BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kepuasan pasien sebagai salah satu indikator pelayanan berkualitas harus menjadi perhatian karena berhubungan langsung dengan pengguna pelayanan kesehatan ( Lusa, 2007). Menurut Kotler (1993 dikutip dari Wanti 2011) Kepuasan pasien merupakan perasaan senang dan kecewa pasien sebagai hasil perbandingan antara prestasi yang dirasakan dengan harapan. Pasien akan puas apabila layanan yang didapatkannya sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pasien sedangkan ketidakpuasan akan timbul apabila (outcome) tidak memenuhi harapan pasien.
Dalam pengalaman sehari-hari, ketidakpuasan yang sering dikemukakan pasien adalah yang berkaitan dengan sikap dan perilaku petugas rumah sakit, antara lain: pelayanan dokter dan perawat terlambat, dokter dan perawat kurang komunikatif dan informatif, lamanya proses masuk untuk perawatan, serta ketertiban dan kebersihan lingkungan. Aspek tersebut menduduki peringkat tinggi dalam persepsi kepuasan pasien. Tidak jarang walaupun pasien/keluarganya merasa hasil pelayanan kesehatan tak sesuai dengan harapannya, mereka merasa cukup puas karena dilayani dengan sikap yang menghargai perasaan dan martabatnya (Jacobalis, 2009).
Menurut Perry & Potter (2005), salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan dan kepuasan pasien adalah pemberian informasi yang jelas, komunikasi efektif dan pendidikan kesehatan yang diperlukan oleh pasien. Hal ini didukung oleh penelitian di tiga rumah sakit di Jawa Tengah yang menjelaskan bahwa indikator kepuasan pasien yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan adalah penjelasan perawat terhadap tindakan yang akan dilakukan, 1
2
pemberian dan penjelasan obat, respon perawat terhadap keluhan pasien serta sikap dan ketrampilan perawat. Berdasarkan indikator tersebut sebanyak 13,23% pasien menyatakan tidak puas, dan 86,77% puas. Dengan demikian komunikasi dan pemberian pendidikan kesehatan oleh perawat kepada pasien merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam memenuhi kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan (Suryawati et al, 2006).
Menurut World Health Organization (WHO), pemberian pendidikan kesehatan merupakan tugas utama perawat dan mereka memiliki peran kunci untuk melaksanakan pendidikan kesehatan dimanapun mereka bekerja (Uha Suliha et al, 2008). Kruger (1991 dalam Potter & Perry, 2004) menjelaskan ada tiga area yang merupakan tanggung jawab perawat dalam pendidikan kesehatan pasien, yaitu persiapan pasien untuk menerima perawatan, persiapan pasien dari rumah sakit dan pencatatan aktifitas pendidikan kesehatan.
Discharge
planning/perencanaan
pemulangan
pasien
pada
dasarnya
merupakanprogram pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit pasien (Potter& Perry, 2005). Rondhianto (2008) mendefinisikan discharge planning sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi penyakitnya.
Program discharge planning sudah banyak diterapkan oleh Institusi rumah sakit di berbagai negara termasuk rumah sakitAcute Care Hospitals di Israel, hasil penelitian menyebutkan 659 keluarga (77%) menilai pelaksanaan discharge planning sangat adekuat. Pasien dan keluarga merasa diperhatikan walaupun sudah tidak dirawat dirumah sakit. Keterlibatan anggota keluarga dalam proses perawatan pasien dirumah sangat membantu proses pemulihan pasien. Informasi yang diterima
3
terkait perawatan pasien secara signifikan dapat meningkatkan kesadaran pasien dan keluarga dalam perawatan pasien dirumah (Soskolne, V. 2010)
Kesuksesan tindakan Discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006). Hal ini terkait dengan penelitian oleh Upik Rahmi (2011) tentang pengaruh discharge planning terstruktur terhadap kualitas hidup pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan dan RS Al-Islam Bandung dengan desain quasi eksperimen, populasi adalah pasien stroke iskemik dengan sampel secara consecutive admission berdasarkan estimasi proporsi sebanyak 44 orang, dengan hasil ada pengaruh signifikan discharge planning terstruktur terhadap kualitas hidup pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan dan RS Al-Islam Bandung (p<0,001).
Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di Rumah Sakittelah merancang berbagai bentuk format Discharge Planning, namun discharge planning kebanyakan dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume pasien pulang. sama halnya dengan Discharge Planning yang ada di RSU Sari Mutiara Medan, dari hasil survey peneliti di ruang rawat inap merak Lantai II Gedung Lama RSU Sari Mutiara Medan, Discharge Planning di aplikasikan dalam bentuk pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi yang di sampaikan pada pasien yang akan pulang seperti intervensi medis dan non medis yang sudah diberikan, jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah. Cara ini merupakan pemberian informasi yang sasarannya kepada pasien dan keluarga hanya untuk sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa menjamin apakah pasien dan keluarga mengerti dan mengetahui tentang kondisi penyakit pasien, faktor resiko apa yang dapat membuat penyakitnya kambuh serta penanganan apa yang dilakukan bila terjadi kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakit pasien
4
Berdasarkan hasil survey peneliti di Rekam Medik RSU Sari Mutiara Medan pada tanggal 25 maret 2014 diperoleh data rata-rata pasien rawat inap di Ruangan Merak (Lantai II-A) dan Ruangan Rajawali (Lantai II-B) pada dua bulan terakhir (JanuariFebruari2014) ini adalah sejumlah 957 orang. Peneliti melakukan wawancara kepada 7 orang pasien yang sudah diperbolehkan pulang di ruang rawat inap merak IIA, 5 dari 7 pasien mengatakan mereka puas dengan keramahan perawat tetapi dari segi pelayanan yang diterimanya mereka mengatakan kurang puas dengan alasan kurangnya informasi yang diterima terkait penyakit pasien, obat apa yang diminum serta efek sampingnya, hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan penyakit kambuh kembali serta hal-hal apa saja yang dapat memperparah penyakit pasien.
Dari hasil Penelitian yang dilakukan oleh Sudaryani et al (2009) tentang efektivitas program discharge planning terhadap tingkat kepuasan pasien di RSUD Kabupaten Kebumen dengan desain postest only with control group design atau static group comparison, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Kebumen. Besar sampel adalah 40 pasien. Dengan sampel minimal 1:1, maka besar sampel untuk masing-masing kelompok intervensi dan kontrol adalah 40 pasien. Sehingga sampel keseluruhan sebesar 80 pasien. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, Analisis bivariat digunakan untuk menguji perbedaan kepuasan pasien antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol adalah uji beda 2 mean ttest independent dengan α=0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Hasil ujistatistik menunjukkan rata-rata kepuasan pasien terhadap pelayanankeperawatan pada kelima dimensi kepuasan (keandalan, ketanggapan,jaminan, kepedulian dan bukti langsung) pada kelompok intervensi dan kontrol, terdapat perbedaan yang bermakna tingkat kepuasan pasien dengan p value yang sama yaitu 0,0001. Hal ini berarti bahwa program persiapan pulang efektif terhadap peningkatan kepuasan pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah kebumen (p<0,0001)
5
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh discharge planningterhadap kepuasan pasien di ruangrawat inap RSU Sari Mutiara Medan 2014
B. Rumusan Masalah Berdasarkanlatarbelakang
di
atasmakarumusanmasalahdalampenelitianadalahbagaimana
pengaruh
discharge
planningterhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap?
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh discharge planning terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien pada kelompok intervensi di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014 b. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien pada kelompok kontrol di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Sebagai
bahan
masukan
bagi
responden/pasien
agar
melaksanakan/
mengaplikasikan hal-hal yang telah diberikan melalui pendidikan kesehatan Discharge Planningsetelah kembali kerumah
2. Bagi Perawat
6
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapatdigunakan oleh perawat diruangan untuk memberikan discharge planningsebagai tindakan pelayanan keperawatan mandiri oleh perawatkepada semua pasien dan keluarganya sehingga mereka dapat kooperatif dalam perawatan dan melanjutkan program perawatan, pengobatan dan rehabilitasi setelah sembuh serta Pemberian program discharge planning harus disesuaikan dengan aspek-aspek kepuasan pasien (keandalan, ketanggapan, kepedulian, jaminan dan bukti langsung) pada seluruh pasien tanpa memandang karakteristik pasien.
3. Bagi Peneliti Menerapkan ilmu yang ada dan menambah wawasanTentang Discharge Planning