BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Salah satu fungsi dari rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit (Depkes RI, 2009). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Merauke merupakan rumah sakit pemerintah Kabupaten Merauke yang pada tahun 2001 ditetapkan sebagai rumah sakit tipe C melalui keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI No.727/Menkes-Kesos/V/2001 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Merauke. RSUD Kabupaten Merauke memiliki kapasitas tempat tidur 210 buah. Rumah sakit ini merupakan rujukan di daerah Papua Selatan dan berjarak jauh dari rumah sakit rujukan tingkat lanjut (rujukan terdekat adalah RSUD Jayapura). RSUD Kabupaten Merauke memiliki visi yaitu “Menjadi rumah sakit rujukan yang profesional di lingkungan Kabupaten Merauke dan sekitarnya”. Untuk mencapai visi tersebut, maka RSUD Kabupaten Merauke melaksanakan misi yaitu: 1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan prima; 2) Profesionalisme tenaga kesehatan dengan pemberdayaan secara berkesinambungan melalui pendidikan dan latihan; 3) Menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien dengan berorientasi pada kepuasan dan kesejahteraan bagi semua pihak yang terkait dalam pelayanan (Anonim, 2012). Bentuk organisasi RSUD Kabupaten Merauke mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Merauke Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUD Kabupaten Merauke. Jumlah tenaga di RSUD Kabupaten Merauke sebanyak 481 orang, yang terdiri dari 34 orang tenaga medis dan 447 orang tenaga non medis. Pengelolaan dan pelayanan obat di RSUD Kabupaten Merauke dilakukan oleh Tenaga kefarmasian yang terdiri dari 7 Apoteker, 2 Asisten Apotekr, 1 Tenaga Teknis Kefarmasian dan 1 Tenaga D1 Manajemen Farmasi. (Anonim, 2012).
Pelayanan medis yang dapat dilaksanakan oleh RSUD Kabupaten Merauke yaitu pelayanan gawat darurat, yang dilakukan selama 24 jam; pelayanan rawat jalan, terdiri dari poliklinik umum, poliklinik spesialis anak, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik kebidanan, poliklinik spesialis bedah, poliklinik spesialis penyakit dalam, poliklinik Telinga Hidung Tenggorokan (THT), poliklinik tuberculosis (TB) Paru, poliklinik spesialis mata dan fisioterapi. Pelayanan rawat inap, terdiri dari instalasi medik umum, instalasi penyakit dalam, instalasi bedah, instalasi anak, serta kebidanan/kandungan dan Intensive Care Unit (ICU). Pelayanan operasi (pembedahan), terdiri dari bedah umum, obsgyn, mata dan THT (Anonim, 2012). Pelayanan penunjang medis yang disediakan oleh RSUD Kabupaten Merauke meliputi pelayanan laboratorium, yang terbagi menjadi pemeriksaan hematologi, pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan serologi, pemeriksaan cairan tubuh dan pemeriksaan mikrobiologi; pelayanan radiologi, yang terdiri dari foto tanpa bahan kontras, foto dengan bahan kontras, foto gigi dento alveolar, foto dengan roll film, fluoroskopi. Pelayanan farmasi mencakup penyediaan obat, pelayanan resep dan pelayanan informasi obat untuk keperluan pasien. Pelayanan rehabilitasi medik, terdiri dari latihan fisik, akinoterapi, elektroterapi, traksi lumbal, okupasiterapi, manual terapi dan senam nifas. Pelayanan gizi, menyediakan pemenuhan gizi pasien (Anonim, 2012). Pelayanan kefarmasian merupakan rangkaian penting sebelum pasien memperoleh obat. Pelayanan medis dan kefarmasian yang disediakan oleh RSUD Kabupaten Merauke dijamin mutunya dengan serangkaian alat manajemen mencakup formularium dan Standar Pelayanan Medis (SPM). Formularium adalah daftar informasi obat yang dilengkapi dengan indikasi, kontra indikasi, dosis, cara penggunaan hingga harga obat (MSH, 2003). Pada tahun 2012 jumlah resep obat yang diterima di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Merauke adalah sebanyak 121.382 lembar resep, dimana persentase resep yang tidak dapat dilayani adalah sebesar 11% (Anonim, 2012). Sebagai pencerminan kualitas pelayanan obat, dapat dilihat dari resep yang dilayani di Apotek RSUD Kabupaten Merauke. Resep yang dilayani RSUD Kabupaten Merauke pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Pelayanan Resep Obat di Apotek RSUD Kab. Merauke Tahun 2012 No. 1. 2. 3.
Asal Penerimaan Resep Rawat Jalan Rawat Inap Unit Gawat Darurat Jumlah
Resep Yang diterima (Lembar) 47.665 38.438 35.279 121.382
Persentase (%) 39,27 31,67 29,00 100,00
Adanya resep yang tidak terlayani ini mengindikasikan adanya masalah dalam penerapan formularium oleh dokter. Hal ini diperjelas dengan adanya beberapa apotek disekitar rumah sakit yang sering menerima resep dari rumah sakit. Kurangnya penerapan formularium ini dimungkinkan karena ketersediaan obat yang kurang, atau mutu formularium yang kurang baik. Selama terbentuk, formularium RSUD Kabupaten Merauke belum pernah evaluasi, sehingga dirasakan perlu adanya evaluasi penerapan formularium RSUD Kabupaten Merauke. Pelayanan rawat inap instalasi anak merupakan pelayanan rawat inap yang memiliki pasien paling banyak, yaitu 19% dari seluruh pasien pada tahun 2012. Selain itu Instalasi Rawat Inap Anak telah memiliki Standar Pelayanan Medis (SPM) yang lengkap, sehingga dapat diasumsikan bahwa formularium RSUD Kabupaten Merauke telah mengacu pada SPM selain mengacu pada DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional) tahun 2011.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah formularium rumah sakit sudah diterapkan dengan baik dalam peresepan di instalasi rawat inap anak RSUD Kabupaten Merauke tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yaitu : 1. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui penerapan formularium dalam peresepan di instalasi rawat inap anak RSUD Kabupaten Merauke tahun 2012. 2. Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Mengetahui kesesuaian obat yang diresepkan dengan formularium RSUD Kabupaten Merauke tahun 2012. b. Mengetahui ketersediaan obat di RSUD Kabupaten Merauke tahun 2012. c. Mengetahui mutu formularium RSUD Kabupaten Merauke tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah kajian ilmiah tentang penerapan formularium rumah sakit dalam peresepan di instalasi rawat inap anak. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi RSUD Kabupaten Merauke sebagai data dasar dalam pelaksanaan revisi formularium berikutnya dan masukan untuk penerapan formularium RSUD Kabupaten Merauke.
E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang penerapan formularium di rumah sakit telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain sebelumnya, diantaranya dilakukan oleh Joice pada tahun 2009 dengan judul penelitian “Penerapan Formularium Rumah Sakit di RSUD Atambua Tahun 2004-2008”. Dalam penelitian ini Joice meneliti bagaimana penerapan formularium mempengaruhi pengelolaan obat dan pendapatan Rumah Sakit. Selain itu Joice juga meneliti faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ketidakpatuhan penulis resep terhadap formularium. Pada tahun yang sama penelitian tentang penerapan formularium juga dilakukan oleh Megawati di RSUD Tugurejo Semarang. Dalam penelitiannya Megawati melakukan
analisis
pada
penerapan
formularium
yang
mempengaruhi
ketersediaan obat di Rumah Sakit tersebut. Penelitian lain juga dilakukan oleh Regaletha pada tahun 2009. Pada penelitiannya Regaletha melihat faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kepatuhan dokter dalam menulis resep berdasarkan formularium di RSUD Prof.Dr.W.Z. Johannes Kupang. Penelitian ini dilakukan dengan melihat resep untuk pasien rawat jalan. Penelitian lain dilakukan oleh Kamrin pada tahun 2010 dengan melihat penerapan formularium dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan formularium di Rumah Sakit Jogja International Hospital Yogyakarta. Dalam
penelitiannya
Kamrin
melakukan
observasi
mengenai
cara
menyusun
formularium, tata cara penerapan fomularium, bagaimana ketaatan dokter terhadap formularium dan bagaimana peran PFT dalam penerapan formularium. Pada tahun 2011 Arfah melakukan penelitian di Poli Anak Instalasi Rawat Jalan Rumah sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar. Penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi pemanfaatan formularium dengan menghitung persentase ketaatan penulis resep terhadap formularium dan persentase substitusi obat. Penelitian lain tentang penerapan formularium juga dilakukan Medisa di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada tahun 2012. Dalam penelitiannya Medisa melakukan evaluasi kesesuaian resep dengan SPM dan formularium jamkesmas pada pasien rawat jalan jamkesmas dengan menghitung persentase obat yang tidak terlayani dan obat yang disubstitusi; menghitung biaya rata-rata per resep dari masing-masing penyakit. Penelitian lain juga dilakukan Sofiana pada tahun 2013 di RSJ Grhasia Yogyakarta dengan melakukan analisis terhadap penerapan formularium terhadap ketersediaan obat psikotik yang diukur melalui persentase kesesuaian item obat psikotik
yang
tersedia,
persentase
jumlah
item
obat
psikotik
yang
rusak/kadaluarsa, persentase nilai (rupiah) stok obat berlebih dan persentase waktu rata-rata kekosongan obat. Perbedaan penelitian lain dengan penelitian ini adalah penelitian ini mengevaluasi penerapan formularium dalam peresepan di Instalasi Rawat Inap Anak RSUD Kabupaten Merauke dengan melihat ketaatan penulis resep terhadap fomularium, ketersediaan obat dan mutu formularium di apotek rumah sakit.