BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Remaja dalam perkembangannya sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Salah satu perilaku tidak sehat oleh remaja yang dipengaruhi oleh lingkungan adalah merokok. Kebiasaan merokok ini selain dipengaruhi oleh lingkungan juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti masa perkembagan anak yang mencari identitas diri yang ingin mencoba hal baru, keluarga dan teman sebaya (Tarwoto, dkk, 2010). Berdasarkan data WHO wabah tembakau atau rokok telah meracuni dan membunuh 4 juta penduduk dunia setiap tahunnya, selain itu merokok juga bertanggung jawab terhadap kematian satu dari lima orang. Rokok masih menjadi polemik di masyarakat hingga saat ini. Berbeda dengan negara maju dan negara tetangga lainnya, pengendalian tembakau di Indonesia terbilang kurang berhasil. Kenyataan ini diperjelas dengan temuan dari Global Adult Tobacco Survey (2011) yang menyatakan bahwa sebanyak 61,4 juta orang dewasa di Indonesia yang masih merokok. Rokok merupakan masalah yang sangat dekat menjerat anak dan remaja di Indonesia. Gencarnya iklan, promosi dan sponsor rokok yang sangat mempengaruhi motivasi generasi muda untuk perokok pemula. Lebih dari sepertiga pelajar dilaporkan biasa merokok, dan ada 3 diantara 10 pelajar menyatakan pertama kali merokok pada umur dibawah 10 tahun (The Global Youth Tobacco Survey, 2011). Produk tembakau yang yang salah satunya adalah rokok, dikonsumsi dengan cara dihisap atau disedot. Produk tembakau khususnya rokok dapat berbentuk sigaret, kretek, cerutu, lintingan, menggunakan pipa, tembakau yang disedot dan tembakau tanpa asap. Asap rokok terbagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap yang dihirup langsung perokok, sedangkan asap samping merupakan asap yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Komposisi kimia dan asap rokok tergantung
1
2
pada jenis tembakau, desain rokok (separti ada tidaknya filter atau bahan tambahan), dan pola merokok individu (Syah, 2008). Kebiasaan merokok ini tidak hanya ditemukan pada orangtua atau orang dewasa saja, namun kebiasaan merokok ini juga dapat ditemukan pada remaja. Berdasarkan laporan WHO tahun 2008 ditemukan bahwa 24,1% remaja pria Indonesia adalah perokok (Nusantaranews, 2009). Data dari WHO menyebutkan, Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China dan India dan diatas Rusia dan Amerika Serikat. Padahal dari jumlah penduduk, Indonesia berada di posisi ke-4 yakni setelah China, India dan Amerika Serikat. Berbeda dengan jumlah perokok Amerika yang cenderung menurun, jumlah perokok Indonesia justru bertambah dalam 9 tahun terakhir. Prevalensi perokok menurut usia dan gender pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun, mencapa1 51,7 %. Prevalensi ini termasuk anak-anak dan remaja kelompok usia 15 hingga 18 tahun. Kondisi terbaru yang banyak dirilis oleh media masa, terdapat seorang balita berumur 2,5 tahun dari Jember, Jawa Timur yang menghabiskan rokok 2 bungkus per hari. Hal serupa juga ditemukan balita yang berdomisili di Sukabumi dan di Garut, Jawa Barat (Kompas, 2013).. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock dalam Sarwono, 2003). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002). Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum menurut Kurt Lewin (dalam Syah, 2008) bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan. Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini,
3
sering dilukiskan sebagai masa badai dan topan karena ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut, tidak semua dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Pengaruh lingkungan dari teman sebaya juga memberi peran yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadian remaja termasuk salah satunya adalah perilaku merokok. Menurut Ahmadi (2004) kelompok teman sebaya merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku remaja, mengingat semakin dominannya peran kelompok sebaya daripada orangtua pada usia-usia remaja atau menjelang dewasa, dibandingkan masa-masa sebelumnya. Kelompok teman sebaya menyediakan suatu lingkungan, yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dengan nilai yang berlaku, bukan lagi nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya, dan tempat dalam rangka remaja menemukan jati dirinya. Namun apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai negatif, maka akan menimbulkan bahaya bagi perkembangan jiwa remaja (Kartono, 2006). Kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya juga merupakan akibat melemahnya ikatan remaja dengan orangtua, sekolah dan norma-norma konvensional (Mapiare, 2004). Selain itu banyaknya waktu yang diluangkan remaja di luar rumah bersama dengan teman-teman sebayanya daripada dengan orangtuanya adalah salah satu alasan pokok pentingnya peran teman sebaya bagi remaja. Peranan penting kelompok teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Remaja seringkali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang atau merokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa mempedulikan perasaannya sendiri dan akibatnya. Berkaitan dengan bahaya merokok maka salah satu akibatnya adalah penyempitan pembuluh darah akan terjadi di otak, jantung, paru, ginjal, kaki,
4
saluran peranakan, dan ari-ari pada wanita hamil. Dapat dipahami penyempitan itu dapat berakibat sumbatan di otak, penyempitan pembuluh darah jantung, penyakit paru menahun, betis menjadi sakit hingga pembusukan kering (gangrene), kemandulan, keguguran atau kematian bayi dalam kandungan, atau bayi lahir premature atau cacat (Kusmana, 2007). Penelitian sejenis telah dilakukan oleh Lee E dan Tak Y., (2005) dengan judul Peer and parental influences on adolescent smoking mendapatkan bahwa faktor teman sebaya dan orang tua menyumbang 30,3% terhadap perilaku merokok remaja. Teman sebaya memberikan pengaruh lebih kuat terkait dengan perilaku merokok remaja (OR = 10,18). Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMK Sepuluh Nopember Semarang saat ini jumlah siswa untuk kelas XII sebanyak 129 siswa yang terbagi dalam jurusan Audio Video sebanyak 25 siswa, TSM sebanyak 21 dan jurusan TKR sebanyak 81 siswa. Kelas XI jurusan TKR sebanyak 31 siswa, TPJ sebanyak 13 siswa, Audio video sebanyak 17 siswa dan TSM sebanyak 29 siswa. Hasil wawancara terhadap 10 siswa pria yang bersekolah di SMK Sepuluh Nopember Semarang, ditemukan semuanya mempunyai kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok ini mereka dapat dari keikutsertaannya selama bergaul dengan teman-teman sebayanya yang mengkonsumsi rokok. Perilaku mengkonsumsi rokok ini sebagai bentuk keinginannya agar dapat lebih diterima dalam kelompoknya. Mereka beranggapan bahwa apabila mengikuti setiap gaya dari kelompok pertemanannya maka keberadaannya dalam kelompok tersebut akan lebih diterima. Berkaitan dengan hal di atas maka dalam penelitian ini akan dicoba untuk meneliti tentang teman sebaya terhadap perilaku merokok remaja di SMK 10 Nopember Semarang. B. Rumusan masalah Kuatnya pengaruh teman sebaya terhadap kepribadian dan perilaku remaja. Hasil persepsi seorang remaja terhadap kelompok teman sebaya dapat memberikan pengaruh terhadap tingkah laku dan sikap yang terbentuk.
5
Apabila kelompok teman sebaya memberikan pengaruh yang negatif maka akan sangat merugikan bagi individu seorang remaja, termasuk salah satunya adalah perilaku remaja dalam menggunakan rokok. Hasil studi pendahuluan di SMK Sepuluh Nopember Semarang ditemukan adanya siswa pria yang biasa mengkonsumsi rokok. Kebiasaannya ini berdasarkan anggapan bahwa dirinya akan lebih diterima dalam pergaulan bersama kelompok teman sebayanya apaila mengikuti setiap gaya dari kelompoknya. Berkaitan dengan hal tersebut maka rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah adakah hubungan teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja di SMK Sepuluh Nopember Semarang?. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pengaruh teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja di SMK Sepuluh Nopember Semarang 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan teman sebaya pada remaja di SMK Sepuluh Nopember Semarang. b. Mendeskripsikan perilaku merokok pada remaja di SMK Sepuluh Nopember Semarang. c. Menganalisis pengaruh teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja di SMK Sepuluh Nopember Semarang. D. Manfaat penelitian 1. Bagi Remaja Para remaja agar lebih berhati-hati dalam bergaul dan tidak terjerumus dalam aktivitas yang merugikan seperti merokok dan pemakaian obat-obat terlarang. 2. Bagi Orangtua Orang tua agar selalu memperhatikan anaknya dalam bergaul dengan lingkungan sosial.
6
3. Bagi sekolah Sekolah agar dapat memberikan perhatian khsususnya terhadap pergaulan anak di dalam sekolah dan memberikan sanksi yang tegas apabila dikatahui ada siswa yang mengkonsumsi rokok sesuai dengan peraturan yang berlaku atau yang telah ditetapkan.
E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan penelitian bidang ilmu keperawatan, khususnya ilmu Keperawatan komunitas. F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul Hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian preilaku remaja
Pengarang Tidia Hasti, Nurfarhanah (2013)
Desain Kuantitatif, sudi korelasi
Penerimaan teman sebaya, kesepian dan kecanduan bermain game daring pada remaja
Oktavianus Prabowo (2012)
Kuanitatif, studi korelasi
Hasil Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar siswa telah mencapai interaksi sosial teman sebaya kategori cukup. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian perilaku remaja Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teman sebaya sangat memberikan andil dalam pembentukan sikap remaja karena dengan penerimaan teman sebaya akan berusaha untuk mengikuti perilaku yang diterapkan oleh teman sebaya tersebut
Persamaan penelitian terletak pada variabel bebas yaitu teman sebaya, sementara perbedaannya terletak pada variabel terikat dimana penelitian ini adalah perilaku merokok sementara penelitian Hasti dan Nusfarhanah (2013) adalah perilaku kemandirian dan penelitian Prabowo (2012) kecanduan bermain game.