BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komplikasi selama kehamilan terjadi setiap hari, menyebabkan 530.000 kematian perempuan di seluruh dunia, 10 sampai 20 juta perempuan mengalami gangguan fisik, mental serta cacat,akibat rumitnya kehamilan yang diperparah dengan terlambatnya penanganan dan pengiriman kepelayanan kesehatan (Marx, 2005).Menurut World Health Organization (WHO) Asia Tenggara menyumbangkan hampir sepertiga jumlah kematian ibu secara global, diperkirakan sebanyak 98% dari seluruh kematian ibu terjadi di Indonesia, Bangladesh, India, Nepal dan Myanmar (Roeshadi, 2006). Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) secara global relatif lambat. Di Indonesia terdapat 20.000 kematian Ibu per tahun yang berarti 2 orang perempuan meninggal setiap jam (Pandi, 2007). Walaupun AKI di Indonesia telah mengalami penurunan dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, namun Indonesia masih menduduki peringkat tertinggi di Asia Tenggara(Agus & Horiuchi, 2012; Hunt & Mesquita, 2009), sedangkan target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (Alisjahbana, 2010, 2011; Wilopo, 2011). Penyebab kematian Ibu akibat komplikasi langsung obstetri sebesar 80%, terutama pendarahan (25%), infeksi atau sepsis (15%), aborsi tidak aman (13%), pra eklampsia dan eklampsia (12%), serta partus lama atau partus macet (8%) sisanya 20% kematian ibu terjadi secara tidak langsung seperti anemia, kurang energi kronik (KEK), malaria dan penyakit jantung. Faktor resiko tinggi seperti hipertensi, riwayat aborsi serta adanya penyakit penyerta saat kehamilan perlu mendapat perhatian khusus, karena dapat mengancam ibu maupun janin dalam kandungan(Marmi, 2011). Menurut Report On The Nasional High Blood Pressure In Pregnancy tahun 2009 menyebutkan bahwa hipertensi kronik terjadi pada kehamilan dengan tekanan darah > 140/99 mmHg beresiko terhadap kehamilan dan saat persalinan (Mufdlilah, 2009). Resiko lain adalah bayi lahir belum cukup bulan dengan BBLR, persalinan tidak lancar, pendarahan sebelum dan setelah persalinan, keracunan kehamilan atau kejangkejang juga dapat menimbulkan kematian. Resiko tinggi tersebut dapat dicegah dengan cara mengetahui gejala sedini mungkin.Oleh karena itu penting untuk memperkuat kapasitas pengetahuan ibu selama kehamilan (Apriliawati, 2011). Tingginya AKI tidak terlepas dari permasalahan gizi di masyarakat. Masalah gizi pada umumnya dimulai dari rendahnya pengetahuan dan perilaku keluarga mengenai gizi
(Sulistiyowati, 2010). Ibu hamil termasuk kelompok rawan gizi. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Reskesdas) tahun 2007 terdapat 40,1% ibu hamil yang kekurangan gizi disertai anemia gizi besi (AGB) sebesar 27,7%. Kematian ibu akibat anemia dihubungkan dengan kegagalan jantung, shock atau infeksi akibat rendahnya daya tahan tubuh. Hal ini juga mempengaruhi petumbuhan janin terganggu, bahkan menimbulkan BBLR sebesar 11,5% (Sulistiyowati, 2010). Kurangnya asupan gizi dan kalori selama kehamilan trimester I menyebabkan hiperemesisgravidarum, kelahiranprematur, kematian janin, keguguran dan kelainan pada sistem saraf pusat, sedangkan pada trimester II dan III berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin selama dalam kandungan (Kusumah, 2009). Defisiensi Vitamin A yang parah dapat meningkatkan kerentanan terhadap sepsis (infeksi).Selain itu kekurangan mineral seperti Iodium dapat meningkatkan resiko keguguran sedangkan Kalsium berpengaruh terhadap tekanan darah tinggi (eklampsi)(Marx, 2005). Lokasi ibu hamil yang tersebar pada geografis yang terdistribusi secara luas, berrawa, akses jalan yang rusak, dan terpencil juga menjadi kendala dalam melakukan pelayanan kesehatan. Hal ini menyebabkan sulitnya melakukan promosi kesehatan untuk ibu hamil. Pengaruh adat istiadat yang masih kuat membudaya di masyarakat, terkadang tidak sesuai dengan aturan-aturan kesehatan, seperti adanya larangan terhadap Ibu hamil agar jangan makan terlalu banyak atau “pantang makan”, karena akan sulit melahirkan (Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar, 2011). Perilaku masyarakat tersebut dilandasi adanya kepercayaan, adat istiadat, menjadi mitos negatif pada keluarga, juga penting menjadi perhatian (Sulistiyowati, 2010). Di sisi lain, tingginya kepercayaan ibu hamil melakukan pemeriksaan dengan dukun kampung setempat, berpengaruh terhadap kunjungan ke pelayanan kesehatan. Hasil laporan Puskesmas menunjukkan bahwa persalinan yang dilakukan oleh dukun kampung sebanyak 32 persalinan per 34.387 tahun 2010 atau sekitar 15 persalinan per 338 jumlah kehamilan pada tahun 2011 (Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar, 2010, 2011). Permasalahan ini semakin kompleks disebabkan ibu hamil didesa dengan resiko tinggi masih memanfaatkan tenaga dukun kampung untuk memeriksakan kesehatan, meskipun sudah tersedia pelayanan kesehatan di setiap desa. Rendahnya tingkat pendidikan juga berpengaruh dengan sikap dan tindakan ibu untuk merawat dan menjaga kehamilannya.Menurut penelitian Andryansyah (2010) menyatakan sebagian besar ibu hamil (45.60%) berpendapat bahwa mereka jarang memperoleh informasi tentang perbaikan gizi, pentingnya pemeriksaan kehamilan, cara perawatan jalan lahir, tanda bahaya persalinan, bahan makanan yang meningkatkan produksi air susu ibu (Arifin, 2010).Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor penting
dalam terbentuknya perilaku, jika ibu hamil memiliki pengetahuan tentang komplikasi kehamilan, maka memungkinkan berperilaku menjaga, mencegah, menghindari atau mengatasi resiko terjadinya komplikasi tersebut (Juariah, 2001). Kesenjangan status sosial ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikan, buta huruf, kebodohan dan sikap apatis menyebabkan tindakan persalinan lebih banyak dilakukan rumahsebesar 38,05% dan dibantu famili terdekat sebesar 1,69% (Farooq & Lodhi, 2002 ; Siwi, 2010; Anggorodi, 2009; Wilopo, 2011).Perilaku persalinan dirumah dikarenakan dapat menekan tingkat pengeluaran keluarga, lima kali lebih rendah dibandingkan memanfaatkan fasilitas kesehatan (Anggorodi, 2009). Selain itu, peranan dukun bayi tidak hanya terbatas pada pertolongan persalinan saja tetapi juga meliputi berbagai segi, antara lain jasa yang diberikan
biaya murah dan
terjangkau, dukun bayi dapat mencucikan baju setelah ibu melahirkan, memandikan bayi selama tali pusar belum puput (lepas), memijit ibu setelah melahirkan, memandikan ibu, mencuci rambut ibu setelah 40 hari melahirkan, membantu memfasilitasi upacara adat, dan dapat memberikan ketenangan pada ibu hamil (Anggorodi, 2009). Hal ini menjadi perhatian karena sebagian masyarakat dan keluarga ibu hamil lebih percaya dengan pelayanan yang diberikan oleh dukun meskipun dapat menimbulkan resiko komplikasi kehamilan bahkan kematian jika dukun tersebut tidak terlatih. Pengembangan media promosi kesehatan dalam manajemen pencegahan penyakit sudah banyak dilakukan. Akan tetapi pemberian informasi khusus pada ibu hamil masih sedikit dilakukan. Penekanan promosi kesehatan terletak pada upaya pendidikan kesehatan melalui media koran, radio, televisi, leaflet, newsletter, majalah, poster, brosur dan sebagainya (Emilia, 2008). Namun media ini masih terbatas penggunaanya. Peningkatan kapasitas pengetahuan ibu melalui pendidikan kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung penting dilakukan. Meskipun dukungan tenaga kesehatan sudah memberikan pelayanan konseling pada ibu hamil saat pemeriksaan ANC (Antenatal Care), namun tidak menjangkau kelompok ibu hamil yang memiliki kesadaran rendah untuk kontak kepelayanan kesehatan. Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan menyampaikan pesan atau memberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) juga menjadi kendala dalam pelayanan kesehatan(Dachroni, et al., 2000), sehingga diperlukanalternatifstrategi massal sebagai sarana komunikasi yang efektif,salah satunya melalui pemanfaatan telepon seluler (mobile phone). Media promosi ini berpotensi untuk memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat pada geografis sulit yang mampu menjangkau sasaran lebih khusus, agar mau belajar dan memahami kondisi kesehatan selama kehamilan sehingga
dapat mempengaruhi dan memotivasi dirinya untuk mengetahui gejala komplikasi dan defisiensi gizi sedini mungkin. Peluang penggunaan teknologi mobile seluler (mHealth) sebagai strategi promosi kesehatan diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Perkiraan pada tahun 2012, setengah dari semua individu di daerah-daerah terpencil di dunia akan memiliki telepon seluler, terutama dinegara berkembang sudah banyak memiliki akses untuk telepon seluler, meskipun teknologi dan infrastruktur kesehatan terbatas. Meledaknya penggunaan ponsel memiliki potensi untuk meningkatkan pemberian layanan kesehatan dalam skala besar. Sebagai contoh, teknologi mobile dapat mendukung sistem kesehatan semakin inklusif dengan memungkinkan petugas kesehatan untuk memberikan informasi secara cepat seperti surveilance, diagnosa kesehatan atau wabah penyakit di daerah pedesaan dan terpinggirkan meskipun pelayanan kesehatan sering langka atau tidak ada sama sekali(Colao, 2009). Berdasarkan data yang dihimpun oleh Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), hingga akhir 2011 penggunaan seluler di Indonesia penetrasinya kurang lebih 250 juta atausebesar 110%dari jumlah penduduk Indonesia(Nugraha, 2012) dan Jumlah SMS yang terkirim pada tahun 2011 juga mencapai 260 miliar SMS (Tika, 2011). Menurut Balitbang SDM Kemkominfo menyebutkan bahwa proporsi penduduk yang memiliki telepon seluler semakin meningkat dari tahun 2004 sebesar 14,79%, menjadi 82,41% pada tahun 2009 (Alisjahbana, 2011). Banyaknya penggunaan telepon seluler berpotensi sebagai media promosi kesehatan yang bermanfaat cukup besar bagi masyarakat (Herni, 2010). Pemanfaatan teks pesan singkat (Short Message Service)pada teknologi seluler sebagai media promosi kesehatan terbukti efektif sebagai pengingat dalam perawatan penderita tuberkulosis dan pengobatan HIV, sebagai upaya mengurangi morbiditas dan mortalitas tersebut (Mbuagbaw et al., 2011). Model SMS reminderjuga memberikan dampak positifpada pencegahan malaria dan motivasi berhenti merokok. Namun masih sedikit melihat dampaknya terhadap kesehatan ibu hamil.Keunggulan media ini karena menarik, mudah, unik, sederhana dan mampu memfasilitasi penyampaian informasi kesehatan secara lebih dekat untuk menjangkau individu yang sehat tetapi tidak secara teratur kontak kepelayanan kesehatan. Fleksibilitas dan aksesibilitas yang tinggi menjadi pendukung pentingnya pemanfaatan telepon seluler dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya pada Ibu hamil (Ajay &Prabhakaran, 2011). Penelitian David etal.,(2010), menyebutkan bahwa penggunaan media telepon dan SMS mampu meningkatkan pemahaman, wawasan, serta kebutuhan informasi pada saat perawatan dan persalinan (David etal., 2010), sedangkan penelitian Heather Cole-Lewis and Trace Kershaw, (2011) menyebutkan pesan teks
sebagai alat untuk perubahan perilaku dalam manajemen pencegahan penyakit.SMS juga berhasil mempromosikan perubahan perilaku jangka pendek seperti efektif untuk memotivasi kelompok remaja agar berhenti merokok, serta intervensi diet dan aktivitas fisik lainnya (Gold, et al., 2010; Ridho A, 2010; Haug et al., 2012). Mengingat pentingnya media promosi kesehatan pada ibu hamil sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup guna menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada kondisi geografis sulit, maka penelitian ini akan menggali bagaimana pemanfaatan metode intervensi teknologi telepon seluler sebagai media promosi kesehatan berbasis SMS reminder dalam upaya meningkatkan pengetahuan mengenai resiko atau komplikasi dan asupan gizi selama kehamilan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pemanfaatan telepon seluler dalam bentuk layanan pesan teks (SMS) reminderefektif sebagai media promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang komplikasi dan asupan gizi selama kehamilan ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah melihat keefektifan pemanfaatan telepon seluler dalam bentuk SMS sebagai media promosi kesehatan yang mudah, inovatif dan cepat, khususnya terhadap pengetahuan ibu hamil tentang komplikasi dan gizi. 2.Tujuan Khusus 1. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai komplikasi selama kehamilan baik sebelum dan setelah penggunaan model rancangan SMS reminder sebagai media promosi kesehatan. 3. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai gizi seimbang selama kehamilan baik sebelum dan setelah penggunaan model rancangan SMS reminder sebagai media promosi kesehatan. 3. Mendiskripsikan persepsi ibu hamil mengenai pemanfaatan SMS reminder sebagai media promosi kesehatan yang sederhana, mudah, inovatif dan cepat.
D.Manfaat Penelitian
Manfaat yang dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Dinas kesehatan Kabupaten Banjar a.
Menjadi salah satu sumber informasi tentang pentingnya SMS reminder dalam peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai komplikasi dan asupan gizi selama kehamilan diwilayah Kabupaten Banjar
b.
Meningkatkan pencapaian sasaran MDGs target 5 melalui strategi penurunan AKI diwilayah Kabupaten Banjar dengan memanfaatkan penggunaan SMS reminder pada ibu hamil secara sistematis.
c.
Acuan strategis promosi kesehatan pada ibu hamil sehingga dapat meningkatkan mutu, kualitas dan derajat kesehatan ibu hamil dan generasi
masa depanserta memudahkan
petugas
kesehatan untuk
melakukan kegiatan promosi kesehatan secara sistematis. 2. Ibu Hamil a.
Peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang komplikasi dan gizi seimbang yang baik dikonsumsi selama kehamilan.
3. Bagi peneliti a.
Memperoleh pengalaman, keterampilan serta wawasan tentang permasalahan kesehatan ibu hamil yang berkaitan dengan manajemen sistem informasi kesehatan masyarakat.
22
b.
Mampu berpartisipasi secara aktif dalam menganalisis permasalahan yang berkembang diwilayah Kabupaten Banjar khususnya
Kecamatan
Astambul
serta
diharapkan
dapat
memberikan alternatif pemecahan permasalahan tersebut. c.
Peningkatan pengetahuan dan keilmuan berkaitan dengan teknologi informasi promosi
kesehatan
masyarakat
sebagai
media
kesehatan berbasis SMS reminder serta kesehatan ibu
hamil
E. Keaslian Penelitian Beberapa
penelitian
yang
telah
dilakukan
berhubungan
dengan
pemanfaatan pesan singkat atau SMS reminder sebagai media promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut: 1.
Anhoj & Moldrup, (2004)Feasibility of collecting diary data from asthma patients through mobile phones and SMS (short message service): response rate analysis and focus group evaluation from a pilot study. Tujuannya Mengevaluasi kelayakan penggunaan layanan pengingat pesan singkat terhadap kepatuhan pencatatan data dalam buku harian pasien asma dari waktu kewaktu. Rancangan penelitian Kuantitatif melalui analisis rata-rata dan kualitatif menggunkan Fokus Group Diskusi.Penelitian di Denmark. Subjek yang terlibat sebanyak 6 perempuan dan 6 laki-laki. Pengiriman SMS dilakukan 4 SMS setiap hari selama 2 bulan. Hasil studi ini menunjukkan bahwa penggunaan SMS pengingat harian pasien dapat menjadi alat memotivasi dan mendukung pengelolaan diri pasien asma dimanapun berada.
2.
Gold et al., (2010)What’s in a message? Delivering sexual health promotion to young people in Australia via text messaging. Tujuan untuk menentukan dampak dari penggunaan SMS terhadap peningkatan pengetahuan berkaitan dengan infeksi menular seksual. Rancangan penelitian Survei kualitatif pada
23
jejaring sosial secara online. Subjek penelitian sekelompok anak sebanyak 289 responden, berusia 16-24 tahun. Penelitian dilakukan di Victoria Australia. SMS dikirim per 2 minggu selama 4 bulan.Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pesan SMS berkaitan dengan promosi kesehatan mengenai penyakit infeksi menular seksual disampaikan menarik, lucu, seperti bersajak (puisi) yang saling berkaitan dan relevan serta mudah dipahami dapatmeningkatkan pengetahuan remasa tentang infeksi menular seksual setelah mendapatkan penerimaan pesan tersebut. 3.
Heather Cole-Lewis and Trace Kershaw, (2011). Text messaging as a tool for behavior change in disease prevention and management. TujuanUntuk mengevaluasi efektivitas lokakarya kesehatan terkait kualitas hidup yang sehat, diet yang seimbang, kegiatan fisik dan faktor risiko seperti stress, berat badan, kolesterol dalam batas normal dan mengurangi kardiovaskuler. Rancangan quasi-experimental controlled trials (randomized). Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan pesan teks dalam efektif dalam meningkatkan pemahaman, tanggung jawab dan komitmen kesehatan pada seseorang atau diri sendiri agar berperilaku hidup lebih sehat.
4.
Hasvold and Wootton, (2011)Use of telephone and SMS reminders to improve attendance at hospital appointments: a systematic review. Jenis penelitian studi a systematic review. Tujuan adalah peninjauan secara sistematis penggunaan telepon pengingat dan layanan pesan singkat (SMS) secara otomatis dapat meningkatkan ketepatan kehadiran/janji pada kunjungan rumah sakit. Subjek penelitian sebesar 33 responden. Hasil pengiriman pengingat pesan singkat
diperoleh dari 321 catatan refrensi
makalah yang relevan, dan disimpulkan bahwapengiriman pengingat pesan melalui SMS memberikan efek positif dalam mengingatkan kepatuhan kehadiran/janji pasien untuk melakukan perawatan standar di rumah sakit. 5.
Haug et al., (2012)Efficacy of a text messaging (SMS) based smoking cessation intervention for adolescents and young adults: study protocol of a cluster randomised controlled trial. Tujuan penelitian yaitu menjelaskan studi protokol pengujian efektivitas intervensi promosi kesehatan berbasis
24
SMS dalam memotivasi kelompok remaja agar berhenti merokok. Jenis penelitian
eksperimen.
Peserta
akan
menerima
dua
pesan
teks
mempromosikan berhenti merokok perminggu dan program magang menggunakan layanan SMS yang lebih intensif untuk mempersiapkan diri agar dapat mencegah atau kambuh merokok yang dilakukan setiap hari. Subjek penelitian remaja sebanyak 455 responden di Inggris dan New Zealand,
pengiriman
pengingat
pesan
SMS
dilakukan
selama
3
bulansebanyak 2 SMS perhari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi pesan teks efektif dalam memotivasi remaja berhenti merokok. Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah : 1. Jenis intervensi. Penelitiandilakukan pada komunitas atau berbasis kesehatan masyarakat dengan sasaran utama ibu hamiltrimester I dan II dengan kriteria inklusi dan eksklusidi 22 desa di Kecamatan Astambul menggunakan intervensi SMS remindersebagai media promosi kesehatan. 2. Rancangan penelitian. Model penelitian adalah quasi eksperimental one group pre and post test designuntuk melihat perbedaan pemahaman ibu hamil sebelum dan setelah intervensi pengiriman SMS reminderkepada ibu hamil 3. Mekanisme pengiriman pesan (SMS).Metode pengiriman pesan dilakukan selama 2 bulan setiap hari sebanyak 48 pesan komplikasi dan 48 pesan asupan gizi.Konsep pengiriman SMS dilakukan secara satu arah menggunakan program SMS gateway 4.Keunggulan media promosi kesehatan berbasis SMSlebih menarik, mudah, unik, sederhana dan mampu memfasilitasi penyampaian informasi kesehatan secara lebih dekat untuk menjangkau individu yang sehat tetapi tidak secara teratur kontak kepelayanan kesehatan. 5. Perbedaan SMS reminderdengan beberapa penelitian diatas terletak pada materi pesan yang dikirimkan, SMS reminder lebih menekankan pada materi komplikasi dan asupan gizi sedangkan penelitian diatas berkaitan dengan kepatuhan perawatan dan pengobatan penyakit seperti HIV, asma dan promosi
25
kesehatan berhenti merokok. Intervensi tersebut melibatkan peran petugas kesehatan dalam penyampaian informasi. 6.Lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan diKecamatanAstambul Kabupaten Banjartepatnya melibatkan 22 desa di Kecamatan Astambul.