13
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Anak dengan status gizi lebih merupakan salah satu tantangan paling serius dalam bidang
kesehatan masyarakat di abad 21. Hal ini merupakan
masalah global yang prevalensinya terus meningkat. Pada tahun 2010, secara global, jumlah anak usia di bawah lima tahun dengan status gizi lebih, diperkirakan jumlahnya lebih dari 42 juta (WHO, 2012). Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi kelompok usia balita yang menderita gizi lebih sebesar 12,2%. Pada kelompok usia 6-14 tahun (anak usia sekolah) sebesar 9,5% anak laki-laki dan 6,4% anak perempuan menderita gizi lebih, sedangkan pada kelompok usia ≥ 15 tahun cenderung lebih besar yaitu 19% menderita overweight dan obesitas yang ekuivalen dengan 43 juta orang. Untuk di Provinsi DI Yogyakarta prevalensi obes pada anak usia sekolah sebesar 7,6% anak laki-laki dan 4,8% anak perempuan yang menderita gizi lebih. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 memperoleh data prevalensi anak gemuk (kelebihan gizi dan obesitas) usia 6-12 tahun mencapai angka 9,2% pada angka nasional dan 7,8% pada angka di Daerah Istimewa Yogyakarta (Balitbangkes RI, 2010). Data hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 untuk angka nasional prevalensi anak gemuk pada rentang usia 5-12 tahun sebesar 18,8% yang terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8% (Balitbangkes RI, 2014) Dari hasil beberapa tahun kebelakang dapat disimpulkan bahwa kejadian obesitas anak khususnya untuk rentang usia 5-12 tahun mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Masalah obesitas yang terjadi pada anak akan berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyebab risiko utama untuk beberapa penyakit kronis yang terkait diet, diantaranya : diabetes melitus tipe 2, hipertensi, stroke, penyakit kardiovaskuler dan beberapa jenis penyakit kanker tertentu. Akibat yang ditimbulkan dari meningkatnya risiko yaitu
14
meninggal lebih awal hingga kondisi kronis yang serius yang dapat menurunkan kualitas hidup (Formiguera dan Canton, 2004). Selain itu masalah obesitas pada anak merupakan masalah yang kompleks dengan penyebab multifaktorial. Keadaan ini di antaranya disebabkan oleh makan tidak teratur, makanan selingan dan konsumsi fast food di luar rumah yang semakin populer di kalangan anakanak. Perubahan gaya hidup, terutama pada anak-anak di Indonesia yang menjurus ke weternisasi mengakibatkan pola makan yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol. Menurut Gnatz (2007), anak-anak Asia memiliki pola makan obesogenis (memicu obesitas) yang dapat terlihat dari pola selingan, jajanan, konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, dan konsumsi daging berlebih, proporsi energi makronutrien tidak sehat, dan karbohidrat sederhana. Minuman manis yang saat ini lebih sering dikonsumsi juga merupakan faktor risiko independen terjadinya obesitas pada anak (Nielsen, SJ, dkk 2004; Ludwig DS. dkk, 2001). Saat ini makanan dengan kandungan gizi buruk (tinggi lemak dan tinggi kalori) yang disajikan dalam porsi besar sedang berkembang di restoran, terutama restoran cepat saji. Makanan di luar rumah, seperti di restoran cepat saji cenderung menambah asupan makanan yang tinggi lemak dan tinggi energi, dan hal ini merupakan kontibutor yang signifikan untuk terjadinya kenaikan berat badan yang berlebih (French, SA. dkk , 2000). Pemilihan jenis makanan pada anak dipengaruhi beberapa faktor di antaranya adalah dari orang tua. Orang tua mempengaruhi pemilihan makanan anak dengan mengendalikan ketersediaan makan, berperan sebagai pemberi contoh dan mendorong anak untuk mengkonsumsi makanan tertentu (Berg, 2002). Johnson dkk (2010) mengemukanan bahwa perilaku pemilihan makan ibu yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang manis atau minuman tinggi energi dapat mempengaruhi asupan makan anak terhadap makanan serupa. Pengetahuan tentang gizi yang dimiliki orang tua juga berpengaruh terhadap pemilihan makan. Pada penelitian kualitatif yang dilakukan di Teheran oleh Abdollahi dkk (2008) menyebutkan bahwa remaja di negara tersebut memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap zat-zat gizi. Pengetahuan tersebut didapat
15
dari orang tua, media massa dan dari sekolah. Minimnya pendidikan gizi yang dimiliki orang tua menyebabkan rendahnya pengetahuan gizi yang dimiliki oleh anak. Karena pendidikan gizi yang dimiliki orang tua bisa mempengaruhi persepsi tentang makanan , yang akhirnya akan berpengaruh pula pada perilaku makan. Sehingga pentingnya orang tua memiliki pengetahuan tentang gizi agar dapat memberikan informasi atau pendidikan gizi kepada anak-anaknya. Selain dari pendidikan dan pengetahuan gizi yang harus dimiliki orang tua, dalam hal pencegahan obesitas pada anak menurut Sato dkk,(2010) pola asuh orang tua merupakan faktor penting yang dapat memodifikasi diet anak. Penelitian lain yang dilakukan oleh Benton (2004) menunjukkan bahwa peran orang tua merupakan faktor penting dalam kejadian obesitas pada anak, peran orang tua mencakup pengelolaan kebiasaan makan yang dimiliki anak dan aktivitas fisik. Dari beberapa hasil penelitian di atas, semakin berkembangnya zaman dan teknologi, maka akan mengubah cara pandang dan gaya hidup seseorang, terutama perilaku makan. Peran orang tua, terutama ibu dalam mengasuh anak adalah sangat penting. Pengetahuan orang tua secara tidak langsung berdampak pada pengetahuan dan perilaku anak. Perilaku obesogenis merupakan faktor utama untuk terjadinya obes pada anak. Jenis konsumsi makanan yang paling utama sebagai faktor risiko obes. Anak usia sekolah yang masih dalam asuhan orang tua sangat bergantung pada apa yang diberikan oleh orang tua, sehingga persepsi orangtua, terutama ibu mengenai makanan obesogenis (makanan yang dapat meningkatkan risiko obesitas) sangat berpengaruh pada apa yang dikonsumsi anak. Penelitian mengenai persepsi ibu terhadap makanan obesogenis di Indonesia, khususnya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan tema tersebut.
16
Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul yang dijadikan sebagai wilayah pengambilan data dalam penelitian ini memiliki kategori wilayah kota dan desa. Diharapkan dengan pemilihan kedua daerah ini sebagai populasi penelitian, dapat diperoleh gambaran mengenai karakteristik dan
kecenderungan pola hidup
masyarakat terutama pada persepsi ibu terhadap makanan obesogenis dan risiko obesitas. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah persepsi ibu tentang makanan obesogenis berkaitan dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul?
C. TUJUAN PENELITIAN Mengetahui persepsi ibu tentang makanan obesogenis dan kaitannya dengan risiko kejadian obesitas pada anak sekolah dasar Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul
D. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian yang dilakukan oleh Leonita (2009) mengenai persepsi ibu terhadap obesitas pada anak sekolah dasar. Lokasi penelitian di Kota Pekanbaru Propinsi Riau. Penelitian ini menggunakan metode kulitatif dengan rancangan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan informasi menggunakan konsep emergent design, dengan wawancara mendalam. Subjek dalam penelitian ini 23 responden, dengan rincian : ibu dari anak obes, siswa obes (siswa kelas 5 dan 6), guru UKS, guru wali kelas dan staf gizi dinas kesehatan kota Pada penelitian yang dilakukan oleh Widjajanto (1998) tentang hubungan antara persepsi orang tua tentang kegemukan anak dengan kejadian kegemukan pada anak sekolah dasar. Rerata prevalensi kegemukan pada anak sekolah dasar di Yogyakarta sebesar 9,5% (10,5% anak laki-laki dan 8,5% anak perempuan). Dari
17
hasil penelitian dapat disimpulkan yaitu, terdapat persamaan secara statistik yang bermakna antara penilaian orang tua terhadap kegemukan anaknya dengan penilaian berdasarkan ukuran antropometrinya dan tidak terdapat hubungan secara bermakna antara kejadian kegemukan anak dengan persepsi orang tua terhadap kegemukan. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sampel yang digunakan adalah anak sekolah dasar. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu lokasi penelitian, serta variabel bebas dalam penelitian ini persepsi ibu tentang kegemukan anak, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan yaitu persepsi ibu terhadap makanan obesogenis. Penelitian yang dilakukan oleh Baugchum (2000) tentang Maternal Perception of Overweight Preschool Child. design study cross sectional, dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Sampel yang diambil adalah ibu dengan anak yang mengalami obesitas yang berkunjung ke klinik anak pada rumah sakit pusat di Cincinati, Ohio. Penelitian tersebut menganalisa tentang apakah ibu merasa anak adalah overweight dan pengaruh pada faktor pendidikan ibu, berhubungan dengan kesalahn persepsi ketika anak yang overweight adalah overweight. Hasil penelitian tersebut adalah dari 99 ibu yang memiliki anak overweight hanya 21% yang percaya bahwa anak mereka adalah overweight.