BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kian hari pergerakan transportasi di perkotaan semakin meningkat seiring
dengan
peningkatan
jumlah
penduduk
yang
menyebabkan
ketidakseimbangan pertumbuhan jumlah kendaraan (kendaraan pribadi dan kendaraan umum) dengan pertumbuhan prasarana jalan. Sehingga, sarana dan prasarana transportasi yang tersedia saat ini belum mampu mengimbangi kebutuhan masyarakat akan transportasi. Permasalahan lalu lintas perkotaan tersebut tidak bisa diatasi dengan menambah prasarana jalan karena keterbatasan lahan, sehingga perlu dilakukan manajemen lalu lintas sebagai alternatif solusi terkait masalah lalu lintas perkotaan tersebut. Strategi-strategi manajemen lalu lintas yang sering digunakan dalam pemecahan masalah transportasi perkotaan adalah dengan peningkatan angkutan umum, pengaturan atau koordinasi lampu lalu lintas, tertib lalu lintas, tata guna tanah, dan koordinasi antar instansi yang berwenang (Munawar, 2004). Salah satu dari strategi manajemen lalu lintas yang cukup penting dalam mengatasi masalah transportasi perkotaan adalah pemasangan dan pengaturan lampu lalu lintas di persimpangan karena potensi terbesar terjadinya konflik lalu lintas terdapat pada persimpangan jalan. Pengaturan lampu lalu lintas di simpang yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan situasi lalu lintas akan melancarkan arus lalu lintas di simpang, sehingga mengurangi terjadinya tundaan dan antrian akibat kondisi ‘stuck’ dan memperkecil konflik yang sering terjadi di kawasan persimpangan, sehingga secara otomatis kemacetan pun berkurang. Akan tetapi, permasalahan yang seringkali terjadi adalah kendaraan yang harus selalu berhenti pada tiap simpang karena selalu mendapat sinyal merah. Tentu saja hal ini menimbulkan ketidaknyamanan pengendara, disamping lamanya tundaan yang terjadi.
1
2
Salah satu kota besar di Indonesia yang kini mulai tidak terlepas dari masalah kemacetan, yakni Yogyakarta. Kemacetan seringkali terjadi pada jamjam sibuk di persimpangan-persimpangan yang dekat dengan pusat keramaian, seperti ruko, pertokoan, mall, hotel, dan wilayah kampus, yaitu diantaranya Simpang Kentungan dan Simpang Monjali. Kedua simpang tersebut terletak dekat dengan kampus Universitas Gadjah Mada dimana merupakan suatu jalan akses utama bagi mahasiswa untuk beraktivitas, serta berperan penting bagi masyarakat, baik Yogyakarta maupun luar Yogyakarta karena terletak di jalan Ring Road Utara yang merupakan jalan nasional arteri primer yang berfungsi sebagai jalan bebas hambatan. Simpang Monjali menghubungkan jalur transportasi dari Yogyakarta ke Magelang dan Semarang, sedangkan Simpang Kentungan merupakan jalur penghubung dari Yogyakarta ke Klaten dan Solo. Kedua simpang tersebut merupakan jalur cepat dengan dua arah yang mempunyai 6 lajur lalu lintas, serta dilengkapi dengan median. Perkembangan di daerah sekitar jalur lingkar ini termasuk cukup rendah bila dibandingkan daerah lain di Yogyakarta karena fungsi jalur ini adalah jalur bebas hambatan, sehingga interaksinya kecil. Walaupun demikian, bukan berarti kedua simpang yang terletak di jalur lingkar ini terhindar dari kemacetan dibandingkan wilayah lain. Hal ini dikarenakan jalur ini menghubungkan antar provinsi dan mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional, sehingga mengakibatkan volume lalu lintas yang melintas di kedua simpang tersebut semakin berkembang. Dalam mengurangi kemacetan di kedua simpang tersebut, diperlukan suatu manajemen lalu lintas agar tercipta kondisi lalu lintas yang lancar, salah satunya dengan mengkoordinasikan kedua simpang tersebut dengan membuat sistem gelombang hijau (greenwave), sehingga kendaraan yang lepas dari satu simpang diupayakan tidak mendapati sinyal merah pada simpang berikutnya, melainkan terus-menerus mendapati sinyal hijau, sehingga mengurangi antrian pada simpang karena dapat terus berjalan dengan kecepatan normal. Proses analisis dan susunan skenario kedua simpang tersebut menggunakan (MKJI) 1997 agar diketahui waktu siklus dan pembagian fase
3
waktu hijau yang paling optimal, kemudian koordinasi kedua simpang dilakukan dengan membuat diagram koordinasi berdasarkan jarak dan waktu. Apabila telah dikoordinasikan, simpang-simpang tersebut diharapkan dapat menghasilkan nilai
derajat kejenuhan, antrian, dan tundaan yang lebih kecil, sehingga dihasilkan kinerja kedua simpang yang lebih baik dari sebelumnya.
B. Perumusan Masalah Permasalahan yang seringkali muncul di Simpang Kentungan dan Simpang Monjali yaitu antrian yang panjang dengan waktu tundaan yang cukup lama pada saat jam-jam puncak dan hari-hari sibuk dalam setiap pekan, bulan, atau saat-saat khusus, seperti pada waktu hari libur dan hari besar nasional. Masalah ini perlu ditangani sedini mungkin untuk mengantisipasi perkembangan volume lalu lintas yang cenderung naik di masa mendatang. Berdasarkan penjelasan yang terdapat pada latar belakang, maka terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas pada tugas akhir ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik lalu lintas di kedua simpang pada kondisi eksisting? 2. Bagaimana kinerja kedua simpang pada kondisi eksisting meliputi derajat kejenuhan, antrian, dan tundaan yang terjadi menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997? 3. Apakah kedua simpang di Jalan Ring Road Utara sudah terkoordinasi? 4. Bagaimana cara mengkoordinasikan kedua simpang? 5. Apakah kedua simpang menghasilkan kinerja yang lebih baik setelah dilakukan koordinasi sinyal antar simpang? Dengan dilakukannya penelitian tugas akhir ini, diharapkan permasalahanpermasalahan yang telah disebutkan di atas dapat dijawab dengan jelas.
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
4
1. Mengetahui karakteristik lalu lintas kedua simpang pada kondisi eksisting, seperti komposisi kendaraan, fluktuasi dan distribusi pergerakan arus lalu lintas, volume lalu lintas masuk lengan, panjang antrian, dan waktu habis antrian. 2. Mengetahui kinerja kedua simpang pada kondisi eksisting meliputi derajat kejenuhan, antrian, dan tundaan yang terjadi menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997. 3. Mengetahui status koordinasi antar kedua simpang di Jalan Ring Road Utara. 4. Mendapatkan koordinasi sinyal yang tepat hingga memperoleh nilai derajat kejenuhan, antrian, dan tundaan yang paling kecil agar dihasilkan kinerja simpang dengan kondisi lalu lintas yang lebih baik. 5. Menganalisa perbedaan kinerja kedua simpang sebelum dan sesudah dilakukan koordinasi sinyal antar simpang.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Terkoordinasinya pengaturan sinyal antar simpang di Jalan Ring Road Utara, sehingga menghasilkan kondisi lalu lintas yang lebih baik. 2. Mengetahui nilai perbandingan kinerja simpang sebelum dan sesudah dilakukan koordinasi sinyal antar simpang. 3. Sebagai alternatif masukan dan pertimbangan bagi instansi terkait, yaitu Pemerintah Daerah DI Yogyakarta dan Dinas Perhubungan DI Yogyakarta untuk melakukan tindakan yang tepat dengan merencanakan perbaikan dan pengaturan simpang tersebut agar kinerja koordinasi simpang tersebut menjadi lebih baik.
E. Batasan Masalah Batasan masalah dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan tidak mencakup ruang lingkup yang terlalu luas, melainkan lebih terarah dan fokus pada permasalahan yang terjadi. Batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
1. Penelitian berlokasi di Simpang Kentungan dan Simpang Monjali yang letaknya berurutan dan berada di jalan arteri primer, yaitu di Jalan Ring Road Utara. 2. Pelaksanaan survei dan pengambilan sampel data volume arus lalu lintas di lokasi lapangan hanya terbatas dilakukan pada satu hari kerja saat periode jam sibuk pagi dan jam sibuk sore, yaitu pukul 06.45 (WIB) sampai dengan pukul 08.30 (WIB) dan pukul 15.45 (WIB) sampai dengan pukul 17.30 (WIB). 3. Kecepatan kendaraan yang dihitung diambil secara acak pada jenis kendaraan ringan. 4. Metode perhitungan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 dan metode grafis dengan diagram fungsi jarak dan waktu. 5. Tidak merencanakan pelarangan gerakan belok kanan untuk menambah kapasitas. 6. Tidak mengubah kondisi geometrik jalan yang sudah ada. 7. Tidak menganalisa alternatif perencanaan untuk kondisi 5-10 tahun mendatang. 8. Pola pengaturan waktu yang diterapkan hanya satu, tidak berubah-ubah (fixed time control). 9. Tidak menghitung penghematan energi bahan bakar, pengurangan jumlah kecelakaan, dan dampak lingkungan.