Nama Pedagang Fahuzian
Alamat Rumah Pedagang Jl. Kutilang No. 2 Z
- Beras Okey 2.
- Beras Raja Sepat
Fajri
Jl. Mendawai 5
- Beras Borneo - Beras Mayori - Beras Manggis 3.
- Beras Lahap
Wahyudi
Flamboyan Bawah
- Beras Gampur 4.
- Beras Cempaka
H. Maturidi
Jl. Beliang 1 Gg. Baru No. 7
H. Fadilah
Jl. Mendawai lurus No. 6
- Beras Mangga 5.
- Beras Maknyuss
6.
- Beras Raja dan Ratu
Nahdiah
Jl. Mendawai 4
- Beras Piring Nasi 7.
- Beras Raja Lele
Abdul Karim
Jl. Mendawai 5
8.
- Beras Nasi Uduk
Hamdi
Jl. Mendawai 2
9.
- Beras Mangkok
Hana
Jl. Mendawai 2