BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang cepat terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di industri pemabrikan, dimana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia, kemudian beralih menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-mechanic (semi otomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full automatic) seperti penggunaan Flexible Manufacturing Systems (FMS) dan Computerized Integrated Manufacture (CIM) dan sebagainya. Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat tergantung kepada keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun sistem kendali yang dipakai akan sangat tergantung kepada transduser yang digunakan. Transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer Sebelum lebih jauh kita mempelajari transduser ada sebuah alat lagi yang selalu melengkapi dan mengiringi keberadaan transduser dalam sebuah sistem pengukuran, atau sistem manipulasi, maupun sistem pengontrolan yaitu yang disebut alat ukur.
1
B.
RUMUSAN MASALAH Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebahai berikut : 1. Pengertian transducer 2. Prinsip kerja dari Transducer dan Sensor. 3. Aplikasi dari Transducer dan Sensor.
C. TUJUAN 1. Dapat menyebutkan definisi dan perbedaan dari sensor dan transduser. 2. Mampu menyebutkan persyaratan umum dalam memilih sensor dan transduser. 3. Mengerti tentang klasifikasi sensor dan transduser secara umum
2
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TRANSDUSER Transducer berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas). Contoh; generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik, motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik, dan sebagainya. Sehingga definisi transducer adalah alat yang biasa pada elektonika, kelistrikan, mekanik elektronik, elektromagnetik, digunakan mengubah energi dari satu energi ke bentuk energi yang lain untuk berbagai pengukuran atau transfer informasi. Contoh umum termasuk mikrofon, pengeras suara, termometer, posisi dan sensor tekanan, dan antena. Meskipun umumnya tidak dianggap sebagai transduser, fotosel, LED (dioda pemancar cahaya), dan bahkan bola lampu umum adalah transduser. William D.C, (1993), mengatakan alat ukur adalah sesuatu alat yang berfungsi memberikan batasan nilai atau harga tertentu dari gejala-gejala atau sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi. Contoh: voltmeter, ampermeter untuk sinyal listrik; tachometer, speedometer untuk kecepatan gerak mekanik, lux-meter untuk intensitas cahaya, dan sebagainya.
3
B.
KLASIFIKASI TRANSDUSER Ada beberapa macam dari klasifikasi tranducer, yaitu : a.
Menurut daya yang diperlukan ( William D.C, 1993 ) Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri) Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber energi. Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan. External power transduser (transduser daya dari luar) External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran. Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.
b.
Menurut pengubahan bentuk energy Input Tranducers Electric-Input Tranducers mengubah energy non-listrik seperti suara, cahaya menjadi energi listrik. Output Tranducers Electric-Output Tranducers merupakan kebalikan dari Electric-Input Tranducers.
c.
Menurut pola aktivasinya Transduser pasif Yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari luar. Transduser aktif Yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
4
C. PEMILIHAN TRANSDUSER Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan pemakai dan lingkungan di sekitar pemakaian. Untuk itu dalam memilih transduser perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini: 1. Kekuatan, maksudnya ketahanan atau proteksi pada beban lebih. 2. Linieritas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik masukankeluaran yang linier. 3. Stabilitas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan. 4. Tanggapan dinamik yang baik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan bentuk dan besar yang sama. 5. Repeatability, yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang sama. 6. Harga. Meskipun faktor ini tidak terkait dengan karakteristik transduser sebelumnya, tetapi dalam penerapan secara nyata seringkali menjadi kendala serius, sehingga perlu juga dipertimbangkan.
D. LINIERITAS TRANSDUSER Linieritas adalah suatu sifat yang penting dalam suatu transduser. Bila suatu transduser adalah linier, maka bila masukan menjadi dua kali lipat, maka keluaran – misalnya – menjadi dua kali lipat juga. Hal ini tentu akan mempermudah dalam memahami dan memanfaatkan transduser tersebut. Ketidaklinieran setidaknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu ketidak-linieran yang diketahui dan yang tidak diketahui. Ketidaklinieran yang tidak diketahui tentu sangat menyulitkan, karena hubungan masukan – keluaran tidak diketahui. Seandainya transduser semacam ini dipakai sebagai alat ukur, ketika masukan menjadi dua kali lipat, maka keluarannya menjadi dua kali lipat atau tiga kali lipat, atau yang lain, tidak diketahui. Sehingga untuk transduser semacam ini, perlu dilakukan penelitian tersendiri untuk mendapatkan hubungan masukan– keluaran, sebelum memanfaatkannya. 5
Adapun untuk ketidaklinieran yang diketahui, maka transduser yang memiliki watak semacam ini masih dapat dimanfaatkan dengan menghindari ketidaklinierannya atau dengan melakukan beberapa transformasi pada rumus-rumus yang menghubungkan masukan dengan keluaran. Contoh ketidaklinieran yang diketahui misalnya: daerah mati, saturasi, logaritmis, kuadratis dan sebagainya. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1. Daerah mati (dead zone) artinya adalah ketika telah diberikan masukan, keluaran belum ada. Baru setelah melewati nilai ambang tertentu, ada keluaran yang proporsional terhadap masukan. 2. Saturasi maksudnya adalah, ketika masukan dibesarkan sampai nilai tertentu. 3. Logaritmis, maksudnya adalah sesuai dengan namanya, bila masukan bertambah besar secara linier, keluarannya bertambah besar secara logaritmis. 4. Kudratis, maksudnya adalah – sesuai dengan namanya – bila masukan bertambah besar secara linier, keluarannya bertambah besar secara kuadratis
Pada kondisi riil, transduser yang linier dalam jangkau yang luas sangat jarang ditemui. Bahkan banyak transduser yang memiliki sifat tidak linier yang merupakan gabungan dari beberapa sifat tidak linier. Oleh karena itu, perlu kiat-kiat yang tepat untuk memanfaatkan fenomena tersebut.
6
E.
JENIS TRANSDUSER 1.1 Jenis transduser berdasarkan sifat kelistrikkannya Parameter
listrik
dan kelas transduser
Prinsip kerja dan sifat alat
Pemakaian alat
Transduser Pasif Potensiometer
Perubahan nilai tahanan karena Tekanan, posisi kontak bergeser
Strain gage
pergeseran/posisi
Perubahan nilai tahanan akibat Gaya, torsi, posisi perubahan panjang kawat oleh tekanan dari luar
Transformator
Tegangan selisih dua kumparan Tekanan,
selisih (LVDT)
primer akibat pergeseran inti pergeseran
gaya,
trafo Gage arus pusar
Perubahan induktansi kumparan Pergeseran, ketebalan akibat perubahan jarak plat
Transduser Aktif Sel fotoemisif
Emisi elektron akibat radiasi Cahaya dan radiasi yang masuk pada permukaan fotemisif
Photomultiplier
Emisi elektron sekunder akibat Cahaya, radiasi dan radiasi yang masuk ke katoda relay sensitif cahaya sensitif cahaya
Termokopel
Pembangkitan ggl pada titik Temperatur, sambung
dua
logam
aliran
yang panas, radiasi
berbeda akibat dipanasi Generator kumparan
Perputaran sebuah kumparan di Kecepatan, getaran putar dalam
medan
magnit
yang
(tachogenerator)
membangkitkan tegangan
Piezoelektrik
Pembangkitan ggl bahan kristal Suara, piezo akibat gaya dari luar
Sel foto tegangan
getaran,
percepatan, tekanan
Terbangkitnya tegangan pada Cahaya matahari
7
sel
foto
akibat
rangsangan
energi dari luar Termometer
Perubahan nilai tahanan kawat Temperatur, panas
tahanan (RTD)
akibat perubahan temperatur
Hygrometer
Tahanan sebuah strip konduktif Kelembaban relatif
tahanan
berubah
terhadap
kandungan
uap air Termistor (NTC)
Penurunan nilai tahanan logam Temperatur akibat kenaikan temperatur
Mikropon kapasitor
Tekanan suara mengubah nilai Suara, musik,derau kapasitansi dua buah plat
Pengukuran
Reluktansi rangkaian magnetik Tekanan, pergeseran,
reluktansi
diubah dengan mengubah posisi getaran, posisi inti besi sebuah kumparan
a) Transducer temperature Terdapat dua kategori transducer temperatur semikonduktor, yaitu transducer yang menghasilkan tegangan tertentu sesuai dengan perubahan suhu dan transducer yang menghasilkan arus tertentu. sesuai dengan perubahan suhu. Contoh sumber tegangan yang sensitif terhadap suhu adalah IC LM 35 produk dari Nasional. Tegangan yang dihasilkan oleh LM 35 pada berbagai suhu adalah sebagai berikut: +1500 mV pada suhu 150o C, +2500 mV pada suhu 250C, dan -550 mV pada suhu -550 C Salah satu contoh transduser temperature adalah termistor . Termistor atau tahanan thermal adalah alat semikonduktor yang berkelakuan sebagai tahanan dengan koefisien tahanan temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif. Umumnya tahanan termistor pada temperatur ruang dapat berkurang 6% untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 1oC. Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan
8
temperatur ini membuat termistor sangat sesuai untuk pengukuran, pengontrolan dan kompensasi temperatur secara presisi. Termistor terbuat dari campuran oksida-oksida logam yang diendapkan seperti: mangan (Mn), nikel (Ni), cobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe) dan uranium (U). Rangkuman tahanannya adalah dari 0,5 sampai 75 dan tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ukuran paling kecil berbentuk mani-manik (beads) dengan diameter 0,15 mm sampai 1,25 mm, bentuk piringan (disk) atau cincin (washer) dengan ukuran 2,5 mm sampai 25 mm. Cincin-cincin dapat ditumpukan dan di tempatkan secara seri atau paralel guna memperbesar disipasi daya.
Gambar 2.3 . Konfigurasi Thermistor: (a) coated-bead (b) disk (c) dioda case dan (d) thin-film
Karkateristik termistor berikut memperlihatkan hubungan antara temperatur dan resistansi seperti tampak pada gambar 2.4
Gambar 2.4. Grafik Termistor resistansi vs temperatuer: (a) logaritmik
(b) skala linier
9
Thermistor dengan koefisien positif (PTC, tidak baku)
Gambar 2.6. Termistor jenis PTC: (a) linier (b) switching
b) Transducer Gaya, Beban, dan Torsi Strain gage adalah salah satu transducer yang banyak dipakai untuk mendeteksi dan mengukur gaya, beban, torsi, dan tegangan. Prinsip kerjanya adalah mengubah gaya mekanik menjadi besaran resistansi yang sebanding. Piranti ini dibuat dari kawat tahanan tipis berdiameter sekitar 1 mm. Kawat tahanan yang biasa digunakan adalah campuran dari bahan “konstantan” (60% Cu dan 40% Ni) atau logam campuran “479″ terdiri dari 92% Pt dan 8% Wo. Kawat tahanan ini dilekatkan pada papan penyangga membentuk strain gage dengan kawat berliku-liku atau bengkok-bengkok yang dikenal dengan bonded strain gage. Bentuk
kawat
yang
berliku-liku
dimaksudkan
untuk
memudahkan
pendeteksian terhadap gaya tekanan yang tegak lurus dengan arah panjang lipatan, karena, tekanan akan menarik kabel sehingga meregang. Hal ini menyebabkan perubahan resistansi pada kawat. Selain bonded strain gage juga terdapat tipe yang lain yaitu unhonded strain gage, yaitu strain gage yang dibentuk oleh kawat yang dilekatkan pada sebuah rangka terpola agar terbentuk strain gage dengan kawat tahanan yang terpasang lurus dan simetris. Jika papan atau rangka mendapat tekanan dari luar, maka resistansinya akan bertambah sebesar DR dan panjangnya berubah sebesar DL.
10
Karakteristik sebuah strain gage ditentukan oleh sensitivitas (S) atau gage factor (GF). Sensitivitas didefinisikan sebagai perbandingan antara perubahan nilai tahanan dan perubahan panjang. Besarnya ratio (Poisons ratio) bahan logam, umumnya berkisar antara 0,25 – 0,35, sedangkan sensitivitas (s) atau gage factor berkisar antara 1,50-1,70. Kawat tahanan konstantan mempunyai sensitivitas = 2, sedangkan logam campuran “Alloy 479″ sensitivitasnya adalah 4. Strain gage dari bahan semikonduktor silikon dan germanium memiliki sensitivitas yang jauh lebih tinggi, yaitu antara 50 hingga 200. Kelemahan strain gage ini dalam pemakaiannya harus dilengkapi dengan kompensator suhu.
c) Transducer Perubahan Posisi Jenis transducer yang banyak digunakan untuk mendeteksi perubahaan posisi adalah Linear Paralel Differential Transformer (LVDT). Transducer ini bekerja berdasarkan prinsip kerja transformaor. LVDT terdiri dari sebuah kumparan primer (P) dan dua buah kumparan sekunder (S1 dan S2). Bila tegangan AC mengalir pada kumparan primer (P), maka akan muncul tegangan induksi di kedua kumparan sekunder (S1 dan S2). Dalam rangkaian, kumparan sekunder dihubungkan secara seri berlawanan fase sehingga tegangan pada kedua kumparan saling berlawanan fase. Pada posisi normal, inti feromagnetik berada di tengah-tengah antara dua kumparan sekunder. Pada posisi ini tegangan emf di kedua kumparan sekunder (S1 dan S2). sama tetapi berkebalikan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, jumlah tegangan keluarannya sama dengan 0 volt, posisi ini disebut sebagai null position. Polaritas tegangan keluaran yang dihasilkan LVDT ditentukan oleh arah gerakan inti. Sebagai contoh, bila inti pada gambar rangkaian 2.17 bergerak ke bawah, kumparan S2, besar tegangan induksi lebih besar daripada S1,. Besar tegangan induksi ditentukan oleh seberapa jauh inti bergerak. Langkah perubahan posisi ini pada umuumnya antara 0,1 mm sampai dengan 75 mm.
d) Transducer Tekanan
11
Transducer tekanan digunakan untuk mengukur dan mengendalikan tekanan, seperti tekanan cairan atau gas. Untuk mengubah tekanan menjadi perubahan posisi diperlukan sebuah kantong atau diapragma. Perubahan tekanan pada kantung menyebabkan perubahan posisi inti kumparan sehingga mengakibatkan perubahan induksi magnetik pada kumparan. Kumparan yang digunakan adalah kumparan CT (Center Tap), dengan demikian apabila inti mengalami pergeseran maka induktansi pada salah satu kumparan bertambah sementara induktansi pada kumparan yang lain berkurang. Signal Converter mengubah induktansi magnetik yang timbul pada kumparan menjadi tegangan yang sebanding. Salah satu pemanfaatan dari penerapan transducer ini adalah untuk mengukur tinggi suatu cairan. Piranti ini digunakan untuk mengukur baik tekanan statis ataupun perbedaan tekanan.
e) Transducer Kapasitif Kapasitas sebuah kapasitor dapat ditentukan oleh perubahan jarak antara konduktor, tipe dielektrik atau luas penampang konduktor. Sebuah transducer kapasitif adalah variabel kapasitor yang kapasitansinya berubah karena kondisi fisik misalnya tinggi cairan, jenis cairan kimia, tekanan, dan ketebalan atau vibrasi. Bila digunakan pada rangkaian osilator, perubahan kapasitas menghasilkan perabahan frekuensi oscilator sebanding dengan perubahan tekanan pada alat diafragma. F. Transducer Kelembaban Lembap berarti kondisi yang terdiri dari udara dan uap air. Tingkat kelembapan ditentukan oleh perbandingan antara persentase uap air di udara. Hygrometer adalah transducer yang menghasilkan sinyal keluaran berdasarkan pada tingkat kelembapan. Transducer
kelembapan
umumnya
diklasifikasikan
sebagai
psychrometer. Tiga tipe hygrometer yang banyak dipakai adalah
12
hygrometer
atau
tipe rambut,
resistif dan
optik.
Hygrometer optik mengukur berdasarkan berkurangnya intensitas sinar di atmosfer pada suatu waktu. tertentu. Gambar 2.24. menunjukkan sebuah contoh hygrometer resistif, terdiri dari elektroda logam yang terbungkus bahan plastik dan ditutup dengan lithium chloride yang sensitif terhadap kelembapan. Bila kelembapan udara di sekitar hygrometer bertambah, film lithium chloride menyerap air lebih banyak menyebabkan resistansi elektrode berkurang. Pada kelembapan relatif 10%, resistansi turun menjadi sekitar 75 W. Beberapa proses industri memerlukan tingkat kelembapan udara yang terkendali. Contoh seperti pada ruang pengeringan, ruang penyimpanan atau ruang proses. Bila kelembapan udara mencapal 100%, untuk mengurangi prosentase kelembapan dilakukan dengan cara mcnaikkan suhu ruangan. Sebaliknya bila persentase kelembapan terlalu rendah, dapat dinaikkan dengan cara menurunkan suhu ruangan. Jenis sensor kelembapan yang lain adalah psychrometer, yaitu piranti yang menggunakan dua buah sensor suhu dan dua buah “bulb”, ditampilkan pada gambar 2.25. Prinsip kerjanya berdasarkan perbedaan pembacaan suhu pada kedua sensor. Tegangan keluaran bervariasi sesuai dengan perbedaan suhu antara dry bulb (tabung kering) dan wet bulb (tabung basah). G. Transducer Elektromagnet Piranti sensor Hall Effect (Efek Hall) menghasilkan tegangan keluaran yang ditimbulkan karena medan magnet. Sensor Hall Effect pertama kali ditemukan pada th. 1879 oleh Edward H. Hall. Prinsip kerja sensor Hall Effect adalah sebagai berikut. Bila sebuah magnet diletakkan tegak lurus terhadap sepasang keping konduktor, maka tegangan akan muncul pada sisi
13
yang berlawanan dengan konduktor. Tegangan yang muncul ini disebut tegangan Hall. Besar tegangan Hall sebanding dengan arus dan kuat medan magnet. Dengan dernikian Efek Hall dapat digunakan untuk mengukur kuat medan magnet. Transducer Efek Hall menggunakan sebuah keping semikonduktor, ditunjukkan pada gambar 2.26. Bila arus mengalir melalui bahan semi konduktor, tegangan emf ialah dihasilkan di antara sisi yang lain pada keping sernikonduktor tersebut Kernudian jika terdapat hubungan magnet melalui keping sernikonduktor, akan dihasilkan tegangan yang sebanding dengan besar arus dan kuat medan magnet. Bila arah medan magnet melewati bahan semikonduktor pada sisi kanan semikonduktor menyebabkan elektron bergerak menyebar ke pusat keping. Perubahan gerak elektron menimbulkan tegangan Hall, umumnya sebesar 10 milivolt. Penerapan sensor Efek hall di industri biasanya digunakan untuk mengukur kecepatan putar objek yang bcrgerak misalnya „conveyor belt‟. (Gambar 2.27). Permanen magnet dipasang pada bagian yang berputar sedangkan keping semikonduktor dipasang pada stator. Setiap kali medan magnet melewati sensor, dihasilkan pulsa pada keluaran keping semikonduktor yang dihubungkan ke sebuah counter yang menghitung berapa kecepatan putar conveyor belt tersebut. Transducer Photo Piranti photolistrik digunakan untuk menghitung, mengukur dan fungsi pengendali lain, yang banyak diterapkan pada proses industri. Piranti photolistrik ini dikategorikan pada dua golongan, yaitu piranti yang memancarkan sinar dan piranti yang menerima sinar. Contoh yang memancarkan sinar seperti LED (Light Emitting Devices) dan yang menerima sinar seperti photovoltaic cell. 1. Transducer Photovoltaic (Solar Cell Photocell)
14
Transducerphotovoltaic menghasilkan tegangan keluaran yang besarnya sebanding dengan intensitas cahaya. Sebuah sell photovoltaic atau photocell, akan menghasilkan emf (tegangan) bila mendapat sinar. Bahan pembuatan photovoltaik adalah silicon, cadmium sullphide, gallium arsenide, dan selenium. Photocell dari bahan silikon mempunyai bentuk yang sangat kecil tetapi mempunyai kepekaan yang sangat tinggi. Prinsip photocell sama seperti piranti semikonduktor lainnya, bila pasangan lubang elektron terbentuk maka akan mengalir arus elektron melalui pertemuan pn. Depletion Layer adalah pertemuan antara substrat tipe P dan substrat tipe N. Bila cahaya jatuh pada photocell; depletion layer akan berkurang dan elektron berpindah melalui hubungan “pn”. Besarnya arus yang mengalir sebanding dengan perpindahan elektron yang ditentukan intensitas cahayanya. Intensitas sinar diukur dalam foot-candle yang berubah secara logaritmik. Contoh: tegangan yang dihasilkan photocell pada intensitas cahaya sebesar 10 foot candles sebesar 0, 1 volt, dan pada intensitas cahaya 100 foot candles tegangan keluarannya ± 0,2 V Karena tegangan keluaran photocell kecil maka perlu dikuatkan dengan penguat tegangan. Gambar 2.29. menunjukkan rangkaian dasar penguatan tegangan.
15
16
BAB III KESIMPULAN Transducer berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya”. Ada beberapa macam dari klasifikasi tranducer, yaitu : a)
Menurut daya yang diperlukan ( William D.C, 1993 ) Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri) Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber energi. Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan. External power transduser (transduser daya dari luar) External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran. Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.
b)
Menurut pengubahan bentuk energy Input Tranducers Electric-Input Tranducers mengubah energy non-listrik seperti suara, cahaya menjadi energi listrik. Output Tranducers Electric-Output Tranducers merupakan kebalikan dari Electric-Input Tranducers.
17
c)
Menurut pola aktivasinya Transduser pasif Yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari luar. Transduser aktif Yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
18
DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Transduser http://jundullah05.wordpress.com/2008/04/10/sensor-dan-transduser/ http://www.musbikhin.com/pengertian-tranduser Wasito S., 1986, Vademekum Elektronika, cet. ketiga, PT Gramedia, Jakarta Modul smk.bidang keahlian teknik elektronika
19