BAB
I
PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan pikir dalam menumbuhkan kepercayaan diri maupun dorongan sikap dan perilaku, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimuli terhadap tindakan seseorang. Seseorang dapat mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Pengetahuan yang telah dimiliki tersebut menjadikan seseorang memiliki kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (Haryati, 2007). Tingkat pengetahuan perawat yang kurang dapat menyebabkan komplikasi dan keluhan yang membahayakan bagi pasien sehingga dapat menyebabkan kematian Nashrulloh (2009, dalam Dwi, 2013). Pengetahuan yang kurang akan memberikan dampak yang negative terhadap pasien maupun terhadap perawat, hal ini dapat menyebabkan pelayanan yang diterima kurang bermutu, memperberat kondisi sakit pasien karena pelayanan yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan pasien Hamid (2000, dalam Dwi, 2013). Penting bagi perawat untuk memahami dan mempelajari perawatan luka karena ia bertanggung jawab terhadap evaluasi keadaan pembalutan selama 24 jam. Perawat mengkaji dan mengevaluasi perkembangan serta protokol manajemen perawatan terhadap luka kronis dimana intervensi perawatan merupakan titik tolak terhadap proses penyembuhan luka, apakah menuju kearah perbaikan atau perburukan. Selain itu perawat bertanggung jawab terhadap optimalisasi kualitas hidup penderita dengan luka terutama luka diabetes. Perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang
1
2
tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis (Huda, 2010). Isu lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness, yaitu pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Perawat juga dituntut untuk meningkatkan skill dan pengetahuan tentang manajemen luka yang paling baik dengan memilih bahan perawatan yang efektif dan efisien, seperti cairan NaCl 0.9% dan cairan D40% sebagai pengganti bahan madu yang lebih mahal Saldi (2012, dalam Indanah, 2013). Perawat merupakan seorang professional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan. Pemenuhan kebutuhan kepuasan pasien selama di rumah sakit diperlukan tenaga kesehatan yang harus mempunyai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) yang tinggi serta mempunyai sikap professional (attitude) dan dapat menunjang pembangunan kesehatan. Pelayanan yang diberikan akan berkualitas dan dapat memberikan kepuasan pada pasien sebagai penerima pelayanan maupun perawat sebagai pemberi pelayanan Hamid (2000, dalam Dwi, 2013). Hamid (2000, dalam Dwi, 2013) menyatakan bahwa karakterisitik keperawatan sebagai profesi antara lain memiliki pengetahuan yang melandasi keterampilan dan pelayanan serta pendidikan yang memenuhi standar. Pelayanan keperawatan yang professional haruslah dilandasi oleh ilmu pengetahuan. Mutu pelayanan perawat antara lain juga ditentukan oleh pendidikan keperawatan. Perawat dengan pendidikan yang baik akan melakukan praktik keperawatan yang efektif dan efisien yang selanjutnya akan menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi. Perawat, sebagai tenaga ujung tombak dan berhubungan langsung dengan pasien selama 24 jam, harus dapat mengaktualisasikan diri secara fisik,
3
emosional, dan spiritual untuk merawat orang yang mengalami penyakit kritis (Haryati, 2007). Menurut Sastrohadiwiryo (2002) pelatihan merupakan proses membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan,kecakapan, pengetahuan, dan sikap yang layak. Carvile (2007, dalam Anto, 2012) mengatakan untuk mengoptimalkan peningkatan penyembuhan luka diperlukan kemampuan personal yang baik. Penilaian kualitas tindakan perawatan luka merupakan bagian dari audit proses,yang akan dilaksanakan menggunakan Standart Operasional Prosedur keperawatan luka yang telah yang disyahkan penggunaannya di Rumah Sakit PKU. Tindakan perawatan luka pada luka akut bertujuan menghilangkan exudat, mengurangi nyeri, mengindarkan luka insisi dari kontaminasi, menjaga suhu sekitar luka dan menjaga sekitar kulit Carvile (2007, dalam Anto, 2012). Di Indonesia dilaporkan sebanyak 8,4 juta jiwa pada penderita DM tahun 2001, meningkat menjadi 14 juta pada tahun 2006 dan diperkirakan menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2020. Indonesia menduduki peringkat ke-empat dengan jumlah diabetes terbanyak setelah India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa) dan Amerika Serikat (17,7 juta jiwa) (Indanah, 2013). Hasil survey Departemen Kesehatan angka kejadian dan komplikasi DM cukup tersebar sehingga dikatakan sebagai masalah nasional yang harus mendapat perhatian karena komplikasinya sangat mengganggu kualitas penderita. Angka kematian ulkus pada penyandang diabetes mellitus berkisar antara 17-32%, sedangkan laju amputasi berkisar antara 15-30%. Para ahli diabetes memperkirakan ½ sampai ¾ kejadian amputasi dapat dihindarkan dengan perawatan luka yang baik, lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang luka diabetes khususnya diakibatkan oleh ulkus gangren diseluruh dunia Depkes (2010, dalam Indanah, 2013).
4
Menurut penelitian Saldi (2012) perawatan luka yang intensif akan mempercepat kesembuhan luka bila dibandingkan dengan terapi farmakologis. Perawatan luka yang efektif menurut The Journal of Family Practise (2005) adalah dengan cara mengkondisikan luka agar tetap lembab sehingga dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi. Hal ini dilakukan dengan balutan yang mengandung glukosa seperti madu atau cairan D40%. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyatin pada tahun 2007 dengan hasil penelitian secara deskriptif, metronidazole lebih baik dibandingkan dengan NaCl 0,9% terutama untuk perawatan luka diabetik pada indikator bau dan sekresi, walaupun secara statistik tidak signifikan. Dampak perawatan untuk luas luka dan granulasi tidak begitu mengalami perubahan secara berarti sedangkan untuk bau dan sekresi terjadi peningkatan hasil yang lebih baik. Menurut data kepegawaian jumlah perawat adalah 151 orang, dan berdasarkan hasil wawancara penulis kepada 8 orang perawat didapatkan masih banyak perawat yang tidak mengetahui dan melaksanakan perawatan luka
sesuai dengan standart
operasional. Berdasarkan hasil tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan perawatan luka diabetes melitus gangren di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan 2014. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan perawatan luka gangren di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014 ? C. Tujuan penelitian 1.
Tujuan umum penelitian Untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan perawatan luka gangren di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan tahun 2014.
5
2.
Tujuan khusus penelitian a) Untuk mengetahui pengetahuan perawat mengenai perawatan luka di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014 b) Untuk mengetahui pelaksanaan perawatan luka di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014.
D. Manfaat penelitian 1.
Bagi perawat Sebagai bahan evaluasi bagi perawat tentang pengetahaun dan pelaksanaan perawat luka diabetes melitus ganggren.
2.
Bagi Pihak Manajemen Rumah Sakit Sebagai bahan acuan dan evalusi kepada Rumah Sakit tentang pengetahuan perawat dengan dengan pelaksanaan perawatan luka diabetes melitus ganggren.
3.
Bagi Kepala Ruangan Dari hasil penelitian ini agar diterapkan dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengevaluasi pelayanan yang diberikan perawat, khususnya dalam perawatan luka diabetes melitus ganggren.
4.
Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pelaksanaan perawatan luka gangren.