BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologis) akibat terhambatnya aliran darah karena perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena:yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian (Junaidi, 2011). Menurut Pahrianto (2014) yang dikutip dari data World Health Organization (WHO, 2011)setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia akan mengalami stroke dan 5 juta mengalami kelumpuhan. Di kawasan Asia Tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalami stroke dan 25% mengalami kelumpuhan sedangkan di Indonesia sekitar 85% stroke mengalami kelumpuhan dimana 50% pasien mengalami ketergantungan total pada petugas ataupun keluarga dalam melaksanakan mobilisasi, 35% pasien mengalami ketergantungan minimal (Subianto, 2012). Angka kejadian stroke meningkat dengan tajam di Indonesia. Bahkan saat ini, Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia dan menepati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker (Yastroki, 2009).Orang Indonesia mengalami serangan stroke diperkirakan sekitar 500 ribu setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 2,5% meninggal dunia, sementara sisanya mengalami kecacatan dari ringan hingga berat. Hal ini disebabkan karena perubahan gaya hidup serta stress yang berat yang dihadapi masyarakat akibat beban hidup yang semakin erat (Gemari, 2009). Di RSUD Dr. Pirngadi angka perawatan pasien stroke selalu meningkat, berdasarkan data yang di peroleh dari rekam medik bahwa jumlah pasien stroke non hemoragik dirawat inap pada tahun 2012 terdapat 256 pasien sedangkan pada tahun
1
2 2013 terdapat 536 pasien yang di rawat inap. Sehingga membutuhkan perawatan yang lebih efektif dan terapi yang memperkecil kejadian komplikasi. Angka kecacatan akibat stroke umumnya lebih tinggi daripada angka kematian, perbandingan antara cacat dan kematian adalah 4:1. Menurut Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) stroke menempati urutan pertama dalam hal penyebab kecacatan fisik (PERSI dalam jurnal Murtaqib, 2013). Stroke yang tidak mendapatkan penanganan yang baik akanmenimbulkan berbagai tingkat gangguan, seperti penurunan tonus otot, hilangnyasensibilitas pada sebagian anggota tubuh,menurunnya kemampuan untukmenggerakkan anggota tubuh yang sakitdan ketidakmampuan dalam halmelakukan aktivitas tertentu (Murtaqib, 2013).Rehabilitasi dan latihan ROM pasif merupakan salah satu terapi lanjutan pada pasien stroke setelah fase akut telah lewat dan memasuki fase penyembuhan (Subianto, 2012). ROM pasif merupakan latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal dan dibantu oleh perawat (Subianto, 2012). Latihan ini diharapkan bisa menstabilkan neurologis hemodinamik yang dapat mempengaruhi
neuroplastik
sehingga
memungkinkan
perbaikan
fungsi
sensorimotorik untuk melakukan pemetaan ulang di area otak yang mengalami kerusakan (Subianto, 2012). Dalam perawatan pasien stroke, sangat penting bagi perawat untuk mengetahui teknik-teknik dalam melakukan praktik pelaksanaan ROMpasifpada pasien stroke hal ini akan terlihat dari sikap perawat dalam pelaksanaan praktik ROM itu pada pasien. LatihanROM yang dilakukan selama 1 minggu dan 2 minggu, 1 hari 2 kali yaitu pagi dan sore selama 10-15 menit, maka memiliki kesempatan untuk mengalami penyembuhan dengan baik. Kemampuan perawat dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh unsur pengetahuan (Murtaqib, 2013).
3 Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour) (Notoadmodjo, 2012). Dari hasil penelitian sebelumnya akan dilakukan oleh Dalle (2013) dengan judul hubungan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dengan pelaksanaan ROM pada pasien stroke di RSD Kabupaten Sanjai, menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antar variabel pengetahuan dengan pelaksanaan ROM. Hal ini menunjukkan untuk pelaksanaan intervensi keperawatan yang baik tentang pelaksanaan ROM pada pasien stroke diperlukan pula pengetahuan pelaksanaan ROM pada pasien stroke. Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti di RSUD Dr. Pirngadi pada tanggal 8 Februari 2014 penelit mendapat informasi dari kepala bidang keperawatan bahwa ruang rawat inap pasien stroke terdapat di ruang VIP I, unit stroke dan di ruang neurologi dengan jumlah perawat 35 orang perawat pelaksana. Dari hasil observasi peneliti melihat bahwa pelaksanaanROM tidak sesuai dengan protap pelaksanaan ROM yang di instruksikan serta dilakukan hanya sebagian dan pelaksanaannya dilakukan sekali sehari sedangkan hasil wawancara peneliti tentang ROM dan pelaksanaanya kepada 5 perawat di unit stroke ada 3 yang memiliki pengetahuan baik dan 2 perawatnya memiliki pengetahuan kurang. Dari ketiga ruangan ini, peneliti tidak melihat adanya protap-protap pelaksananaan ROM di dinding dan tidak ada persiapan khusus pada saat melakukan ROMdanperawat melakukanya setelah memandikan pasien. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik meneliti hubungan pengetahuan perawat tentang ROMdengan pelaksanaan ROM pasif pada pasien stroke di ruang Unit Stroke, VIP I dan Neurologi RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014.
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan pengetahuan perawat tentang ROM dan pelaksanaan ROM pasif pada pasien stroke di ruang Unit Stroke, VIP I dan Neurologi RSUD Dr. Pirngandi Medan tahun 2014?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang ROM dengan pelaksanaan ROM pasif pada pasien stroke di ruang Unit Stroke, VIP I dan Neurologi RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang ROM pasif pada pasien stroke di ruang Unit Stroke, VIP I dan Neurologi RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014. b. Untuk mengetahui pelaksanaan ROM pasif pada pasien stroke oleh perawat diruang Unit Stroke, VIP I dan Neurologi RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perawat Sebagai informasi tambahan dan masukan bagi perawat di ruang Unit Stroke, Vip 1 dan Neurologi untuk meningkatkan pelaksanaan ROM pasif pada pasien stroke. 2. Bagi Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Memberikan tambahan informasi bagi pihak rumah sakit bahwa pelaksanaan ROM masih kurang serta memberi pelatihan kepada perawat tentang pelaksanaan ROM pasif pada pasien stroke.
5 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya khususnya yang terkait tentang pengetahuan perawat tentang ROM dengan pelaksanaan ROM pasif pada pasien stroke