BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan,bekerja secara terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2010). Schein (2011) menyatakan untuk lebih memahami organisasi perlu pemahaman tentang budaya. Denison. D. R (2010) menyatakan bahwa budaya dalam suatu organisasi sangat penting memainkan peran besar dan merupakan tempat yang menyenangkan dan sehat untuk bekerja. Beberapa asumsi tentang budaya, pertama budaya dianggap membantu organisasi untuk mencapai tujuan strategis atau menyelesaikan masalah, kedua sebagai kendala atau hambatan karena itu penting bagi anggota kelompok untuk memiliki proses yang memungkinkan mereka untuk memilah asumsi budaya tersebut (Schein, 2010).
Hasil penelitian Kuntor, Agus (2010) menyatakan budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi dan kinerja karyawan. Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Pentingnya budaya organisasi dalam mendukung keberhasilan satuan kerja karena budaya memberikan identitas pegawainya, budaya juga sebagai sumber stabilitas serta kontiniutas organisasi yang memberikan rasa aman bagi pegawainya, dan yang lebih penting adalah budaya membantu merangsang pegawai untuk antusias akan tugasnya (Ndara, T. 2004)
Robbins (2009) menyatakan bahwa pernyataan puas atau tidak puas pengelola, klien, keluarga dan perawat pemberi pelayanan ditentukan antara lain oleh faktor budaya organisasi. Budaya organisasi rumah sakit merupakan pedoman atau acuan 1
2
untuk mengendalikan perilaku organisasi dan perilaku perawat, tenaga kesehatan lain dalam berinteraksi antar mereka dan dengan rumah sakit lainnya. Nilai yang melekat pada rumah sakit memeberikan rasa identitas, harapan, dan aturan yang membantu organisasi mencapai tujuannya (Ivancevich, Konopaske dan Matteso 2010). kemampuan perawat untuk berlaih secara profesional dipengaruhi oleh budaya organisasi dan lingkungan kerja mereka, atribut pribadi juga memainkan peran. Oleh karena itu, profesionalisme keperawatan dan lingkungan rumah sakit yang menampilkan budaya organisasi yang kuat adalah dua sumber daya kesehatan yang dapat mempromosikan hasil yang baik pada pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh
Hasiao dan Tu (2012) menunjukkan bahwa
organisasi rumah sakit yang memiliki budaya yang tinggi memberikan pengaruh positif terhadap organisasi. Selanjutnya mereka mengemukakan bahwa subkultur memilki pengaruh lebih besar pada komitmen dari budaya organisasi rumah sakit. Penelitian tersebut membantu untuk meningkatkan pemahaman eksekutif keperawatan untuk dapat mengembangkan budaya organisasi rumah sakit dalam mempromosikan komitmen organisasi. Sejalan dengan penelitian Seada (2012) yang memperlihatkan bahwa budaya organisasi memiliki korelasi positif yang signifikan dengan manajemen keselamatan pasien. Budaya organisasi yang kuat akan menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab yang besar dalam diri karyawan sehingga mampu memotifasi untuk menampilkan kinerja yang paling memuaskan, mencapai tujuan yang lebih baik, dan pada gilirannya akan memotivasi seluruh anggotanya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya(Robbins dan Caulter, 2010)
Denison (2010) menyatakan bahwa budaya organisasi terdiri dari empat dimensi yaitu keterlibatan, konsistensi, adaptasi, dan misi. Hasil penelitian yang dilakukan Ehtesham, Muhammad (2012), relationship between organisational culture dan performance management practices menunjukkan bahwa organisasi kemampuan beradaptasi (adaptability) dan misi (mission) memiliki signifikan dengan praktik
3
performance management. Hasil penelitian semua variabel dimensi budaya organisasi lebih baik untuk praktik performance management. Pemahaman tentang budaya organisasi menyebabkan komitmen perawat yang tinggi dengan kata lain budaya organisasi sangat efektif dalam mengembangkan kerja yang positif bagi perawat (Hasio dan Chang, 2012).
Kinerja perawat pelaksana merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan pelayanan di rumah sakit. Kinerja perawat sebenarnya sama dengan prestasi kerja di organisasi perusahaan. Perawat ingin diukur kinerjanya berdasarkan standar obyektif yang terbuka dan dapat dikomunikasikan. Jika perawat diperhatikan dan diberi penghargaan yang tinggi, mereka akan lebih terpacu untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan sebaik-baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu (Wibowo, 2012).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja perawat pelaksana dimana yang satu dengan lain saling mempengaruhi yakni: kemampuan yang dimiliki (bakat, minat, faktor kepribadian), usaha yang dicurahkan (motivasi, etika kerja, kehadiran dan rancangan
tugas),
dan
dukungan
organisasi
yang
diterimanya
(pelatihan/pengembangan, peralatan/tehknologi, standar kinerja, manajemen dan rekan kerja). Ketiga hal ini sangat menentukan kinerja perawat pelaksana, dimana bila salah satu faktor berkurang atau tidak ada maka kinerja akan berkurang, (Wirawan, 2009).
Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap Rumah Sakit PTPN IV Pabatu dapat diuraikan Visi, misi dan tujuan didirikan Rumah Sakit PTPN IV Pabatu adalah untuk memberikan pelayanan yang didasarkan pada penyembuhan tidak hanya pada pengobatan medis, tetapi pada daya afeksi/perilaku dan empati. Rumah sakit pabatu merupakan rumah sakit tipe D dengan kapasitas tempat tidur 94 buah, dengan
4
jumlah perawat pelaksana di ruang rawat inap 73 orang, dengan kualifikasi pendidikan Sarjana Keperawatan 5 orang, D III Keperawatan 30 orang, SPK 38 orang. Jumlah perawat pelaksana di ruang rawat inap sebanyak 50 orang. Visi, misi dan tujuan Rumah sakit didirikan adalah menjadi rumah sakit andalan yang memberikan pelayanan kesehatan terbaik di wilayah regional secara prima, komprehensif, profesional. Dengan adanya visi dan misi manajemen rumah sakit hendaknya mampu meningkatkan kemauan dan kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan tentunya dengan menunjukkan kinerja yang baik. untuk memberikan pelayanan yang didasarkan pada penyembuhan tidak hanya pada pengobatan medis, tetapi pada daya afeksi/perilaku, empati, sabar dalam memberikan pelayanan.
Salah satu budaya yang dilakukan di Rumah Sakit PTPN IV Pabatu yaitu kerjasama antar tim bagian-bagian yang berbeda dalam organisasi didorong secara aktif, sebagian karyawan memiliki keterlibatan yang tinggi, kepuasan dalam perusahaan dapat memperoleh informasi yang mereka perlukam di setiap mereka perlukan, bekerja sebagai satu tim, tim adalah fondasi dalam bekerja, pekerjaan diatur sehingga setiap orang dapat melihat hubungan antara pekerjaanya dengan tujuan organisasi.
Berdasarkan fenomena diatas peneliti perlu melakukan penelitian tentang “Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit PTPN IV Pabatu Tahun 2014”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit PTPN IV Pabatu ?.
5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan budaya organisasi dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit PTPN IV Pabatu
2. Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui budaya organisasi di ruang rawat inap Rumah Sakit PTPN IV Pabatu.
b.
Untuk mengetahui kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit PTPN IV Pabatu.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Dapat memberikan sumbangan dalam bentuk umpan balik kepada Pihak Rumah Sakit Khususnya Manajemen Rumah Sakit agar dapat memperhatikan bagaimana budaya organisasi yang dipakai guna untuk meningkatkan kinerja para perawat.
2. Bagi Perawat Dapat memberikan kontribusi yang positif bagi para perawat agar dapat menerapkan budaya organisasi dengan sebaiknya untuk meningkatkan kinerja guna meningkatkan mutu pelayanan yang akan diberikan kepada pasien.
3. Peneliti Selanjutnya Sebagai sumber informasi untuk menambah keilmuan dan dapat digunakan sebagai evidence based bagi peneliti lain yang melakukan penelitian terkait dengan budaya organisasi.