BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan
nasional
dibidang
kesehatan
bertujuan
untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sehingga dapat terbentuk sumber daya manusia yang produktif. Menurut batasan ilmiah, sehat atau kesehatan sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 diartikan sebagai keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial. Derajat kesehatan yang optimal merupakan cara pandang berorientasi pada upaya kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat tanpa mengesampingkan yang sakit. Pembangunan bidang kesehatan yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian dapat dilakukan dengan upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) secara terpadu dan menyeluruh (Notoadmojo, 2010). Penyakit tidak menular/non-communicable diseases (NCD), terutama penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis dan diabetes merupakan ancaman utama bagi kesehatan dan perkembangan manusia. Keempat penyakit tersebut adalah pembunuh terbesar didunia, diperkirakan menyebabkan 35 juta kematian setiap tahun, 60% dari semua kematian secara global dan 80% terjadi di Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah( World Health Organization, 2008 ). Stroke merupakan salah satu dari empat penyakit tidak menular yang menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Stroke mengacu pada setiap gangguan neurologis mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak ( Price, 2005 ) Semakin banyaknya penyakit stroke di era modern ini disebabkan oleh beberapa masalah serius yang perlu diketahui bahkan penyakit stroke ini dapat menyerang siapa saja yang berisiko termasuk usia-usia produktif. Jumlah
penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Saat ini Indonesia tercatat sebagai Negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. (Yastroki, 2009) Menurut Gemari (2008) angka ini diperberat dengan adanya pergeseran usia penderita stroke yang semula menyerang orang usia lanjut kini bergeser kearah usia produktif bahkan kini banyak menyerang anak-anak usia muda. Hal yang perlu diperhatikan adalah akibat pasca stroke atau saat rehabilitasi yang biasanya dijumpai berbagai masalah akibat gejala sisa dari fungsi otak yang tidak membaik sepenuhnya. Gejala sisa ini diantaranya adalah kelumpuhan pada satu sisi tubuh, menurun atau hilangnya rasa, gangguan status mental/kognitif, gangguan bahasa dan lebih lanjut gangguan fungsional serta kurangnya aktivitas (Acivena, 2010). Diantara
masalah-masalah
ini
ketidakmampuan
fisik
yang
menyebabkan hilangnya peran hidup yang dimiliki penderita sebelum sakit dapat menyebabkan gangguan persepsi akan arti diri yang bersangkutan dan mengurangi kualitas hidupnya. Beraktivitas secara mandiri dan optimal adalah tujuan utama yang harus dapat dilakukan oleh pasien pasca stroke.Salah satu bentuk aktivitas yang harus dilakukan oleh pasien pasca stroke untuk dapat kegiatan sehari-hari seperti sebelum terkena serangan stroke adalah mengembalikan kebugaran tubuh. Kebugaran tubuh ini sering menjadi masalah bagi pasien pasca stroke untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri. Selain itu kebugaran jasmani yang baik membantu menghindarkan tubuh dari penyakit akibat kurang gerak (Leon, 2007) Volume Ekpresi Paksa 1 adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkan udara sebanyak-banyaknya. Melakukan aktivitas secara mandiri dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada jantung, pembuluh darah, paru, otot, serta aktivitas yang dilakukan dengan melakukan aktivitas secara mandiri akan meningkatkan elastisitas paru dan meningkatkan kapasitas penampungan dan penyaluran oksigen kealiran darah. Otot juga akan mengalami perubahan dengan melakukan aktivitas secara mandiri. Ukuran
serabut otot akan bertambah besar dan sistem penyediaan energi diotot akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan bertambahnya kekuatan, kelenturan, dan daya tahan otot. ( kushartanti, 2007 ) Melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri secara tidak langsung melatih otot-otot pernapasan, sehingga akan meningkatkan kemampuan dan daya tahan otot-otot pernapasan ( Rosetya, 2011) Penurunan FEV1 dapat terjadi karena adanya gangguan pada otot pernapasan dan berkurangnya daya pengembangan paru. Kelumpuhan otot pernapasan dapat disebabkan oleh banyak penyakit salah satunya yaitu cedera saraf spinal. Banyak tantangan baru yang akan terjadi setelah penderita pasca stroke yang sudah mampu beraktivitas mandiri salah satunya adalah kebugaran tubuh yang belumoptimal. Maka dari itu dapat dilakukan penelitian untuk membuktikan bagaimana kebugaran tubuh penderita pasca stroke terjaga dan optimal. Sehingga latihan kardiovaskular memungkinkan daya kardiorespirasi akan meningkat maka akanterjadi optimalisasi kebugaran tubuh untuk memaksimalkan kualitas hidup penderita pasca stroke. Kapasitas paru-paru udara yang masuk dan keluar saat berlangsungnya proses pernapasan biasa dinamakan udara pernapasan atau volume udara tidal .Untuk mengetahui FEV1 pada pasien stroke membutuhkan tim medis salah satu timnya adalah Fisioterapi. Gerakan untuk latihan kebugaran tubuh harus bervariasi dengan dimensi kemampuan fungsional. Semakin baik kebugaran tubuh penderita pasca stroke semakin baik pulakinerja dan kualitas hidupnya (Susanto, 2010) Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi (PerMenKes RI No.80 Tahun 2013). Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat topik tersebut kedalam penelitian. Penelitian yang akan dilakukan pada pasien pasca stroke dan akan menilai Adakah Hubungan antara Aktivitas
Sehari-hari terhadap Volume Ekspresi Paksa 1 detik (FEV1) pada pasien pasca stroke? B. Identifikasi Masalah Pada pasien dengan gangguan kardiorespirasi contohnya pada pasien stroke mengalami banyak masalah pada sistem kardiorespirasinya dikarenakan pada pasien dengan kondisi usia lanjut itu residu pernapasan menjadi cepat dan pendek, akibat residu volume pernapasan yang meningkat sehingga tidal volume menurun. Kurangnya aktivitas mengakibatkan mobilitas thoraks kurang mengembang, sehingga tidal volumnya menurun. Activities of Daily Living (ADL) atau Aktivitas Sehari-hari adalah fungsi dan aktifitas yang biasanya dilakukan tanpa bantuan, meliputi kegiatan personal hygiene, mandi, makan, toileting, berpakaian, mengontrol BAB, mengontrol BAK, ambulasi atau pergerakan, berpindah ke dan dari kursi atau tempat tidur. Kebutuhan klien akan bantuan dalam ADL mungkin bersifat sementara, permanen, atau rehabilitatif. Kemampuan aktivitas dasar sehari-hari pada pasien stroke meliputi kemampuan aktivitas dasar dalam transfer/pindah (tidur dan mobilisasi, penggunaan toilet (ke atau dari wc, menyiram, menyeka, melepas/memakai celana), membersihkan diri (lap muka, menyisir rambut, gosok gigi), mengontrol buang air besar, mengontrol buang air kecil,mandi, berpakaian, makan, naik dan turun tangga. (Mc Dowell & Newell, 2006) Identifikasi faktor risiko stroke sangat penting untuk mengendalikan kejadian stroke di suatu negara. Oleh karena itu, berdasarkan identifikasi faktor risiko tersebut maka dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit stroke, terutama untuk menurunkan angka kejadian stroke. Kebugaran kardiorespirasi bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, struktur tubuh serta ada atau tidaknya penyakit kronik atau disabilitas. Pada pasien stroke sangat terjadi dekondisi kardiorespirasi dan muskular, literatur yang ada menyebutkan bahwa kebugaran kardiorespirasi berkurang hampir 50% bila dibandingkan dengan populasi seusia dengan pola hidup. Masih belum jelas apakah penurunan
kebugaran ini terjadi karena kondisi premorbid, efek langsung dari stroke atau akibat inaktivitas fisik pasca stroke. Namun apapun penyebabnya, penting untuk menilai FEV1 pasien stroke untuk penyesuaian respon fisiologis saat memberikan intervensi. Berdasarkan identifikasi masalah-masalah yang sering dijumpai pada pasien stroke maka penelitian ini hanya mengacu pada masalah Aktivitas Sehari-hari pada Pasien Pasca Stroke. C. Rumusan Masalah Dari berbagai uraian latar belakang tersebut diatas maka akan timbul masalah sebagai berikut “Adakah Hubungan antara Aktivitas Sehari-hari terhadap Volume Ekspresi paksa 1 detik (FEV1) pada Pasien Pasa Stroke ? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan antara Aktivitas Sehari-hari terhadap Volume Ekspresi paksa 1 detik ( FEV1 ) pada pasien pasca stroke ? E. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, dapat memperdalam tentang Hubungan antara Aktivitas Sehari-hari terhadap Volume Ekspresi paksa 1 detik ( FEV1) pada Pasien Pasca Stroke ? 2. Bagi pasien, untuk meningkatkan dan mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. 3. Bagi institusi pendidikan menambah referensi mengenai Aktivitas Seharihari terhadap Volume Ekspresi paksa 1 detik ( FEV1) pada pasien pasca stroke ?