BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkelanjutan. Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan. Status gizi anak dan status gizi ibu merupakan gambaran status gizi masyarakat. Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia. Laporan USAID’s, A2Z, Micronutrient and Child Blindness Project, ACCESS Program, and Food and Nutrition Technical Assistance (2006) menunjukkan bahwa sekitar 50% dari seluruh jenis anemia diperkirakan akibat dari defisiensi besi. Selain itu, defisiensi mikronutrient (vitamin A, B6, B12, riboflavin dan asam folat) dan faktor kelainan keturunan seperti thalasemia dan sickle cell disease juga telah diketahui menjadi penyebab anemia (Soekirman, 2000). Defisiensi zat besi adalah kekurangan total besi dalam tubuh. Sebelum terjadi anemia karena kekurangan zat besi terlebih dahulu terjadi deplesi zat besi, kemudian defisiensi zat besi dan akhirnya baru terjadi anemia defisiensi zat besi. Deplesi besi merupakan permulaan kekurangan zat besi dimana cadangan zat besi di dalam tubuh berkurang atau tidak ada, tetapi besi di dalam plasma masih normal dan hemoglobin (Hb) juga normal. Anemia defisiensi besi terjadi bila cadangan zat besi dalam plasma dan Hb berkurang dari normal (Conrad, 2006). Anemia gizi besi pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), keguguran, lahir sebelum waktunya, perdarahan sebelum dan sesudah melahirkan serta pada anemia berat dapat menimbulkan kematian pada ibu dan bayi. Untuk bayi yang dilahirkan menderita kurang zat besi akan berdampak buruk pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak, sehingga anak mengalami gangguan pertumbuhan, tidak dapat mencapai tinggi badan yang optimal dan dapat mengurangi kecerdasan anak (Depkes RI,1996).
1
Ibu hamil yang mengalami anemia memiliki risiko kematian hingga 3,6 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami anemia (Rush, 2000). Masalah dan keadaan yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu tidak menyadari adanya peningkatan kebutuhan gizi selama masa kehamilan, perilaku gizi yang salah sehingga terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil sebaiknya tidak hanya mengikuti selera makan saja, karena selera makan belum tentu sesuai dengan kebutuhan. Seseorang yang mendapatkan akses pangannya dengan mudah bisa saja memilih makanan yang kurang atau tidak bergizi karena ketidaktahuannya akibatnya menderita kekurangan gizi (Mawaddah & Hardinsyah, 2008). Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin (Ojofeitimi, 2008). Kadar hemoglobin ibu hamil berhubungan dengan pendidikan, status gizi, konsumsi tablet besi dan pola konsumsi (Fatimah dkk, 2011). Pendidikan kesehatan dan perawatan prenatal yang memadai penting mengurangi risiko yang terkait dengan anemia defisiensi besi ibu selama kehamilan (School & Hediger, 1994). Program suplementasi besi merupakan upaya penanggulangan anemia yang paling banyak dilakukan, di samping upaya lain seperti fortifikasi bahan makanan dengan zat besi dan pendidikan gizi lewat strategi komunikasi, informasi, dan edukasi (Depkes, 1996). Namun belum bisa mengatasi masalah anemia pada ibu hamil yang disebabkan oleh rendahnya kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet besi (Schultink, 1993) . Analisis cakupan pemberian suplementasi besi-folat/tablet tambah darah (Fe3) dan cakupan pemeriksaan kehamilan (K4) menunjukkan adanya kesenjangan yang besar antara cakupan Fe3 dengan cakupan K4. Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa di perkotaan 19,7% wanita usia subur (WUS) menderita anemia dan 24,5% menderita anemia pada saat hamil. Riskesdas 2010 menunjukan 80,7% WUS yang hamil mendapat/membeli tablet Fe. Sebanyak 18,0% yang minum tablet Fe dengan jumlah hari 90 atau lebih, 19,3% tidak minum tablet besi dan 15,3% yang menjawab tidak tahu. Pada kelompok ibu 2
hamil yang sebenarnya membutuhkan tablet Fe yaitu pada usia terlalu muda <20 tahun dan terlalu tua 35 tahun keatas, mengalami kehamilan > 4 kali, serta jarak kelahiran <24 bulan, tapi justru mereka terbanyak tidak minum tablet Fe. Ibu hamil tidak minum tablet Fe untuk mencegah anemia yang tinggal di perdesaan (24,8%) lebih tinggi di banding ibu yang tinggal di perkotaan (14,1%). Berdasarkan Laporan Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2013, prevalensi anemia ibu hamil adalah 18,24%. Berdasarkan data Profil Puskesmas I Kembaran tahun 2013, prevalensi ibu hamil anemia yaitu 21,9% lebih tinggi dari prevalensi anemia ibu hamil Kabupaten Banyumas. Prevalensi anemia lebih dari 20% sudah merupakan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran. Profil Kesehatan Puskesmas I Kembaran tahun 2013 menunjukkan untuk cakupan Ibu hamil yang mendapat tablet Fe 1 sebesar 98,03 % (Banyumas : 95,78%) dan Fe 3 sebanyak
89,26 % (Kabupaten Banyumas : 89,73%).
Persentase BBLR sebanyak 5,63% lebih tinggi dibanding persentase BBLR di Kabupaten Banyumas yaitu 5,4 %. Persentase Abortus di Puskesmas I Kembaran sebanyak 5,22% lebih tinggi dibandingkan persentase abortus di Kabupaten Banyumas yaitu 3,35%. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan asupan zat gizi dan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan “Apakah ada hubungan asupan zat gizi dan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas ”. C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Mengetahui
hubungan
asupan
zat
gizi
dan
tingkat
kepatuhan
mengkonsumsi tablet besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas. 3
2.
Tujuan khusus a.
Mendeskripsikan asupan zat gizi dan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet
besi di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran Kabupaten
Banyumas. b.
Mendeskripsikan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas.
c.
Mengetahui hubungan asupan zat gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas.
d.
Mengetahui hubungan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas.
e.
Menghimpun informasi dan mengindentifikasi permasalahan yang dihadapi ibu hamil terkait dengan asupan zat gizi dan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas. D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada masyarakat khususnya ibu hamil mengenai faktor-faktor penyebab, dampak dan cara mencegah kejadian anemia pada ibu hamil. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi instansi setempat maupun pihak-pihak yang terkait mengenai kebijakan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada ibu hamil. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
4
E. Keaslian Penelitian Beberapa hasil penelitian yang dilakukan mengenai anemia dalam kehamilan dan konsumsi tablet zat besi antara lain : 1.
Penelitian Maria Tanawani (2005) Penelitian berjudul ”Hubungan Pola Makan dan Pola Kerja Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Kecamatan Yapen Selatan Kabupaten Yapen Waropen”. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor yang terkait dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Kecamatan Yapen Selatan Kabupaten Yapen Waropen ditinjau dari aspek pola makan dan pola kerja selama hamil. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pola makan memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan pada subyek penelitian (ibu hamil) dan objek penelitian (anemia). Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan pada jenis penelitian,lokasi penelitian dan metode penelitian dimana penelitian ini tidak melakukan studi kualitatif.
2.
Penelitian Subarda (2008) Penelitian berjudul ”Hubungan Pelayanan Antenatal Care Dalam Pengelolaan Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil Minum Tablet Besi di Kabupaten Asahan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelayanan antenatal care
dalam pengelolaan anemia sebagai salah satu upaya
meningkatkan kepatuhan ibu hamil minum tablet besi. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan pemeriksaan anemia dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet besi. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian observasional cross sectional, subyek penelitian yaitu ibu hamil , objek penelitian (anemia ibu hamil) dan penentuan kepatuhan minum tablet besi. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan pada variabel penelitian, lokasi penelitian dan metode penelitian dimana penelitian ini tidak melakukan studi kualitatif. 3.
Penelitian Siti Fatimah, dkk (2011) Penelitian berjudul "Pola Konsumsi dan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan". Penelitian bertujuan untuk menilai 5
hubungan pola konsumsi dengan kadar hemoglobin ibu hamil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar hemoglobin ibu hamil berhubungan dengan pendidikan, status gizi, konsumsi tablet besi dan pola konsumsi. Persamaan dalam penelitian ini adalah disain penelitian croos sectional dan obyek penelitian ibu hamil sedangkan perbedaannya pada variabel penelitian, lokasi penelitian dan metode penelitian dimana penelitian ini tidak melakukan studi kualitatif. 4.
Penelitian M. Dawam Jamil (2002) Penelitian berjudul ”Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Kepatuhan Minum Tablet Besi dan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil di Kabupaten Bantul, Yogyakarta 2000”. Penelitian bertujuan untuk mengetahui peranan suami dalam menanggulangi masalah anemia ibu hamil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan gizi suami mampu meningkatkan kepatuhan ibu minum pil besi sebesar 16% serta mampu meningkakan kadar hemoglobin ibu secara bermakna 1,3 poin. Persamaan dalam penelitian ini adalah objek penelitian yaitu anemia ibu hamil sedangkan perbedaannya pada subyek penelitian, lokasi penelitian dan metode penelitian dimana penelitian ini tidak melakukan studi kualitatif.
5. Penelitian Hamam Hadi (2001) Penelitian berjudul ”Meningkatkan Kepatuhan Minum Tablet Besi Ibu Hamil : Pentingnya Peranan Suami”. Penelitian ini bertujuan mengetahui pentingnya peranan suami dalam meningkatkan kepatuhan minum pil besi dalam meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran suami merupakan faktor penting untuk meningkatkan kepatuhan minum pil besi untuk meningkatkan Hemoglobin dari Ibu hamil terutama mereka yang memiliki hemoglobin awal yang rendah. Persamaan dalam penelitian adalah subyek penelitian yaitu ibu hamil sedangkan perbedaannya pada lokasi penelitian dan metode penelitian dimana penelitian ini tidak melakukan studi kualitatif.
6