1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat pesat menyebabkan semua lapisan masyarakat dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Dalam hal ini termasuk juga perkembangan dalam dunia kesehatan. Perkembangan kesehatan lebih mengarah kepada perkembangan teknologi informasi. Menurut Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat pasal (1) menyebutkan bahwa pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat perrtama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginyadi wilayah kerjanya. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan tersebut puskesmas sebagai pelayanan dasar harus memiliki pelayanan yang profesional dengan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif. Pelayanan profesional tidak terlepas dari adanya teknologi informasi. Kecanggihan teknologi tetap harus didukung oleh sistem yang terstruktur, kecepatan yang handal, reliabilitas dan mampu mengakomodasi seluruh informasi agar dapat menghasilkan suatu output (hasil akhir) yang dapat memenuhi
permintaan
user
(Hatta,2013).
Teknologi
informasi
yang
dikembangkan yaitu berupa sistem, dengan harapan sistem tersebut dapat membantu pekerjaan agar lebih efisien. Pengembangan sistem informasi kesehatan puskesmas bertujuan untuk menghasilkan sistem yang mampu memberikan informasi yang dibutuhkan untuk manajemen pasien/klien bagi petugas pelayanan, manajemen puskesmas dan dinas kesehatan yang berbasis teknologi informasi. Adanya SIMPUS diharapkan pelayanan terhadap masyarakat di Puskesmas lebih optimal. Berkaitan dengan era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diharapkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan bekerja sama dengan suatu
1
2
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Badan tersebut membangun suatu sistem informasi berbasis web yang diaplikasikan di puskesmas dengan nama Primary Care BPJS. Adanya dua sistem informasi yang harus dikerjakan di puskesmas memungkinkan terjadinya hasil pekerjaan yang tidak optimal. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan adanya sistem bridging yang dapat
memberikan
manfaat
terkait
efisensi
dan
efektivitas
dalam
menyelesaiakan pekerjaan oleh petugas puskesmas dimana puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan. Sistem tersebut dapat menjadi solusi bagi pihak puskesmas dalam mengentri data sehingga penerapan sistem bridging diperlukan bagi puskesmas karena petugas yang ada di puskesmas sebagai pihak pelaksana. Berdasarkan Undang-Undang No 24 tahun 2011 pasal 4, BPJS sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai 9 prinsip yang salah satunya yaitu pengelolaan dana jaminan sosial digunakan seluruhnya untuk pegembangan program dan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan peraturan tersebut kemudian BPJS mengembangkan suatu sistem sebagai salah satu program BPJS yang bernama sistem bridging, dalam hal ini sistem bridging antara SIMPUS dengan primary care BPJS. Data yang harus dibridging yaitu item-item data di dalam SIMPUS yang meliputi data sosial pasien, data klinis pasien. kemudian untuk item-item data di dalam Pcare berupa rujukan, nomor kartu jaminan kesehatan, jenis peserta jaminan kesehatan.
Puskesmas
Umbulharjo
I
Kota
Yogyakarta
dengan
tim
pengembang sistem menerapkan sistem bridging di puskesmas tersebut. Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta menjadi yang pertama dalam menerapkan sistem ini dikarenakan puskesmas ini bekerja sama dengan pengembang sistem yang berbeda dengan pengembang sistem di 17 Puskesmas Kota Yogyakarta lainnya. SIMPUS yang digunakan di Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta yaitu SIMPUS Jojok sedangkan 17 Puskesmas Kota Yogyakarta lainnya menggunakan SIMPUS yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dengan nama Medcis. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta
pada
tanggal
28
Oktober
2015
diketahui
bahwa
pemanfaatan sistem bridging belum terlaksana di seluruh Puskesmas Kota Yogyakarta. Hal ini dapat diketahui dari forum diskusi yang dilakukan dengan
3
peserta kepala puskesmas se-Kota Yogyakarta dan petugas rekam medis yang ada di puskesmas. Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta merupakan puskesmas yang telah mengimplementasikan sistem bridging. Hal tersebut yang menjadi pertimbangan penulis untuk meneliti tentang gambaran penerapan sistem bridging SIMPUS dengan Primary Care (Pcare) di salah satu Puskesmas Kota Yogyakarta yaitu Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana gambaran penerapan sistem bridging antara SIMPUS dengan Primary Care BPJS di Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran penerapannsistem bridging antara SIMPUS dengan Primary Care BPJS di Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui bagaimana pelaksanaan dan kendala dalam penerapan sistem bridging di Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta. b. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi kendalakendala yang terdapat dalam pelaksanaan penerapan sistem bridging antara Primary Care BPJS dengan SIMPUS di Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Puskesmas Puskesmas dapat menerapkan hasil penelitian sebagai masukan dalam menerapkan sistem Bridging di Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta. Selain itu puskesmas dapat mengetahui apa saja kendala, kekurangan, dan kelebihan yang ada dalam penerapan sistem bridging yang digunakan.
4
b. Bagi Peneliti 1) Peneliti mendapatkan ilmu baru tentang penerapan sistem bridging di puskesmas. 2) Peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dengan mengetahui permasalahan yang diteliti serta dapat menerapkan teori yang diterima dai institusi pendidikan. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengetahuan serta bahan diskusi dalam proses belajar mengajar maupun penelitian di bidang rekam medis dan informasi kesehatan. b. Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi untuk dasar atau acuan dalam pengembangan penelitian lain. E. Keaslian Penelitian Menurut pengetahuan peneliti, penelitian mengenai “Persiapan Sistem bridging antara Primary Care BPJS dengan SIMPUS” belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Beberapa penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini, antara lain: 1.
Rahmawati, (2013) dengan judul “GambaranPenerapanElectronic Health Record (EHR) Pada Instalasi Rekam Medis di RS Akademik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan Electronic Health Record (EHR) dan mengetahui kendala yang terdapat dalam penerapan Electronic Health Record (EHR). Perbedaan penelitian Rahmawati (2013) dengan penelitian ini yaitu terletak pada sistem yang akan diimplementasikan untuk penelitan ini lebih kepada persiapan penerapan sistem bridging sedangkan penelitian Rahmawati (2013) dilihat pada penerapan Electronic Health Record (EHR).
5
Persamaan peneltiannya yaitu sama-sama menggunakan metode deskriptif dengan analisis data kualitatif. 2.
Kariana, (2009) dengan judul “Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Kesehatan SIK Puskesmas Di Kabupaten Bangli”. Tujuan penelitian mengeksplorasi penerapan sistem informasi kesehatan SIK puskesmas berdasarkan aspek teknologi, kualitas sistem dan informasi dan aspek manusia khususnya kepuasan pengguna. Jenis penelitian yaitu studi kasus dengan pendekatan deskriptif eksploratif untuk mengeksplorasi fenomena sosioteknis penerapan sistem informasi kesehatan. Persamaan kedua penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang gambaranpenerapan sebuah sistem dilihat dari beberapa aspek. Perbedaan dengan penelitian yang sekarang terletak pada metode peelitiannya. Pada penelitian Kariana (2009) menggunakan metode penelitan deskriptif eksploratif sedangkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Selain itu, pada penelitian Kariana (2009) lebih berfokus pada penerapan sistem informasi kesehatan, sedangkan penelitian ini melihat keadaan sebelum dan setelah implementasi sistem bridging.
3.
Prasetya, (2009) dengan judul “Evaluasi Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Di RSUD Kota Yogyakarta”. Penelitian ini bertujun untuk memperoleh gambaran tentang implementasi SIM RS di RSUD Kota Yogyakarta dan mengidentifikasi 10 atribut penilaian kualitas informasi dari sim yang ada. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji pengunaan output laporan SIM RS sebagai bahan pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Hasil penelitian ini yaitu aplikasi SIM RS di RSUD Kota Yogyakarta sudah berjalan tetapi masih dalam fase perbaikan, tetapi untuk fungsi transaksi dasar sudah berjalan dengan baik. Kualitas data yang dihasilkan belum baik. Output data belum dimanfaatkan sebagai sumber data utama bahan pelaporan dan pegambilan keputusan. Perbedaan penelitian yaitu menggunakan deskriptif, pengumpulan data dengan kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dilakukan dengan
6
cara responden atau subyek mengisi kuesioner. Sedangkan penelitian ini menggunkan metode deskriptif dengan analisis kualitatif. Persamaan dengan penelitian ini yaitu dalam pengumpulan data kualitatif dengan cara observasi serta wawancara dengan subyek sebagai bentuk klarifikasi data dengan fakta yang sebenarnya.