BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight dan obesitas (WHO, 2013). Overweight dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan strata sosial ekonomi. Hal tersebut merupakan masalah serius pada anak sekolah (Kemenkes, 2012) terutama remaja karena akan mengarah pada kejadian obesitas lebih berat saat dewasa (The et al., 2010; Dixon et al., 2012; Black et al.,2013). Obesitas pada anak dan remaja merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoarthritis (Gupta et al., 2012; Kemenkes, 2012). Prevalensi overweight dan obesitas penduduk usia ≥ 15 tahun di Indonesia berdasarkan laporan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007 yaitu 8,8 % overweight dan 10,3 % obese (Balitbangkes, 2008). Sementara Provinsi Papua prevalensinya lebih tinggi dibandingkan angka nasional yaitu sebesar 10,0% overweight dan 13,5 % obese. Kota Jayapura memiliki prevalensi obesitas umum (overweight dan obese) tertinggi di Papua sebesar (35,9%) dan pada usia 15 - 20 tahun prevalensi obesitas umum di Papua sebesar 10,6% (Balitbangkes, 2009). Terjadi peningkatan prevalensi obese pada remaja usia 16 -18 tahun di Provinsi Papua dari 1,6% (Balitbangkes, 2010) menjadi 1,9% (Balitbangkes, 2013). Pola makan mengonsumsi makanan dalam porsi besar, makanan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana, rendah serat dan konsumsi junk food serta soft drink dapat menyebabkan overweight/ obesitas (Al- Rethaiaa et al., 2010; Kemenkes, 2012). Overweight/ obesitas terkait konsumsi energi dari zat gizi makro (lemak, karbohidrat, protein) lebih besar dibandingkan energi yang digunakan oleh tubuh untuk aktivitas fisik, basal metabolisme (WHO, 2000b).
1
2
Konsumsi energi remaja usia 16-18 tahun di provinsi Papua sebesar 75,5% lebih tinggi dibandingkan nasional 74,8%, namun konsumsi protein lebih rendah yaitu 88,9% dibandingkan nasional sebesar 106,4%. Kontribusi asupan energi dari karbohidrat penduduk Papua sebesar 72,9 % melebihi anjuran Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (Balitbangkes, 2010). Proporsi konsumsi karbohidrat tersebut mengambarkan sebagian besar asupan energi berasal dari bahan makanan sumber karbohidrat. Menurut Ariani (2007) energi yang di konsumsi masyarakat Indonesia terutama berasal dari padi-padian. Laporan Riskesdas 2010, kontribusi asupan energi dari lemak di Papua 15,5% lebih rendah dibandingkan tingkat nasional yaitu sebesar 25,6% (Balitbangkes, 2010) namun adanya peningkatan impor sumber lemak seperti minyak goreng sebanyak 9400 ton, tahun 2005 menjadi 34.900 ton pada tahun 2009 (BPS, 2009). Penduduk kota Jayapura terdiri dari suku-suku asli papua ras melanasia dan warga pendatang dari berbagai suku di Indonesia berbaur berinteraksi dengan penduduk asli Papua (Laksamana, 2010). Penelitian Kagawa et al. (2009) ; Liu et al. (2011) menyatakan adanya perbedaan total lemak tubuh pada anak prepubertas dengan etnik yang berbeda. Beberapa hasil penelitian di Amerika prevalensi obesitas pada ras kulit hitam lebih tinggi dibandingkan ras kulit putih, dipengaruhi oleh perbedaan perilaku, norma budaya, akses makan sehat dan lingkungan yang aman terhadap pola makan dan tingkat aktivitas (CDC, 2010). Pertumbuhan ekonomi yang pesat di wilayah Distrik Abepura dengan dibukanya beberapa restoran siap saji tentunya berpengaruh pada pola makan suku asli Papua maupun suku non- Papua. Belum banyak informasi mengenai asupan energi, kontribusi energi zat gizi (karbohidrat, lemak), pola makan (frekuensi makanan pokok, frekuensi makanan berlemak) antara suku Papua dan non-Papua kaitannya dengan overweight/ obesitas sehingga penulis sangat tertarik untuk meneliti.
3
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di rumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Berapakah prevalensi overweight/ obesitas siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) suku Papua dan suku non- Papua di Distrik Abepura. 2. Apakah ada hubungan asupan tinggi energi dengan overweight/ obesitas siswa SMA suku Papua dan suku non- Papua di Distrik Abepura. 3. Apakah ada hubungan besar kontribusi energy dari asupan karbohidrat dengan overweight/ obesitas siswa SMA suku Papua dan suku non-Papua di Distrik Abepura. 4. Apakah ada hubungan besar kontribusi energi dari asupan lemak dengan overweight/ obesitas siswa SMA suku Papua dan suku non-Papua di Distrik Abepura. 5. Apakah ada hubungan pola makan (frekuensi konsumsi makanan pokok, frekuensi konsumsi makanan berlemak) dengan overweight/ obesitas siswa SMA suku Papua dan suku non-Papua di Distrik Abepura.
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui prevalensi overweight/ obesitas siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) suku Papua dan suku non- Papua di Distrik Abepura. 2. Menganalisis hubungan asupan tinggi energi dengan overweight/ obesitas siswa SMA suku Papua dan suku non- Papua di Distrik Abepura. 3. Menganalisis hubungan besar kontribusi energi dari asupan karbohidrat dengan overweight/obesitas siswa SMA suku Papua dan suku non- Papua di Distrik Abepura. 4. Menganalisis hubungan besar kontribusi energi dari asupan lemak dengan overweight/ obesitas siswa SMA suku Papua dan suku non-Papua di Distrik Abepura. 5. Menganalisis hubungan pola makan (frekuensi konsumsi makanan pokok , frekuensi konsumsi makanan berlemak) dengan overweight/ obesitas siswa SMA suku Papua dan suku non-Papua di Distrik Abepura.
4
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Kota Jayapura sebagai informasi guna perencanaan program dalam upaya penanggulangan dan pencegahan overweight/ obesitas pada remaja. 2. Sebagai informasi ilmiah kepada masyarakat terutama siswa SMA terkait asupan energi, kontribusi energi (karbohidrat, lemak) dan pola makan (frekuensi konsumsi makanan pokok dan frekuensi konsumsi makanan berlemak) pada suku Papua dan non Papua. 3. Bagi peneliti menambah
wawasan dan pengetahuan dalam menganalisis
permasalahan terkait tentang overweight/ obesitas pada remaja.
E. Keasliaan Penelitian Penelitian serupa yang pernah dilakukan diantaranya adalah : 1. Ochoa et al. (2007) dengan judul Predictor Factor for Childhood Obesity in Spanish Case Control Study mengindentifikasi faktor terkait risiko obesitas pada anak dengan gaya hidup dan mempengaruhi kehidupan perinatal. Subjek penelitian 185 anak obese berumur 6-18 tahun dengan desain case control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu luang, aktivitas fisik, riwayat keluarga obese, menonton televisi, dan konsumsi minuman manis merupakan variabel prediktif obesitas. Sementara faktor –faktor lain seperti menyusui, makan, berat lahir dan waktu tidur, memainkan peran penting terkait obesitas. Perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian, lokasi penelitian, desain penelitian serta variabel bebas, sedangkan persamaannya yaitu variabel terikat yang diteliti. 2. Suryaputra & Nadhiroh (2012) dengan judul Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas antara Remaja Obesitas dan Non Obesitas. Subjek penelitian berumur 15 -17 dengan desain cross sectional. Sampel sebanyak 40 orang terbagi atas dua kelompok obese dan non obese. Hasil penelitian menunjukkan
5
ada perbedaan yang bermakna tingkat pengetahuan gizi remaja, pengeluaran uang jajan, frekuensi makan, pola konsumsi makanan cepat saji, pola konsumsi kudapan atau makanan ringan, serta tingkat konsumsi energi, karbohidrat dan protein serta lemak, antara kelompok obese dan kelompok non obese. Demikian juga untuk tingkat aktivitas fisik dan parental fatness. Perbedaan dengan penelitian ini, lokasi penelitian, subjek penelitian, jumlah sampel, instrumen yang digunakan. Persamaannya variabel konsumsi energi, karbohidrat dan lemak serta desain penelitian. 3. Lefaan (2012) dengan judul Hubungan antara Faktor Lingkungan, Citra Tubuh dan Diet Penurunan Berat Badan pada Remaja Putri di SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura. Subjek penelitian adalah remaja putri dengan BMI ≥ 25 di enam SMA di Distrik Abepura, desain penelitian case control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor lingkungan, citra tubuh dan diet penurunan berat badan pada remaja putri. Perbedaan dengan penelitian ini subjek penelitian, desain penelitian, variabel bebas dan terikat. Persamaannya lokasi penelitian. 4. Bela (2011) dengan judul Pola Makan Suku Asli Papua dan Non Papua Sebagai Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Kota Jayapura. Subjek penelitian orang dewasa yang menderita hipertensi, desain case control. Hasil penelitian menunjukkan suku non Papua cenderung terkena hipertensi stage 2 dibandingkan suku Papua. Intake lemak (>30%), intake kalium yang kurang (<2000 mg) dan konsumsi alkohol berlebihan (> 2 gelas per hari) merupakan faktor risiko hipertensi pada suku Papua sedangkan intake lemak lebih (>30%) dan intake Natrium lebih (>2300 mg) merupakan faktor risiko hipertensi pada suku non Papua. Perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian, variabel terikat, desain penelitian sedangkan persamaannya lokasi penelitian, varibel bebas asupan lemak. 5. Gharib & Rasheed (2011) dengan judul Energy and Macronutrient Intake and Dietary Pattern among School Children in Bahrain : a Cross Sectional Study. Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional pada anak usia 6-18 tahun di 11 wilayah di Bahrain. Hasil penelitian mengambarkan konsumsi total
6
energi, persentase lemak jenuh dan kolesterol tergolong tinggi serta rendahnya konsumsi
serat
dapat
meningkatkan
risiko
obesitas
dan
penyakit
kardiovaskular di masa mendatang. Perbedaaan dengan penelitian ini subjek penelitian, lokasi penelitian, variabel pola makan, analisis statistik. Persamaan: desain penelitian, variabel penelitian asupan energi, asupan zat gizi makro. 6. Lee et al. (2010) dengan judul Association of Energy Intake and Macronutrient Composition with Overweight and Obesity in Malay Women from Klang Valley. Subjek penelitian adalah 115 wanita usia 20 - 59 tahun, desain penelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan hanya 47 subjek yang melaporkan asupan energi yang sebenarnya. BMI, lingkar perut, persen lemak tubuh lebih dipengaruhi oleh asupan energi dibandingkan komposisi zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein). Perbedaan dengan penelitian ini subjek penelitian, variabel pola makan, instrumen FFQ dan Food recall 1 X 24 jam, analisis statistik dan lokasi penelitian. Persamaan dengan penelitian ini : desain penelitian, variabel asupan energi, kontribusi energi zat gizi.