BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Desa
Tanggeran Paninggaran adalah Desa yang terdapat di
Kabupaten Pekalongan termasuk ke dalam daerah desa padat penduduk, Sebagian penduduk di desa Tanggeran Paninggaranbermata pencaharian sebagai petani sawah dan kebun, namun daerah tersebut juga memelihara ternak yaitu ternak Sapi, yang mana hampir disetiap rumah penduduk mayoritas memelihara ternak Sapisebagai mata pencarian. Di
Desa
Tanggeran
Paninggaran
Kabupaten
Pekalongan
sebagaimana diketahui, bahwa terdapat suatu sistem Gaduh hewan ternak yang dilaksanakan dua orang atau lebih antara mereka menyepakati perjanjian, bahwa apabila hewan ternak yang di gaduhkan atau diperjanjikan itu mati atau hilang sebelum beranak, maka perjanjian gaduh hewan ternak tersebut dibatalkan, dan uang yang dibayarkan oleh yang menumpang membeli hewan ternak tersebut tidak dikembalikan lagi. Gaduh merupakan salah satu bentuk kerjasama yang terjadi di Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan. Pada masyarakat tersebut mayoritas beragama Islam, sangat kental dan kuat sekali dengan agamanya sehingga dalam melakukan kerjasama pada masyarakat tersebut saling percaya karena berpegang pada kebiasaan masyarakat yang sudah mengetahui karakter-karakter masyarakat di desa tersebut.. Istilah masyarakat Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan disebut sistem gaduh (sistem pemeliharaan ternak di mana pemilik
ternak
mempercayakan
pemeliharaan
ternaknya
kepada
penggaduh dengan imbalan bagi hasil). Pelaksanaan Sistem Gaduh yang ada di Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan merupakan
1
2
pelaksanaan gaduh yang sering dilakukan atau diperjanjikan yang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat . Di Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan itu sangat potensial sekali di dalam melakukan peternakan dengan menggunakan sistem gaduh karena mayoritas masyarakat tersebut banyak yang berternak sapi baik ternak milik sendiri maupun milik orang lain yang di gaduhkan. Di desa Tanggeran sendiri Jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 1772 jiwa yang terdiri dari: 906 jumlah laki-laki, 866 jumlah Perempuan Dari total seluruhnya ada 363 anggota keluarga yang tercantum di dalam KK.1 Dilihat dari jumlah penduduk yang ada dan yang beternak Sapi melakukan sistem gaduh itu itu sangat banyak prossentase yang ada di Desa Tanggeran Kabupaten Paninggaran dari jumlah penduduk yang ada di masyarakat yang pekerjaanya ternak dan melakukan sistem gaduh pengaruh dalam hal pendapatan dan pemberdayaan ekonomi juga bagus . Sebab pelaksanaan
gaduh
yang ada di
Desa Tanggeran
Paninggaran Kabupaten Pekalongan yakni melalui akad Bagi hasil. Kemudian sistemnya menunggu sampai hewan ternak yang digaduhkan itu beranak dan hasilakan dibagi sesuai kesepakatan, membagi anak hewan ternak yang digaduhkan tersebut, atau membagikan dari hasil penjualan hewan ternak. Setelah hewan ternak yang digaduhkan tersebut beranak satu, dua, tiga, dan seterusnya, maka sistem gaduh itu bisa berlangsung terus menerus sampai hewan ternak yang digaduhkan mati atau hilang, bisa jadi sesuai perjanjian akad yang pertama kali menggaduh, Menurut Bapak Darno mengatakan: “Walaupun hewan ternak yang di gaduhkan tersebut mati atau hilang setelah beranak bisa dilanjutkan terus-menerus, bisa digantikan atau diganti dengan hewan ternak yang lainnya tanpa harus membayar kembali, tergantung kesepakatan antara Pemodal dan 1
Wawancara dengan Bapak Kistono (Kepala Desa) Tanggal 10 September 2015 jam 09.00 Wib
3
Peternak”2. Kecuali hewan ternak yang digaduhkan mati atau hilang sebelum beranak maka perjanjian gaduh dibatalkan. Gaduh berasal dari bahasa Jawa yang secara sederhana dapat diartikan sebagai seseorang yang memberikan modal yang dimilikinya untuk dikembangkan orang lain. gaduh merupakan sistem bagi hasil di usaha pertanian atau peternakan3.Sistem ini memberikan keuntungan bagi pemilik modal maupun peternak. Orang yang mempunyai kehidupan ekonomi yang lebih mapan menitipkan ternaknya untuk dipelihara oleh peternak. Hasil usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama antara pemilik modal dan peternak. Dalam praktiknya pemilik modal memberikan uang kepada pengelola untuk membelikan „ pedèt (anak Sapi) sesuai dengan pilihannya. Harga pembelian tersebut merupakan modal awal dan dalam proses pemeliharaannya pemilik tidak ikut campur tangan. Bentuk akad yang dilakukan oleh kedua belah pihak hanya melalui akad lisan saja, dan hal itu sudah menjadi adat kebiasan yang turun-temurun. Sistem gaduh ternak Sapi pada masyarakat Desa Tanggeran Paninggaran masih menggunakan sistem adat yang ada melalui perjanjian, perjanjian dilakukan atas dasar saling kenal dan saling percaya. Dalam pola kerja sama ini diharapkan meningkatkan kesejahteraan peternak, namun seringkali peternak merasa tidak memiliki keuntungan yang optimal atas kerjasama yang dilakukan,
Kenyataannya pola sistem
gaduhan tetap dijalankan. Pelaksanaan gaduh yang ada di Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan merupakan pelaksanaan gaduhan yang sering dilakukan atau diperjanjikan yang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan. Praktik gaduh yang
2
Wawancara dengan Bapak Darno (Pemodal), tanggal 10 September 2015 Jam 10.00
Wib 3
Departeman Pendididkan Nasional. 2008. Kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa. Jakarta: PT Gramedia Hal 404
4
ada di Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan yakni hewan ternak yang berkaki empat yaitu sapi. Menurut Bapak Nur kholis, bahwa yang ada di Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan pada awal kerjasama gaduhan, telah disepakati beberapa persyaratan antara lain4: 1. Seluruh biaya penggemukan ditanggung peternak, mulai dari biaya kandang, penyediaan hijauan, pakan konsentrat sampai kepada obatobatan. 2.
pemilik modal menyediakan Sapi yang akan digemukkan, dan memasarkan sapi hasil penggemukan.
3.
Pemodal memperoleh bagian 60% dan pengelola 40% dari hasil Sapi selama digaduhkan. Hewan gaduh berlaku pada hewan ternak yang betina dan jantan,
karena pada dasarnya yang menjadi tujuan dalam pelaksanaan perjanjian gaduh hewan ternak ini akan mendapatkan anaknya atau dijual, hanya saja sistemnya menunggu sampai hewan ternak yang diperjanjikan tersebut beranak dan sistem bagi hasil sesuai kesepakatan yang telah disepakati oleh pemodal dan peternak. Dengan demikian setelah mereka selesai melaksanakan pembagian berdasarkan kesepakatan hewan yang digaduhkan tersebut, mereka si pemodal dan si peternak bisa berakhir sampai disini. Namun seandainya ingin diteruskan lagi tergantung dengan kesepakatan mereka. Menurut salah seorang warga Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan juga bernama Sumono umur 47 tahun mengatakan bahwa:“walaupun di antara mereka melangsungkan perjanjian gaduh hewan ternak tersebut sudah mencapai yang demikian dalam arti sudah dibagi, mereka bisa melanjutkannya terus menerus sampai hewan ternak
4
Wawancara dengan Bapak Nur Kholis (Pamong tani) tanggal 10 September 2015 jam 11.00 Wib
5
tersebut beranak lagi tanpa mengharuskan si pemodal membayar kembali”5. Bertolak pada pernyataan diatas maka penulis ingin menganalisis Sistem bagi hasil gaduh peternakan Sapi di Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini berjudul “TINJAUAN EKONOMI ISLAM TENTANG GADUH BAGI HASIL PETERNAKAN SAPI DI DESA TANGGERAN PANINGGARAN KABUPATEN PEKALONGAN”.
B. RUMUSAN MASALAH 1) Bagaimana penerapan praktik bagi hasil gaduh peternakan Sapi di Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan? 2) Bagaimana tinjauan ekonomi Islam tentang Praktik bagi hasil gaduh peternakan Sapi di Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan?
C. TUJUAN PENELITIAN a. Untuk mengetahui Penerapan praktik Bagi hasil Gaduh Peternakan Sapi di Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten Pekalongan. b. Untuk mengetahui Tinjauan Ekonomi Islam tentang praktik Bagi hasil Gaduh dalam Peternakan Sapi di Desa Tanggeran paninggaran Kabupaten Pekalongan.
D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini dapat ditemukan menjadi dua sisi, antara lain: 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan kajian ilmiah dan dapat digunakan sebagai sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam didang ekonomi Islam. 5
Wawancara dengan Bapak Sumono (Warga) Tanggal 10 September 2015 Jam 13.00 Wib
6
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan guna menambah rujukan bagi mahasiswa untuk penelitian khususnya mengenai sistem bagi hasil gaduh Sapi dikalangan masyarakat Desa. 2. Manfaat praktis a. Bagi pemerintah sebagai bahan masukan untuk bisa menerapkan sistem bagi hasil secara ekonomi Islam dalam berternak Sapi, guna meningkatkan pendapatan ekonomi b. Bisa menjadi model dalam pengembangan usaha peternakan Sapi bagi pengembang usaha atau pelaku bisnis lainnya dilihat dari perspektif ekonomi Islam.
7
E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Penulisan skripsi ini akan disusun dalam beberapa bab. Tiap-tiap bab akan memuat beberapa sub bab sesuai dengan keperluan kajian yang akan dilakukan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang uraian mengenai teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, yaitu penjelasan tentang pengertian Akad , pengertian musyarakah, dasar hukum musyarakah, rukun dan syarat, serta macam-macam, berakhirnya musyarakah, kerangka berfikir dan penelitian terdahulu. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang Jenis dan pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian,
Subjek dan objek penelitian, Sumber data, tektik
pengumpulan data, kredibilitas informasi data, teknik analisis data, yang ada di Desa Tanggeran Paningaran Kabupaten Pekalongan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang gambaran umum, penerapan sistem bagi hasil gaduh di Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten pekalongan, dan tinjauan ekonomi Islam tentang pelaksanaan bagi hasil gaduh ternak Sapi di Desa Tanggeran Paninggaran Kabupaten pekalongan. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi yang terdiri dari kesimpulan dan saran.