BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah suatu saluran terbuka yang berfungsi sebagai saluran drainasi yang terbentuk secara alami. Sungai mengalirkan air dari tempat yang tinggi (hulu) ketempat yang rendah (hilir) berdasarkan kemiringan dasar sungai dan gaya gravitasi pada morfologi sungai. Morfologi sungai merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam proses terjadinya gerusan, hal ini disebabkan aliran saluran terbuka mempunyai permukaan bebas (free surface). Kondisi aliran saluran terbuka berdasarkan pada kedudukan permukaan bebasnya cenderung berubah sesuai waktu dan ruang, disamping itu ada hubungan ketergantungan antara kedalaman aliran, debit air, kemiringan dasar saluran dan permukaan saluran bebas itu sendiri. Semakin besar kemiringan dasar sungai, maka semakin besar kecepatan air yang mengalir. Kondisi sungai dimana aliran yang terjadi adalah aliran yang paling cepat mengalir disebut sebagai aliran superkritik. Aliran superkritik adalah aliran dimana kedalaman dan kecepatan alirannya cepat. Dimana jenis aliran yang digunakan dapat diketahui dengan menghitung angka froude. Untuk aliran superkritik, nilai angka froude yang didapat adalah lebih besar daripada satu. Semakin besar aliran yang terjadi pada dasar sungai, akan menghasilkan gerusan terhadap dasar sungai yang semakin besar pula. Jika dalam jangka waktu tertentu terjadi secara terus menerus, maka akan menyebabkan kehilangan terhadap tanah dasar yang semakin besar. Gerusan merupakan proses alam yang dapat mengakibatkan gerusan lokal (local scouring) yang merupakan proses alamiah yang terjadi di sungai akibat pengaruh morfologi sungai (kemiringan dasar sungai) atau adanya bangunan air yang menghalangi aliran. Adanya bangunan air tersebut menyebabkan perubahan karakteristik seperti kecepatan aliran dan turbulensi, sehingga menimbulkan perubahan transpor sedimen dan terjadinya gerusan. Adanya halangan pada alur
1
2
sungai akan menyebabkan perubahan pola aliran. Adapun bangunan yang sering menghalangi aliran sungai adalah pilar jembatan. Pilar merupakan bagian struktur bawah jembatan yang keberadaannya menyebabkan perubahan pola aliran sungai. Goresan yang disebabkan dapat membuat dasar sungai membentuk cekungan. Cekungan ini dapat mengganggu fungsi stabilitas pilar. Hal ini diperburuk ketika pilar berada dialiran superkritik yang dapat mengakibatkan aliran debris. Aliran debris dikenal pada sungai-sungai gunung berapi merupakan aliran dari campuran air dan sedimen dengan berbagai ukuran. Aliran ini dikenal mempunyai kekuatan untuk menghancurkan dan kecepatan alirnya sangat cepat (Kusumobroto, 2006 dalam Anwar, 2014). Ketika pilar jembatan dibangun diatas dasar sungai yang memiliki kemiringan tinggi dan mengakibatkan aliran superkritik, akan terjadi aliran debris yang mana jumlah gerusan atau sedimen yang terangkut diperkirakan akan melebihi jumlah angkutan sedimen atau gerusan yang melebihi kondisi equilibrium atau dalam kondisi seimbang, sehingga gerusan lokal yang terjadi disekitar pilar akan lebih besar, hal ini akan berpengaruh terhadap kestabilan konstruksi terutama pada bangunan air yang ada di sepanjang sungai contohnya pilar-pilar jembatan dan dinding penahan tanah. Untuk itu perlu penanganan yang dapat membuat sedimen yang terangkut masih berada dalam kondisi equilibriumnya. Pada penelitian ini dilakukan analisa model fisik yang dilakukan dengan penambahan sedimen atau penambahan debris yang dimodelkan dengan sediment feeding, dimana dilakukan penambahan sedimen dengan ukuran dan jumlah yang sama dengan sedimen yang terangkut dalam waktu tertentu dan selama waktu tertentu. Banyak bentuk dan jenis pilar yang digunakan pada perencanaan jembatan, dalam penelitian ini diteliti bentuk pilar kapsul yang berpenampang persegi dengan ujung dibulatkan dan pilar berbentuk tajam yang berpenampang belah ketupat. Yang mana Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan sediment feeding pada kondisi stabil terhadap gerusan yang terjadi
3
disekitar pilar kapsul dan pilar tajam di aliran superkritik atau pada saat terjadi aliran debris. B. Rumusan Masalah Penelitian ini diharapkan dapat memiliki suatu kejelasan dalam pengerjaannya, sehingga dibuat rumusan masalah antara lain: 1. Bagaimana pengaruh aliran debris terhadap gerusan lokal yang terjadi disekitar pilar kapsul dan pilar tajam akibat aliran superkritik. 2. Bagaimana pola aliran dan kecepatan ketika terjadi aliran debris disekitar gerusan lokal yang terjadi di pilar kapsul dan pilar tajam pada aliran superkritik. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh aliran debris terhadap gerusan lokal yang terjadi disekitar pilar kapsul dan pilar tajam akibat aliran superkritik. 2. Mengetahui pola aliran dan kecepatan ketika terjadi aliran debris disekitar gerusan lokal yang terjadi di pilar kapsul dan pilar tajam pada aliran superkritik. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dimaksudkan agar menambah wawasan, pengalaman maupun pengetahuan mengenai 1. Memberikan pengetahuan mengenai pengaruh aliran debris terhadap gerusan lokal yang terjadi disekitar pilar kapsul dan pilar tajam akibat aliran superkritik. 2. Dapat mengetahui pola aliran dan kecepatan ketika terjadi aliran debris disekitar gerusan lokal yang terjadi di pilar kapsul dan pilar tajam pada aliran superkritik. E. Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan di laboratorium keairan Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan batasan-batasan sebagai berikut: 1. Pemodelan menggunakan flume dengan panjang 5 meter dan lebar 0,46 meter.
4
2. Keadaan morfologi sungai yang didekati adalah keadaan dimana sungai memiliki bentuk lurus yang diberi penghalang ditengahnya (pilar jembatan). 3. Pilar pertama yang digunakan adalah pilar kapsul dengan tinggi 15 cm, lebar 7,62 cm dan panjang 15,24 cm dengan bentuk penampang pilar berupa persegi panjang dengan ujung setengah lingkaran. 4. Pilar kedua yang digunakan adalah pilar tajam yang berpenampang belah ketupat, dengan tinggi 15 cm, panjang diagonal 7,62 cm. 5. Pilar ditanam sedalam 9 cm kedalam tanah dari 10 cm dasar sungai yang telah dibuat dengan sedimen non- uniform. 6. Kondisi aliran adalah permanen seragam (steady–uniform flow) dengan debit Q = 0.005728 m3/det, nilai slope (s) = 0.0358, angka manning (n) = 0.01872, tinggi miring peluap segitiga = 0.015 m, untuk mendapatkan angka froud (Fr) = 1.7173, dimana aliran yang terjadi superkritik untuk mendapatkan kondisi sungai yang berada dihulu sungai. 7. Pemodelan debris dilakukan menggunakan sediment feeding yang ditaburkan menggunakan gelas penabur. 8. Sedimen yang digunakan adalah sediment non uniform yang berukuran maksimal 1 mm. 9. Pemberian sediment feeding dilakukan 1 meter dari pilar. 10. penambahan sediment feeding dilakukan dengan menambahkan sedimen dengan ukuran dan jumlah yang sama dengan sedimen yang terangkut dalam waktu tertentu dan selama waktu tertentu. 11. Penelitian ini menganalisis fenomena perubahan aliran yang terjadi pada sekitar pilar jembatan dengan pengamatan visual dengan sediment tracking, kemudian dianalisis dengan metode PIV( Particle Image Velocimetry). 12. Menggunakan software
Surface Modelling System (SMS) untuk
menganalisis kedalaman gerusan sekitar pilar.
5
F. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengamatan dan pengecekan yang telah dilakukan penulis, tugas akhir dengan judul “Analisa Model Fisik Pengaruh Aliran Debris Terhadap Gerusan Lokal Yang Terjadi Di Pilar Jembatan (Studi Pilar Kapsul dan Pilar Tajam, Aliran Superkritik)” belum pernah digunakan sebelumnya.