BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sudah berabad – abad silam kebiasaan menceritakan dongeng atau cerita dilakukan oleh para orang dewasa kepada kerabat atau anak – anak, dan secara khususnya orang tua kepada anak sebelum anak – anak berangkat tidur. Pada awalnya di Indonesia kegiatan mendongeng sudah dilakukan di dalam kehidupan kerajaan – kerajaan. Kehidupan para pendongeng terjamin oleh pihak kerajaan, bahkan mereka mendapat gelar kehormatan dari kerajaan karena kala itu mereka berperan penting terhadap para kerabat istana sebagai pelipur lara di kala mereka membutuhkan hiburan. Dongeng oleh para ahli pendidikan anak ataupun pakar psikologi anak dianggap sebagai salah satu media cukup efektif dalam membangun karakter, kepribadian, maupun kecerdasan anak. Melalui dongeng dapat ditanamkan nilai kejujuran, percaya diri, sopan santun, setia kawan, tanggung jawab, dan sebagainya. Jadi melalui media dongeng yang dilakukan sebelum anak tidur akan dapat secara efektif menanamkan nilai keluhuran, membuat rasa tenang serta menumbuhkan solidaritas sosial kepada anak. Namun, dewasa ini tradisi atau kebiasaan mendongeng menjelang tidur di kalangan orang tua semakin jarang dilakukan. Banyak terdapat alasan di balik semakin jarangnya tradisi ini dilakukan, salah satunya adalah karena kesibukan, baik oleh pekerjaan yang bersifat domestik ataupun profesinya sehingga tidak memiliki waktu untuk buah hatinya. Atau mereka terlalu lelah setelah bekerja
1
2
seharian sehingga mereka merasa malas untuk menceritakan dongeng. Selain itu juga dikarenakan semakin sedikitnya orang – orang yang gemar membaca. Selain itu, hal lain juga dikarenakan semakin majunya zaman dan teknologi sehingga juga semakin merubah gaya hidup atau cara hidup suatu komunitas atau masyarakat
sehingga
berimbas
juga
pada
berubahnya
polapikir
yang
mengakibatkan terciptanya suatu budaya baru yang berkembang di masyarakat kita. Contohnya, pada era sekarang ini kita sudah menginjak pada suatu fenomena penggunaan media sosial yang berlatar belakang dunia maya dan internet. Selain itu keduanya juga menawarkan sebuah gaya hidup baru yang semakin berkembang sekarang ini, yaitu gaya hidup elektronik yang instan. Gaya hidup ini menawarkan banyak hal yang sebelumnya berbentuk fisik, sekarang menjadi non fisik. Contohnya, budaya surat – menyurat yang berubah menjadi layanan pesan elektronik, dan juga beralihnya buku fisik menjadi buku elektronik atau digital. Berawal dari fakta – fakta inilah kemudian penulis memiliki keinginan untuk memberikan solusi melalui Desain Komunikasi Visual dengan merancang sebuah buku dongeng berbentuk aplikasi digital, namun yang berbeda dengan buku dongeng digital lain, buku ini akan diberikan narasi dan suara – suara pendukung sebagai pencerita untuk membantu anak – anak usia belia yang masih belum dapat membaca, ataupun belum dapat membaca dengan lancar. Selain itu dapat juga berfungsi sebagai pembantu menceritakan dongeng atau berfungsi sebagai pembantu orang tua di kala mereka sedang berhalangan untuk menceritakan dongeng bahkan yang sedang berhalangan mendampingi putra – putrinya. Di samping mengangkat kearifan lokal Jawa Tengah , aplikasi buku dongeng digital ini juga tetap mengikuti perkembangan dan arus zaman sehingga dengan
3
penambahan voice over yang berambiensi dapat membuat anak – anak seolah – olah sedang didongengkan cerita dan dibawa oleh imajinasi mereka masuk ke dalam aplikasi buku digital. Berangkat dari latar belakang inilah penulis mengambil judul penulisan “Perancangan Storybook app Cerita Rakyat Telaga Warna Wonosobo Untuk Anak Usia Di Bawah Tujuh Tahun.”
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah merancang “Storybook app Cerita Rakyat Telaga Warna Wonosobo Untuk Anak Usia Di Bawah Tujuh Tahun” untuk mengajarkan nilai pada anak – anak dan membantu anak – anak belajar membaca?
2. Bagaimanakah merancang media promosi yang tepat untuk mengenalkan “Storybook app Cerita Rakyat Telaga Warna Wonosobo” kepada anak – anak?
C. Tujuan Perancangan
1.
Merancang “Storybook app Cerita Rakyat Telaga Warna Wonosobo Untuk Anak Usia Di Bawah Tujuh Tahun” dan untuk mengajarkan nilai pada anak – anak dan membantu anak – anak belajar membaca.
2.
Merancang media promosi yang tepat untuk mengenalkan “Storybook app Cerita Rakyat Telaga Warna Wonosobo Untuk Anak Usia Di Bawah Tujuh Tahun” kepada anak - anak.
4
D. Manfaat Perancangan
1.
Memperkenalkan atau menceritakan kembali cerita rakyat Asal usul Telaga Warna Wonosobo kepada masyarakat khususnya anak – anak usia dini.
2.
Memperkenalkan bentuk cerita rakyat melalui media baru kepada masyarakat khususnya anak - anak.
3.
Agar budaya mendongeng dan budaya membaca menjadi berkembang lagi, baik untuk anak – anak maupun dewasa dan orang tua.
E. Metode Penelitian
1.
Kerangka Pikir dan Sumber Data Konsep perancangan “Perancangan Storybook app Cerita Rakyat Telaga
Warna Wonosobo Untuk Anak Usia Di Bawah Tujuh Tahun” disusun berdasarkan atas penggunaan metode penulisan dalam penelitian Kualitatif Deskriptif. Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari beberapa sumber data, dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan adalah data – data yang diambil dari hasil observasi secara on line, data dokumen, kajian pustaka seperti buku referensi. Sehingga nantinya data yang diperoleh dapat dijadikan visualisasi karya desain sebagai hasil output. . Oleh sebab itu, bentuk dan strategi perancangannya dirangkum pada kerangka perancangan berikut ini :
5
Bagan 1.1. Kerangka Pikir “Perancangan Storybook app Cerita Rakyat Telaga Warna Wonosobo Untuk Anak Usia Di Bawah Tujuh Tahun”
2.
Metode pengumpulan data Dalam membantu kelancaran perancangan Storybook app sesuai yang diharapkan, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Studi Pustaka Penulis mengumpulkan segala data bahan tertulis dan informasi yang terkait dengan penulisan judul khususnya mengenai referensi pembuatan Storybook app. b. Observasi on line/internet Penulis melakukan observasi secara daring mengenai perkembangan pasar atau market mengenai kebutuhan pasar akan aplikasi buku dongeng digital. c. Wawancara Penulis melakukan waawancara dengan pihak narasumber untuk dapat memperoleh data yang dapat digunakan sebagai data pembantu dalam perancangan Storybook app ini.
6
3.
Analisa Data Analisa data yang digunakan pada Perancangan “Storybook app Cerita Rakyat Telaga Warna Wonosobo Untuk Anak Usia Di Bawah Tujuh Tahun” adalah analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Analisis SWOT terutama dipergunakan untuk menilai dan menilai ulang suatu hal yang telah ada dan diputuskan sebelumnya dengan tujuan meminimumkan resiko yang timbul. Langkahnya adalah dengan mengoptimalkan segi positif yang mendukung serta meminimalkan segi negatif yang berpotensi menghambat pelaksanaan keputusan perencangaan yang telah diambil. (Jonathan Sarwono, Hary Lubis, 2007:18).