BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru yang bertindak sebagai pelaksana kegiatan mengajar dengan siswa yang bertindak sebagai pelaksana kegiatan belajar. Pembelajaran yang terjadi pada masing-masing sekolah berbeda. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran akan lebih baik jika dilakukan secara aktif oleh guru dan siswa, tetapi pada umumnya pembelajaran hanya dilakukan secara aktif oleh guru. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan pembelajaran di SMK Muhammadiyah 2 Ngawi yang mana pembelajaran pada standar kompetensi mendiagnosis permasalahan PC dan periferal hanya didominasi oleh guru. Berdasarkan wawancara pada salah satu guru mata pelajaran program keahlian teknik komputer jaringan SMK Muhammadiyah 2 Ngawi, rendahnya keaktifan siswa disebabkan oleh kurangnya respon siswa terhadap materi yang disampaikan, sehingga siswa cenderung pasif dan hanya guru yang berperan aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan observasi kelas yang telah dilakukan pada kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 2 Ngawi, dapat diketahui bahwa tidak banyak aktivitas belajar yang dilakukan siswa pada pembelajaran standar kompetensi mendiagnosis permasalahan pengoperasian PC dan periferal. Keaktifan siswa dapat dilihat dari beberapa kegiatan selama observasi, seperti antusiasme siswa dalam menerima pelajaran, menjawab pertanyaan guru, mengeluarkan pendapat, dan berpartisipasi dalam pembelajaran. Hasil observasi kelas yang dilakukan pada saat pembelajaran menunjukkan bahwa terdapat 5 siswa aktif dalam pembelajaran, yang didominasi siswa laki-laki. Persentase siswa aktif yaitu 13,16%, sedangkan persentase siswa tidak aktif yaitu 86,84%. Data empiris dari keaktifan siswa tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1.
1
2
Tabel
1.1.
Keaktifan Siswa pada Standar Pengoperasian PC dan Periferal
Kategori Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif
Keterangan Aktif Aktif Tidak Aktif Tidak Aktif
Kompetensi
Jumlah Siswa 0 5 32 1
Mendiagnosis Persentase 0% 13,16% 84,21% 2,63%
Rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran dimungkinkan dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar. Berdasarkan penelusuran dokumen rapor pada kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 2 Ngawi ditemukan bahwa hasil belajar siswa pada beberapa standar kompetensi belum optimal, salah satunya pada standar kompetensi mendiagnosis permasalahan pengoperasian PC dan periferal. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai UTS (Ulangan Tengah Semester) semester ganjil yang menunjukkan terdapat 23 siswa memiliki nilai UTS di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari total siswa yang berjumlah 38. Persentase siswa lulus KKM yaitu 39,47%, sedangkan persentase siswa tidak lulus KKM yaitu 60,53%. Data empiris dari nilai UTS tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Nilai UTS Standar Kompetensi Mendiagnosis Pengoperasian PC dan Periferal Nilai 0-59 60-74 75-89 90-100
Predikat Kurang Cukup Baik Amat Baik
Keterangan Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas
Jumlah Siswa 3 20 13 2
Persentase 7,9% 52,63% 34,21% 5,26%
Rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa dapat disebabkan oleh penggunaan metode ceramah yang tidak didukung dengan model pembelajaran inovatif dalam menyampaikan materi. Sesekali guru membuat diskusi kelompok dalam pembelajaran tersebut, tetapi pemilihan anggota kelompok tidak dilakukan secara heterogen. Masing-masing kelompok tidak ada kombinasi antara siswa laki-laki dengan perempuan, dan antara siswa berprestasi belajar baik dengan kurang. Keadaan tersebut mengakibatkan diskusi tidak maksimal, sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran tidak merata. Terlebih terdapat
3
satu siswa yang mempunyai kemampuan sangat lambat dalam merespon materi pembelajaran. Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan sebelumnya, maka perlu dilakukan inovasi model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran yang biasanya terpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah dapat digantikan dengan penerapan model pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat diterapkan pada kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 2 Ngawi. Model pembelajaran kooperatif lebih menekankan hubungan antar siswa yang dapat mengembangkan kemampuan akademis masing-masing siswa. Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, salah satunya adalah model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dipilih dengan alasan bahwa model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pemahaman, kerjasama, dan keaktifan dalam pembelajaran. Ketentuan pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya heterogen. Siswa dituntut aktif berdiskusi dalam kelompok tersebut agar dapat menyelesaikan soal diskusi. Penyelesaian yang mereka sepakati harus dipahami oleh semua anggota kelompok. Guru akan menunjuk seorang siswa secara acak untuk mewakili kelompoknya dalam menyampaikan hasil diskusi. Penunjukkan secara acak dalam menyampaikan hasil diskusi menjadikan siswa lebih bertanggungjawab atas kelompoknya. Demi terwujudnya pembelajaran yang optimal, model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dikolaborasikan dengan model pembelajaran aktif. Model pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran aktif juga memiliki beberapa tipe, salah satunya adalah pembelajaran aktif tipe Giving Question Getting Answer (GQGA). Model pembelajaran aktif tipe GQGA dipilih untuk dikolaborasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan alasan untuk menjadikan siswa lebih paham terhadap materi yang dipelajari. Model pembelajaran aktif tipe
4
GQGA
bertujuan
untuk
mengecek
pemahaman
siswa
dengan
melatih
keterampilan bertanya dan menjawab menggunakan bantuan media kertas. Siswa akan diuji pamahamannya melalui tanya jawab antar kelompok, sehingga siswa akan tertantang untuk mengingat kembali materi apa saja yang telah dipelajari. Apabila tidak ada kelompok yang bertanya atau menjawab, maka guru yang akan memberikan pertanyaan atau jawaban. Penelitian ini dihararapkan dapat memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi pada kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 2 Ngawi. Penelitian akan dilaksanakan adalah penelitian dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran NHT dan GQGA untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Kognitif pada Materi Perbaikan Periferal Siswa Kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 2 Ngawi”.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah penerapan kolaborasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran aktif tipe GQGA dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 2 Ngawi pada perbaikan periferal? 2. Apakah penerapan kolaborasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran aktif tipe GQGA dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 2 Ngawi pada perbaikan periferal?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui apakah penerapan kolaborasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran aktif tipe GQGA dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 2 Ngawi pada perbaikan periferal. 2. Mengetahui apakah penerapan kolaborasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran aktif tipe GQGA dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas X TKJ SMK Muhammadiyah 2 Ngawi pada perbaikan periferal.
5
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Meningkatkan kerjasama tim dengan diskusi pada materi perbaikan periferal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. 2) Meningkatkan keaktifan tanya jawab pada materi perbaikan periferal dengan diterapkannya model pembelajaran aktif tipe Giving Question Getting Answer. 3) Meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa. b. Bagi Guru 1) Guru dapat mengevaluasi proses pembelajaran apakah berhasil meningkatkan keaktifan dan hasil belajar ranah kognitif siswa atau tidak. 2) Bahan inovasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. c. Bagi Sekolah 1) Bahan pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif. d. Bagi Peneliti 1) Memberikan wawasan untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran 2. Manfaat Teoritis a) Memberikan informasi mengenai manfaat penerapan kolaborasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan aktif tipe GQGA pada materi perbaikan periferal. b) Bahan pustaka untuk mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer.