BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya
aktivitas
fisik
dan
meningkatnya
pencemaran/polusi
lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak
menular
seperti: jantung, tumor, diabetes,
hipertensi, gagal ginjal dan sebagainya. Demikian
juga dengan
pola
penyakit penyebab kematian menunjukkan adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya penyebab kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif) (Depkes RI, 2006).
Salah satu jenis penyakit tidak menular yang ternyata menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi adalah penyakit diabetes melitus. Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu suatu hormone yang diporoduksi pancreas, mengendalikan kadar gula dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya, (Brunner & Suddarth, 2004).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa 1
2
selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak
menular semakin meningkat, sedangkan
kematian karena penyakit menular semakin menurun, proporsi penyakit menular telah menurun sepertiganya dari 44,2% menjadi 28,1%, akan tetapi proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 41,7% menjadi 59,5%, fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut.
Data organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) (2009), Indonesia menempati urutan ke enam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus (DM) terbanyak setelah India, Cina, Unisoviet, Jepang dan Brasil. Pada tahun 2006 jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menjadi 6,4%, jika peningkatan penderita diabetes mellitus (DM) pertahunnya 1,64%, maka bisa kita bayangkan berapa banyak jumlah penderita diabetes mellitus (DM) pada tahun 2009. Menurut estimasi International Diabetes Federation (IDF) tahun 2007, bahwa jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun keatas menderita diabetes mellitus (DM) sebanyak 2,7% pada tahun 2001 dan angka tersebut akan meningkat menjadi 3,4% pada tahun 2020. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa, maka pada tahun 2003 diperkirakan terdapat penderita DM di daerah urban sejumlah 6,2% dan di daerah rural sejumlah 4,1%. Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan terdapat 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun maka diperkirakan terdapat penderita sejumlah 6,2% di daerah urban dan 4,2% di daerah rural (Hastuti, 2008). Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Laras Tahun 2013 ada 884 jumlah kunjungan penderita diabetes melitus (DM) yang berobat ke Rumah Sakit Laras dimana jumlah kunjungan pasien umum yang berobat jalan
3
sebanyak 70%, dan rawat inap sebanyak 30%. Sedangkan pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret jumlah penderita DM sebanyak 234 orang dimana pasien rawat jalan sebanyak 73% dan rawat inap sebanyak 27%. Data tersebut menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus (DM) di Kabupaten Simalungun sangat tinggi (Profil Rumah Sakit Laras, 2012). Penyakit ini bukanlah penyakit yang baru, hanya saja kurang mendapat perhatian di tengah-tengah masyarakat khususnya yang memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit tersebut. Ketidaktahuan akan gambaran penyakit diabetes mellitus (DM) dan kurangnya perhatian masyarakat, serta minimnya pengetahuan dan informasi akan memengaruhi perilaku serta anggapan yang salah akan penyakit ini (Mirza, 2008). Dari data statistik terbaru yang diperoleh diabetes merupakan penyebab utama kebutaan bagi orang dewasa. Setiap 90 menit ada satu orang di dunia yang buta akibat komplikasi diabetes. Diabetes juga menyebabkan amputasi paling sering di luar kecelakaan. Setiap 19 menit ada satu orang di dunia yang diamputasi kakinya. Penyakit jantung dan kerusakan pembuluh darah menjadi 2-4 kali lipat lebih besar akibat diabetes, setiap 19 menit ada satu orang di dunia yang terkena stroke akibat komplikasi diabetes, dan setiap 90 menit juga ada satu
orang di dunia yang harus cuci darah akibat komplikasi
diabetes (Nabil, 2009). Sebenarnya 95 % kesembuhan diabetes tergantung pada pasien diabetes. Senjata yang paling ampuh adalah mengenali dan memahami diabetes. Pasien yang memiliki pengetahuan tentang diabetes dan komplikasinya akan berhasil melawan diabetes (Tandra, 2008).
4
Notoadmojo,
(2007)
mengatakan
bahwa
pengetahuan atau
kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang di dasari oleh pengetahuan dan sikap positif, akan berlangsung langgeng. Pengetahuan penderita mengenai diabetes melitus
merupakan
sarana
yang
membantu
penderita
menjalankan
penanganan diabetes selama hidupnya. Dengan demikian semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti mengenai penyakitnya, maka semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu di perlukan. Pentingnya penderita diabetes melitus mengetahui cara mencegah komplikasi yakni pertama guna mencegah munculnya komplikasi diabetes, atau menunda datangnya komplikasi antara lain dengan cara rutin memeriksakan diri, seperti guna mencegah agar tidak terjadi retinopati diabetik, penderita dengan rutin memeriksakan kesehatan matanya minimal satu tahun sekali. Penderita diabetes juga harus rajin merawat dan memeriksakan kaki, guna menghindari terjadinya kaki diabetik dan kecacatan yang mungkin akan muncul. Kedua Peningkatan pengetahuan penderita mengenai cara mencegah komplikasi juga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes. Sehingga penderita dapat menikmati hidup seperti orang normal pada umumnya yang tidak menderita diabetes melitus, serta penderita tidak perlu mengeluarkan uang secara berlebihan untuk pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Usaha untuk menjaga agar gula darah tetap mendekati normal dan mencegah terjadinya ulkus, tergantung dari motivasi serta pengetahuan penderita mengenali penyakitnya (Herlina, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Laras Tahun 2014, 8 orang (80%) mengatakan kurang mengetahui tentang pencegahan luka diabetes melitus
5
dan 2 orang (20%) mengatakan tahu cara melakukan pencegahan luka diabetes melitus. Berdasarkan hasil penelitian Achmad (2012) tentang Tingkat pengetahuan pasien tentang resiko terjadinya kaki diabetes
didapatkan hasil bahwa
mayoritas pasien memilki pengetahuan dalam kategori cukup sebanyak 29 orang (54,71 %). faktor penggunaan alas kaki sebanyak 90,56% responden membenarkan bahwa penyebab terjadinya kaki diabetes yang terbesar adalah trauma yang disebabkan oleh penggunaan alas kaki yang tidak nyaman, sebanyak 88,67% responden mengatakan benar jika pemakaian kaos kaki pada kulit yang kering dan tumit yang retak dapat mengurangi risiko terjadinya kaki diabetes Dari kondisi tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan luka pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Laras Kabupaten Simalungun Tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan luka pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Laras Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan luka pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Laras Kabupaten Simalungun Tahun 2014.
6
2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Laras Kabupaten Simalungun Tahun 2014. b. Untuk mengetahui perilaku pencegahan luka pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Laras Kabupaten Simalungun Tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
tentang
pengetahuan pasien
terhadap perilaku pencegahan luka.
2. Untuk Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan institusi pendidikan agar memberikan pendidikan tentang pencegahan luka penyakit diabetes melitus.
3. Untuk penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data tambahan bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan pengetahuan pasien terhadap perilaku pencegahan luka diabetes melitus