1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Inovasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara mensubtitusi model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini bertujuan agar pembelajaran tersebut dapat tercapai secara optimal. Model pembelajaran yang efektif dan efisien adalah model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi, kondisi siswa dan sarana yang tersedia. Model pembelajaran mempunyai spesifikasi tersendiri, artinya suatu model pembelajaran yang cocok untuk suatu materi belum tentu cocok untuk materi yang lain. Pelajaran kimia merupakan salah satu pelajaran IPA yang pada hakikatnya merupakan pengetahuan yang berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Perkembangan ilmu kimia diarahkan pada produk ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dan akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi siswa. Sedangkan materi pokok laju reaksi merupakan materi yang membutuhkan pemahaman serius dan ditunjang dengan sikap ilmiah melalui aktivitas (praktikum) di laboratorium. Sehingga untuk memperoleh informasi mengenai itu, siswa diharuskan lebih banyak membaca dan melakukan unjuk kerja. Namun hal ini tidaklah cukup, harus ada bukti yang kuat untuk menunjukkan bahwa mereka telah belajar. Salah satunya adalah dengan menyampaikan apa yang mereka peroleh melalui serangkaian diskusi atau presentasi. Aspek verbalitas dalam pembelajaran mutlak diperlukan, terlebih lagi saat sesi diskusi kelas yang menuntut untuk lebih banyak berargumen. Kreativitas verbal sangat diperlukan untuk mengeluarkan pendapat atau bertanya di saat sesi diskusi dan berhubungan dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan prestasi yang dicapai saat evaluasi. Agar proses penyampaian dapat efektif dan
1
2
efisien maka bentuk presentasi harus disiapkan oleh tim dengan kerjasama yang baik, sehingga diharapkan siswa akan semangat dalam belajar dan menikmatinya. Dan pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar mereka menjadi lebih baik SMA Negeri 2 Karanganyar merupakan salah satu sekolah favorit yang telah memiliki sarana dan prasarana penunjang KBM yang memadai. Walaupun demikian fasilitas yang tersedia di sana belum difungsikan secara maksimal. Berdasarkan data observasi kelas terhadap 67 siswa, sebanyak 66% siswa mengaku kesulitan dalam memahami pelajaran kimia, 78% siswa tidak memiliki buku pendamping kimia untuk menambah referensi belajar kimia, 64% siswa mengaku bosan ketika menerima pelajaran kimia, dan 67% siswa mengaku jarang berlatih soal-soal kimia. Hal ini mengindikasikan bahwa ketertarikan terhadap pelajaran kimia sangat kurang. Namun di sisi lain, sebanyak 100% siswa merasa tidak keberatan untuk berbagi ilmu dengan temannya dalam memecahkan soal kimia atau hal-hal tentang pelajaran kimia yang belum dimengerti, dan 88% siswa lebih suka berdiskusi dengan teman-temannya. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki ketrampilan dalam bersosialisasi. Tidak hanya itu, sebanyak 88% siswa juga berharap akan hadirnya metode pembelajaran baru yang dapat membantu mereka dalam memahami pelajaran kimia. Hal ini merupakan modal utama dalam menjalin interaksi sosial di lingkungan belajar mereka. Proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Karanganyar masih bersifat konvensional yakni menggunakan metode ceramah. Pembelajaran sains terutama mata pelajaran kimia masih bersifat deduktif, teks book, monoton, berpusat pada guru (teacher center), kurang mengaktifkan siswa, siswa jarang terlibat dalam pembelajaran secara tim, pembelajaran hanya menitikberatkan pada tujuan dan kurang menerapkan pengajaran dengan beberapa pendekatan maupun metode yang dapat meningkatkan prestasi siswa. Pada waktu pembelajaran berlangsung biasanya siswa menjadi pasif, malas, dan kurang bersemangat sehingga prestasi siswa menurun. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI, prestasi belajar kimia siswa SMA N 2 Karanganyar belum tuntas, siswa belum
3
terbiasa menggunakan metode diskusi dan terlibat dalam pembelajaran secara tim bahkan akhir-akhir ini siswa kurang termotivasi dalam belajar kimia. Pada tahun ajaran 2008/2009 nilai mata pelajaran kimia siswa pada materi pokok laju reaksi kelas XI IPA 1 mencapai 56,25; kelas XI IPA 2 adalah 51,02; kelas XI IPA 3 mencapai 44,47; kelas XI IPA 4 mencapai 43,19 dan kelas imersi mencapai 52,48. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran di sana harus terdapat upaya perbaikan mutu pembelajaran. Dalam pendidikan konvensional yang sering diterapkan di sekolahsekolah, tidak mengajarkan nilai-nilai yang bisa dipegang dan dianut, sehingga pada diri siswa tidak terbentuk karakter yang baik. Selain itu siswa juga tidak dibekali metode pemecahan masalah. Struktur reward kompetitif dalam memperoleh prestasi belajar sangat menonjolkan reward individual dan mereka jarang terlibat dalam usaha pencapaian reward dengan struktur reward kooperatif melalui pemberian pemahaman terhadap teman-teman belajarnya. Berkaitan
dengan
hal
tersebut,
perlu
diupayakan
suatu
bentuk
pembelajaran yang tepat untuk suatu materi. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan pada materi laju reaksi adalah ketrampilan kooperatif dimana dalam
pembelajaran
ini
siswa
dilibatkan
dalam
pembelajaran
dengan
mengembangkan sikap saling bekerjasama antara siswa satu dengan siswa yang lain. Metode pembelajaran kooperatif banyak macamnya. Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah metode pembelajaran kooperatif GI (Group Investigation) dan Jigsaw. Metode pembelajaran GI (Group Investigation) dan Jigsaw merupakan kegiatan pembelajaran kooperatif yang bertujuan agar siswa memperoleh pemahaman dalam mengelola informasi dengan diskusi dan kerjasama bersama kelompok atau tim. Pendekatan GI (Group Investigation) dan Jigsaw dirasa mampu mengcover kebutuhan belajar siswa dalam memahami materi pokok laju reaksi. Karena dalam metode ini mencakup kebutuhan belajar siswa diantaranya investigasi, diskusi, dan kerjasama yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah serta aktivitas di laboratorium sehingga menunjang kebutuhan belajar siswa dalam memahami materi pokok laju reaksi.
4
Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Dengan menggali lebih dalam dari suatu topik, diharapkan siswa menjadi terfokus dalam memahami materi pelajaran sehingga memicu probabilitas kemampuan belajar terbaik yang mereka miliki. Proses berbagi ilmu juga akan mereka dapatkan ketika belajar bersama. Mereka juga akan belajar menyampaikan apa yang ada dalam kepala mereka secara verbal dan hal ini menuntut kreativitas verbal mereka dalam menyampaikannya, sehingga belajar bersosialisasi menjadi nilai tambah tersendiri bagi mereka dalam memahami lingkungannya. Karakteristik seperti yang telah disebutkan di atas terangkum dalam pendekatan GI (Group Investigation) dan Jigsaw sehingga kedua pendekatan ini memiliki peluang yang seimbang dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan dilaksanakan suatu penelitian tentang metode pembelajaran kooperatif GI (Group Investigation) dan Jigsaw dengan harapan siswa dapat aktif, bergairah dalam belajar, tidak bosan, dan lebih mudah dalam memahami pelajaran sehingga siswa akan termotivasi dalam memberdayakan kreativitas verbal yang mereka miliki untuk berbagi ilmu dengan teman-temannya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk selanjutnya akan diteliti tentang studi komparasi metode pembelajaran kooperatif GI (Group Investigation) dan Jigsaw terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari kreativitas verbal pada materi pokok laju reaksi kelas XI ilmu pengetahuan alam semester gasal tahun pelajaran 2009/2010 di SMA N 2 Karanganyar.
5
B. Identifikasi Masalah Dengan memperhatikan uraian di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Apakah yang membuat prestasi belajar siswa menurun? 2. Apakah siswa terbiasa menggunakan metode diskusi dan terlibat dalam pembelajaran secara tim? 3. Apakah model pembelajaran kooperatif dapat menjawab masalah di atas? 4. Apakah metode pembelajaran kooperatif GI (Group Investigation) dan Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok laju reaksi? 5. Apakah prestasi belajar siswa pada pokok bahasan laju reaksi yang diajar dengan
metode
pembelajaran
kooperatif
kooperatif
GI
(Group
Investigation) lebih tinggi dari metode pembelajaran kooperatif Jigsaw pada materi pokok laju reaksi? 6. Apakah kreativitas verbal memang diperlukan untuk mengeluarkan pendapat atau bertanya di saat sesi diskusi dan berhubungan dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan prestasi yang dicapai saat evaluasi? 7. Apakah kreativitas verbal siswa dapat berpengaruh dalam memperbaiki prestasi belajar pada materi pokok laju reaksi? 8. Adakah
interaksi
metode
pembelajaran
kooperatif
GI
(Group
Investigation) dan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan kreativitas verbal siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok laju reaksi?
6
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah maka diperlukan pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada : 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas XI semester gasal di SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010 2. Metode pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran kooperatif GI (Group Investigation) (untuk kelas eksperimen I) dan Jigsaw (untuk kelas eksperimen II). 3. Materi pokok Materi pelajaran yang diberikan dibatasi pada materi pokok laju reaksi 4. Kreativitas Verbal Kreativitas Verbal dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. a. Siswa
dikategorikan
memiliki
kreativitas
verbal
tinggi
jika
verbal
rendah
jika
memperoleh skor menjawab benar di atas mean. b. Siswa
dikategorikan
memiliki
kreativitas
memperoleh skor menjawab benar di bawah dan/atau sama dengan mean. Tes kreativitas verbal terdiri dari enam sub tes yang semuanya mengukur dimensi operasi berpikir divergen, dengan dimensi kontan verbal, tetapi masing-masing berbeda dalam dimensi produk. Setiap sub tes mengukur aspek yang berbeda dari berfikir kreatif. “Kreativitas“ atau “berpikir kreatif” secara operasional dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir. 5. Prestasi Belajar Prestasi belajar yang digunakan adalah penilaian dalam aspek kognitif, dan aspek afektif.
7
6. Interaksi Metode Pembelajaran dan Kreativitas Verbal Adanya interaksi diindikasikan dari prestasi belajar materi pokok laju reaksi pada siswa yang memiliki kreativitas verbal tinggi akan memberikan hasil yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas verbal rendah apabila dikenai metode pembelajaran Group Investigation, dan Jigsaw. Sedangkan tidak adanya interaksi diindikasikan dari prestasi belajar materi pokok laju reaksi pada siswa yang memiliki kreativitas verbal rendah dapat mencapai hasil yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas verbal tinggi apabila dikenai metode pembelajaran Group Investigation, dan Jigsaw. D. Perumusan Masalah Setelah dilakukan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dikemukakan perumusan masalah, sebagai berikut : 1. Apakah metode pembelajaran kooperatif GI (Group Investigation) dan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok laju reaksi? 2. Apakah kreativitas verbal siswa dapat memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok laju reaksi? 3. Apakah terdapat interaksi metode pembelajaran kooperatif GI (Group Investigation) dan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan kreativitas verbal siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok laju reaksi? E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini diselenggarakan dengan tujuan untuk: 1. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok laju reaksi dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif GI (Group Investigation) dan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw. 2. Menentukan keterkaitan akan pengaruh positif dari kreativitas verbal siswa terhadap prestasi belajar siswa materi pokok laju reaksi.
8
3. Menentukan interaksi antara metode pembelajaran kooperatif GI (Group Investigation) dan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan kreativitas verbal siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok laju reaksi. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dalam penelitian ini sebagai mengetahui pencitraan paradigma model pembelajaran Cooperative Learning yakni metode pembelajaran kooperatif GI (Group Investigation) dan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw terhadap prestasi belajar siswa yang ditinjau dari kreativitas verbal siswa pada materi pokok laju reaksi. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan masukan untuk mempertimbangkan perbaikan secara teknis edukatif proses peningkatan kualitas guru kimia dalam mengembangkan pencapaian prestasi belajar khususnya pada pokok bahasan laju reaksi. b. Bagi guru kimia, dapat dijadikan sebagai alternatif metode pembelajaran dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). c. Sebagai sarana belajar dan koreksi diri bagi siswa dalam pembelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan laju reaksi. d. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi professional guru dalam memahami dan mengembangkan proses pembelajaran kimia. e. Informasi kepada masyarakat (orang tua dan stake holder). f. Memberikan
informasi
kepada
peneliti
lainnya
yang
ingin
mengembangkan penelitian serupa guna memperbaiki prestasi belajar siswa.