BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Performance assesment merupakan cara penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa saat melakukan sesuatu (Uno, 2012). Performance assesment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi melalui demostrasi pemahaman dan aplikasi pengetahuan secara mendalam dan mendemonstrasikan keterampilan dalam berbagai konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan (Majid, 2008). Psychomotor Performance assesment merupakan salah satu bentuk penilaian yang sesuai apabila digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa untuk menunjukkan unjuk kerja. Unjuk kerja yang dimaksud yaitu menagih siswa menyelesaikan tugas yang mewakili
keseluruhan
menggunakan
kinerja
alat/merangkai
yang dinilai alat,
misalnya
menuliskan
data,
menyiapkan
alat,
menganalisis
data,
menyimpulkan, dan menyusun laporan (Haryati, 2013). Pentingnya psychomotor performance assessment dalam pembelajaran dapat dijadikan dasar evaluasi terhadap kemampuan yang ditampilkan oleh siswa baik berupa proses maupun berupa hasil. Psychomotor performance assessment juga dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran karena psychomotor performance assessment membantu guru untuk membuat keputusan selama proses pembelajaran masih berjalan (Zainul, 2007). Penggunaan psychomotor performance assessment mempunyai manfaat yang signifikan yaitu berguna untuk membantu memudahkan guru dalam mengukur nilai psikomotorik kinerja siswa karena terdapat rubrik yang digunakan sebagai panduan penilaian psikomotorik sehingga tidak hanya nilai kognitif yang dapat terukur. Psychomotor performance assesment dilaksanakan dengan menggunakan instrumen tugas (task) dan rubrik. Tugas dapat berupa tugas perorangan maupun kelompok. Tugas dirancang sedemikian rupa sesuai tujuan pembelajaran, sehingga siswa melakukan unjuk kemampuan atau keterampilan yang menjadi target penilaian dalam pembelajaran. Rubrik (scoring rubrics)
1
2
merupakan kriteria penilaian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penilaian kinerja atau hasil kerja peserta didik (Haryati, 2008). Penggunaan rubrik bertujuan untuk mengurangi subjektivitas asesor dalam melakukan penilaian. Psychomotor performance assesment tidak menggunakan kunci jawaban dalam menentukan skor, melainkan menggunakan pedoman penskoran berupa rubrik. Psychomotor performance assesment mengembangkan unsur reliabilitas, keadilan dan kebenaran penilaian dengan kriteria atau rubrik untuk pedoman menilai hasil kerja. Penilaian psychomotor performance assesment tersebut tidak hanya bergantung pada jawaban benar atau salah sebagaimana halnya dengan asesmen bentuk essay, tetapi juga dilakukan observasi langsung oleh guru dalam rangka melakukan pertimbangan-pertimbangan subyektif berkenaan dengan level prestasi yang dicapai siswa (Sudria, 2014). Perkembangan Kurikulum 2013 tingkat sekolah menuntut guru untuk kreatif dalam pemilihan jenis strategi, metode, media maupun sistem penilaian. Sistem penilaian sangat terkait dengan strategi pembelajaran yang digunakan. Penilaian dilakukan saat siswa menunjukkan kompetensinya dengan berbagai sikap, perilaku, dan keterampilan yang mereka miliki sebagai sumber informasi yang sangat berharga untuk menentukan pencapaian kemajuan siswa. Sistem penilaian memiliki peran penting untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, salah satunya bentuk asesmen yang dimaksud yaitu asesmen alternatif yang berfungsi sebagai alat ukur untuk menilai hasil dan proses yang dilakukan siswa apakah sudah sesuai dengan tujuan yang akan diukur. Jenis asesmen yang dapat digunakan untuk menilai hasil karya siswa bermacam-macam, misalnya asesmen alternatif, asesmen tradisional, asesmen kinerja, maupun asesmen lainnya (Karim, 2004). Asesmen alternatif memiliki karakter yaitu: 1) meminta siswa untuk melakukan unjuk kerja, menciptakan, menghasilkan, atau mengerjakan sesuatu; 2) menuntut penerapan dalam kehidupan sehari-hari; 3) dalam penyekoran dilakukan oleh guru; 4) menuntut peranan pembelajaran yang baru bagi guru; 5) menuntut peranan asesmen yang baru bagi guru; 6) menekankan pentingnya pengujian proses dan hasil belajar; 7) mendorong guru untuk pindah dari tugas yang hanya membutuhkan satu jawaban benar ke tugas-tugas yang memiliki lebih dari satu jawaban benar; 8) menantang
3
siswa untuk menyediakan beberapa kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah; dan 9) menantang siswa untuk menarik kesimpulan sendiri terhadap suatu tugas atau problem yang dihadapi. Pelaksanaan asesmen alternatif biasanya identik dengan authentic assesment berdasarkan tuntutan penilaian pada kurikulum 2013. Authentic assesment merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Majid, 2008). Suatu assesment dikatakan authentic apabila melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung perilaku siswa saat mengerjakan tugas intelektual. Sistem penilaian dapat dikatakan baik apabila dalam melakukan penilaian tidak hanya mengukur sesuatu yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas sesuatu yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas nyata yang dilakukan oleh siswa yang dikenali oleh kemampuan siswa untuk menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih luas. Authentic assesment diharapkan menjadi penilaian yang objektif karena tidak hanya faktor kognitifnya saja yang diukur, melainkan sudah menitikberatkan dalam 3 ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Orientasi pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap keterampilan dan pengetahuan (Hidayat, 2013). Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi dan kemampuan siswa, sehingga nilai yang diperoleh siswa dapat ditunjukkan secara authentic. Berdasarkan analisis kebutuhan disekolah diperoleh data pemenuhan tingkat SNP MAN 2 Ponorogo nilai yang menunjukkan GAP paling tinggi adalah pada standar 8 yaitu standar penilaian. Hasil penilaian pada standar 8 yang memiliki nilai kurang antara lain; 1) indikator tentang kesesuaian instrumen dan pedoman penilaian dengan bentuk dan teknik penilaian, guru kurang sesuai dalam menggunakan instrumen dan pedoman penilaian dengan bentuk dan teknik
4
penilaian; 2) indikator teknik penilaian yang digunakan, guru mata pelajaran menggunakan < 2 teknik penilaian. Hasil lain menginformasikan bahwa pelaksanaan kegiatan praktikum yang dilakukan siswa di sekolah hanya berpedoman pada penggunaan buku petunjuk pelaksanaan praktikum yang sudah tersedia, siswa hanya sekedar membuktikan eksperimen yang sudah tersedia yakni dengan mengikuti langkah-langkah kerja yang ada pada petunjuk praktikum tersebut tanpa harus menggali kemampuan siswa untuk melakukan keterampilan proses. Guru di sekolah memiliki suatu penilaian atau asesmen sendiri yang digunakan untuk mengukur keterampilan kerja siswa, namun bentuk asesmen penilaian yang digunakan belum mengarah pada pemberdayaan dan pemenuhan authentic assesment. Asesmen yang digunakan guru hanya sekedar mengukur kemampuan psikomotorik secara umum karena guru merasa kesulitan untuk melakukan penilaian unjuk kinerja secara menyeluruh terutama dalam hal pedoman penskoran dengan instrumen yang kurang jelas maupun kompenenkompenen yang dinilai sulit untuk diterapkan sehingga penilaian kinerja sering diabaikan. Data hasil wawancara di MAN 2 Ponorogo, menyatakan bahwa pembelajaran lebih mengutamakan hasil kognitif, dibuktikan dengan persentase keterlaksanaan pembelajaran yang mengarah pada penilaian kognitif 50%, psikomotor 30%, dan afektif 20%. Penilaian yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran kurang melihat aspek keterampilan proses siswa sehingga pembelajaran biologi yang seharusnya juga melatihkan keterampilan proses dan sikap sering kali terabaikan, seperti siswa kurang terampil dalam merancang suatu percobaan serta menggunakan alat saat kegiatan praktikum. Keterampilan psikomotorik dan sikap kurang diberdayakan dapat dilihat dari nilai psikomotorik yang diperoleh siswa untuk kegiatan praktikum yang jauh lebih rendah daripada nilai kognitif, hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai psikomotorik yang diperoleh siswa hanya 73 lebih rendah daripada nilai kognitif yang diperoleh siswa dengan rata-ratanya sebesar 78. Kegiatan praktikum pada pembelajaran biologi jarang dilakukan, hanya dilakukan pada materi-materi tertentu tanpa adanya penilaian khusus terhadap hasil kinerja siswa saat melaksanakan kegiatan praktikum seperti tuntutan authentic assesment pada Kurikulum 2013.
5
Menurut Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang guru menegaskan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani rohani serta kualifikasi lain yang dipersyaratkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Upaya yang dapat dilakukan seorang guru untuk memenuhi tuntutan kompetensi pedagogik dalam kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki yaitu dengan melaksanankan kewajiban dan tugas sebagai guru dengan merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Bentuk upaya yang tidak bisa dipisahkan dari tugas dan kewajiban guru adalah dalam hal penilaian. Permendikbud (2014) nomor 104 yang menjelaskan tentang penilaian menyatakan bahwa penilaian dalam Kurikulum 2013 menuntut guru untuk melakukan penilaian secara menyeluruh, tidak hanya pada kemampuan kognitif saja tetapi juga kemampuan psikomotor dan afektif. Kemampuan kognitif siswa dilihat dari hasil nilai kognitif, sedangkan psikomotorik dan afektif siswa dapat dilihat dari hasil keterampilan proses. Upaya untuk memberdayakan keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan kegiatan praktikum. Praktikum merupakan bagian dari proses pembelajaran yang bertujuan agar siswa mendapatkan kesempatan untuk menguji dan melaksanakan teori-teori yang sudah diperoleh kedalam keadaan nyata. Kegiatan praktikum merupakan latihan aktivitas ilmiah baik berupa eksperimen, observasi maupun demonstrasi yang menunjukan adanya ketertarikan antara teori dengan fenomena yang dilaksanakan baik di laboratorium maupun di luar laboratorium (Rustaman, 2003). Kegiatan praktikum pada pembelajaran biologi sangat berperan dalam pengembangan keterampilan siswa. Kemampuan siswa dalam membangun serta mengaplikasikan konsep-konsep biologi dapat dikembangkan melalui kegiatan praktikum. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu siswa mengalami perubahan positif maka perlu diadakannya suatu penilaian. Kegiatan praktikum akan lebih bermakna apabila siswa telah menguasai keterampilan kinerja yang
6
diukur menggunakan alat ukur yang tepat, seperti penggunaan psychomotor performance assesment yang digunakan untuk menilai kinerja siswa secara menyeluruh kegiatan praktikum tersebut. Penerapan psychomotor performance assesment dilakukan dalam upaya pemenuhan penilaian psikomotorik pada pembelajaran berbasis Kurikulum 2013. Psychomotor performance assesment merupakan salah satu dari bagian asesmen alternatif yang memadukan sifat-sifat yang ada pada asesmen alternatif dan authentic assesment. Asesmen alternatif menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga dapat mengembangkan instrumen untuk mengukur kemampuan siswa dengan cara yang lebih baik. Penggunaan asesmen penting dalam pembelajaran, agar siswa dapat mengetahui apa saja yang sudah dan belum dicapai secara optimal. Siswa perlu mendapatkan penilaian hasil belajar untuk menentukan posisi relatif siswa terhadap standar yang telah ditentukan serta menilai kemampuan yang telah dikuasai siswa setelah menerima pengalaman belajar (Zulfatin, 2014). Berdasarkan hasil analisis kebutuhan MAN 2 Ponorogo materi biologi kelas X semester ganjil yang dianggap sulit oleh siswa yaitu virus, bakteri, dan protista. Nilai rata-rata UN tahun 2014 di MAN 2 Ponorogo untuk materi Archaebacteria dan Eubacteria memiliki nilai rata-rata 70,91 lebih rendah dibanding dengan nilai virus dan protista. Sistem penilaian yang dilakukan untuk materi bakteri terdiri dari 3 ranah yaitu penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembelajaran pada materi Archaebacteria dan Eubacteria menuntut siswa untuk menguasai kompetensi dasar (KD) materi kognitif yaitu menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan Archaebacteria dan Eubacteria berdasarkan ciri-ciri dan bentuk melalui pengamatan secara teliti dan sistematis, sedangkan kompetensi dasar (KD) untuk proses yaitu menjelaskan data tentang ciri-ciri dan peran Archaebacteria dan Eubacteria dalam kehidupan berdasarkan hasil pengamatan dalam bentuk laporan tertulis. Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa pada materi bakteri tidak hanya dilihat dari segi kognitif tetapi juga dari psikomotor siswa yang dapat dinilai dengan menguji kemampuan siswa melakukan unjuk kinerja. Pilihan materi yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja siswa adalah dengan kegiatan praktikum penanaman
7
bakteri, pengamatan sel, serta pengecatan gram bakteri. Kegiatan praktikum pada penanaman bakteri, pengamatan sel, serta pengecatan gram bakteri membutuhkan keterampilan dengan beberapa teknik khusus yang menuntut siswa untuk melakukan keterampilan proses. Pemilihan materi bakteri untuk penelitian dikarenakan walaupun rata-rata nilai kognitif siswa disekolah sudah cukup baik namun untuk nilai psikomotor yang mengukur keterampilan proses siswa masih dibawah nilai kognitif yang disebabkan karena pelaksanaan penilaian unjuk kinerja siswa kurang diberdayakan dalam upaya mengaplikasikan teori yang sudah diterima siswa pada kegiatan praktikum, serta untuk meningkatkan kualitas penilaian yang digunakan guru untuk mengukur kemampuan kinerja siswa pada materi bakteri dalam upaya pemenuhan authentic assesment dalam pembelajaran Kurikulum 2013. Mengingat
pentingnya
penerapan
performance
assesment
dalam
pelaksanaan kegiatan praktikum yang sangat sesuai untuk menilai keterampilan proses siswa dalam upaya pemenuhan authentic assesment Kurikulum 2013, maka diperlukan penelitian pengembangan asesmen dengan judul “Pengembangan Psychomotor Performance Assesment Berbasis Pendekatan Saintifik dalam Kerangka Authentic Assesment pada Praktikum Bakteri Kelas X SMA”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana
karakter
psychomotor
performance
assesment
berbasis
pendekatan sintifik dalam kerangka authentic assesment pada praktikum bakteri kelas X yang dikembangkan? 2. Bagaimana kelayakan psychomotor performance assesment berbasis pendekatan sintifik dalam kerangka authentic assesment pada praktikum bakteri kelas X yang dikembangkan? 3. Bagaimana keefektifan psychomotor performance assesment berbasis pendekatan sintifik dalam kerangka authentic assesment pada praktikum bakteri kelas X yang dikembangkan?
8
C. Tujuan Pengembangan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui karakter psychomotor performance assesment berbasis pendekatan sintifik dalam kerangka authentic assesment pada praktikum bakteri kelas X yang dikembangkan. 2. Untuk mengetahui kelayakan psychomotor performance assesment berbasis pendekatan sintifik dalam kerangka authentic assesment pada praktikum bakteri kelas X yang dikembangkan. 3. Untuk mengetahui keefektifan psychomotor performance assesment berbasis pendekatan sintifik dalam kerangka authentic assesment pada praktikum bakteri kelas X yang dikembangkan.
D. Spesifikasi Produk Produk yang dikembangkan berupa lembar psychomotor performance assesment dalam bentuk suatu format penilaian yang berisi mata pelajaran, kelas/semester, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, judul tugas, petunjuk siswa, kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi. Terdapat pula rubrik penilaian yang digunakan sebagai pedoman untuk menilai berdasarkan kriteria yang ditentukan. Rubrik menggunakan skala rentang 4 dengan beberapa penjelasan kriteria untuk masing-masing skala. Lembar tersebut memuat semua ranah yang akan dinilai serta kolom penilaian untuk setiap siswa. Kinerja siswa akan dinilai untuk setiap individu dalam kelompok untuk masing-masing kriteria yang dilakukan. Penilaian dilengkapi pula dengan petunjuk penskoran yang bertujuan untuk mengetahui hasil akhir penskoran dengan interpretasi nilai yang didapatkan berdasarkan pada perhitungan atas penilaian unjuk kerja yang diamati.
E. Manfaat Penelitian Hasil pengembangan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak berupa: 1. Manfaat Teoritis
9
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan alternatif penggunaan penilaian yang tepat, inovatif sesuai dengan hakikat pendekatan saintifik sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah, serta mampu mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran biologi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. 2) Melatih siswa untuk memberdayakan potensi kemampuan literasi sains. 3) Memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat membangun dan membentuk keterampilan siswa. 4) Terlibat aktif serta dapat berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga siswa mampu menggali segala potensi yang dimilikinya dalam pemenuhan penilaian psikomotor dan authentic assesment. b. Bagi Guru 1) Menambah pengetahuan guru mengenai cara penilaian psikomotor. 2) Memberikan informasi dan refrensi terkait dengan penilaian yang sesuai dengan tuntutan pemenuhan authentic assesment kurikulum 2013. c. Bagi peneliti Sebagai kajian dalam pengembangan suatu bentuk psychomotor performance assesment pada mata pelajaran biologi kelas X SMA. d. Bagi pihak lain Memberikan pengetahuan baru untuk penelitian pengembangan lebih lanjut sehingga dapat dihasilkan produk yang lebih baik, khususnya dalam bentuk penilaian yang diterapkan dalam mata pelajaran yang lainnya.
F. Asumsi dan Batasan Pengembangan Asumsi yang membantu landasan pengembangan kerangka berpikir sebagai berikut: Siswa sebelumnya telah mendapatkan materi pada Kompetensi Dasar (KD) materi untuk kognitif yaitu menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan archaebacteria dan eubacteria berdasarkan ciri-ciri dan bentuk melalui pengamatan secara teliti dan sistematis, sedangkan kompetensi dasar
10
(KD) untuk proses yaitu menjelaskan data tentang ciri-ciri dan peran archaebacteria dan eubacteria dalam kehidupan berdasarkan hasil pengamatan dalam bentuk laporan tertulis. Rubrik psychomotor performance assesment berbasis pendekatan saintifik dapat digunakan dalam pemenuhan penilaian autentik kurikulum 2013. Batasan pengembangan rubrik psychomotor performance assesment berbasis pendekatan saintifik sebagai berikut: 1) Produk pengembangan rubrik psychomotor performance assesment hanya menggunakan materi bakteri. 2) Produk pengembangan hanya dapat digunakan siswa yang telah mendapatkan materi dan asistensi pada praktikum bakteri. 3) Bentuk penilaian utama digunakan untuk pemenuhan penilaian keterampilan siswa (penilaian psikomotor). 4) Sekolah yang digunakan sebagai tempat uji coba lapangan adalah MAN 2 Ponorogo.
G. Definisi Operasional Definisi operasional yang berkaitan dengan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut. 1. Psychomotor Performance assesment merupakan cara penilaian dengan berbagai
macam tugas dan situasi di mana siswa diminta untuk
mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-kriteria yang sudah diinginkan. (Majid, 2008). 2. Praktikum dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang memungkinkan siswa menerapkan keterampilan atau mempraktekkan sesuatu. 3. Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga dapat dipertanggungjawabkan (Sujarwanta, 2012).
11
4. Authentic assesment merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Majid, 2008).