BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Kurikulum, sesuai tugas dan fungsinya ialah melaksanakan layanan profesional pengembangan model-model kurikulum dan pembelajaran pada berbagai satuan pendidikan untuk menunjang terlaksananya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Model-model yang perlu dikembangkan di antaranya ialah pembelajaran pada program pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan khusus, dan pendidikan nonformal. Selain itu, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan dendidikan dasar dan menengah antara lain mengamanatkan bahwa salah satu tugas Badan Litbang Depdiknas cq Pusat Kurikulum adalah mengembangkan dan menguji cobakan model kurikulum untuk pendidikan layanan khusus, baik untuk jalur pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Sesuai dengan Rencana Strategis Depdiknas tahun 2005-2009 untuk Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Depdiknas tentang penjaminan mutu secara nasional dan terprogram untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan, program pengembangan model kurikulum layanan khusus ini dapat dijadikan acuan pembelajaran bagi satuan pendidikan yang relevan untuk peningkatan mutu prestasi peserta didik sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Berkait dengan pendidikan layanan khusus, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara tegas mengamanatkan bahwa pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi Pusat Kurikulum untuk mengembangkan suatu model kurikulum yang dapat membantu satuan pendidikan yang termasuk dalam klasifikasi tersebut. Kurikulum pendidikan layanan khusus perlu dikembangkan karena pada daerah tersebut umumnya memiliki keterbatasan-keterbatasan dan kendala sumber daya yang sangat terbatas. Dan, juga kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan bagi mereka mengalami tersebut dimungkinkan melalui jalur pendidikan nonformal, karena sifat layanan pendidikan nonformal yang fleksibel, cepat dan memberikan keterampilan untuk segera mendapatkan pekerjaan atau usaha mandiri. Demikian pula sesuai dengan amanat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku bahwa pendidikan nonformal mempunyai peran sebagai pengganti, penambah dan pelengkap, dalam pelaksanaan pendidikan bagi masyarakat adat terpencil. Masyarakat adat terpencil mempunyai beberapa karakteristik di antaranya memiliki komunitas relatif kecil, tertutup dan homogen. Terpencil secara geografis dan secara sosial budaya dengan masyarakat yang lebih luas, dan hidup dengan sistem ekonomi subsistem (berburu dan meramu, peladang berpindah, nelayan subsistem, dan kombinasi di antaranya). Selain karakteristik tersebut, mereka umumnya masih menggunakan peralatan dan teknologi yang 1
amat sederhana dan tingkat ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat relatif tinggi. Selain itu, masyarakat adat terpencil juga memiliki keterbatasan atas akses pelayanan sosial dasar, ekonomi dan politik. Hal ini terlihat dengan belum adanya lembaga formal di bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan dan kesejahteraan sosial, belum ada pasar, kebutuhan konsumsi masih berupa bahan dasar, akses perhubungan kurang, komunikasi/informasi terbatas, belum ada sistem pemerintahan formal dan masih kuatnya pengaruh lembaga adat. Saat ini keberadaan masyarakat adat terpencil di Indonesia cukup banyak. Dan, salah satunya adalah masyarakat adat Talang Mamak. Masyarakat adat terpencil ini berada di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Masyarakat adat terpencil (MAT) Talang Mamak merupakan suku asli daerah Indragiri Hulu. Komunitas ini tersebar di lima wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan Batang Gangsal, Batang Cinaku, Kelayang, Rengat Barat, dan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Penamaan MAT Talang Mamak pada umumnya disesuaikan dengan nama di mana mereka tinggal. Di antaranya ialah MAT Talang Mamak yang tinggal di Kecamatan Rakit Kulim, Talang Sungai Limau, Talang Kedabu, Talang Sungai Jirak, dan Talang Perigi. MAT Talang Mamak yang tinggal di Kalayang yaitu Talang Sungai Ekok dan Talang Parit. Sedangkan yang tinggal di daerah Rengat Barat yaitu Talang Jerinjing. Untuk dapat memberikan layanan pendidikan masyarakat adat terpencil, Pusat Kurikulum pada tahun 2008 menyusun model-model kurikulum pendidikan layanan khusus pada satuan pendidikan nonformal yang lebih difokuskan pada model kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus dan karakteristik pembelajaran pada peserta didik dan satuan pendidikan serta disesuaikan dengan kondisi demografis (pedesaan atau perkotaan) dari satuan pendidikan, salah satu model kurikulum yang disusun adalah model kurikulum Paket A untuk Komunitas Talang Mamak di Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
B. Landasan Hukum Penyelenggaraan program kesetaraan Paket A bagi masyarakat adat terpencil berlandaskan pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31. 2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat 3 yang menyatakan bahwa warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. 3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam pelaksanaan pendidikan. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang meliputi delapan standar, yaitu: standar isi, proses, kompetensi kelulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
2
7. Instruksi Presiden: a. Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun. b. Nomor 5 Tahun 2006, tanggal 9 Juni 2006 Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. 8. Keputusan Mendikbud No. 0131/U/1994 tentang Program Paket A dan Paket B. 9. Keputusan Mendiknas No. 86/U/2003 tentang penghapusan UPERS. 10. Permendiknas Nomor 14 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C. 11. Permendiknas Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan.
C. Fungsi dan Tujuan 1. Fungsi dari penyusunan model ini adalah agar dapat dijadikan acuan daerah dalam mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran pendidikan nonformal. 2. Tujuan dari penyusunan model ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran kolektif masyarakat adat terpencil agar dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik khususnya masyarakat adat terpencil Talang Mamak, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.
D. Sasaran dan Ruang Lingkup 1. Sasaran dari model ini adalah praktisi pendidikan nonformal pada masyarakat adat terpencil dalam lingkup pendidikan kesetaraan Program Paket A yang belum tuntas wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dengan usia 7–44 tahun. 2. Ruang lingkup model kurikulum masyarakat adat terpencil yang disusun ini meliputi profil masyarakat adat terpencil yang letaknya secara geografi terisolir, dan status ekonominya masuk dalam kategori miskin, program reorientasi diri, contoh silabus dan rencana program kegiatan serta ramburambu pelaksanaan program.
3
BAB II PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT ADAT TERPENCIL TALANG MAMAK
A. Pengertian Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Konsep yang diatur dalam kurikulum tidak bersifat kaku dan stagnan, melainkan suatu gagasan yang bersifat dinamis dan progresif, terutama dalam memenuhi kebutuhan perkembangan anak dalam berbagai aspek, kondisi perubahan sosio-antropologis, dalam ilmu pengetahuan, serta teknologi, khususnya dalam bidang ilmu pendidikan dan/atau pembelajaran. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Pengembangan kurikulum secara diversifikasi dimaksudkan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan a. peningkatan iman dan takwa; b. peningkatan akhlak mulia; c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d. keragaman potensi daerah dan lingkungan; e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional; f. tuntutan dunia kerja; g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h. agama; i. dinamika perkembangan global; serta j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Kurikulum tingkat satuan Pendidikan Kesetaraan dan silabusnya untuk program Paket A disusun secara induktif, tematik dan berbasis kecakapan hidup, serta sesuai dengan konteks lokal dan global. Kurikulum disusun dan ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota sebagai lembaga yang bertanggung jawab di bidang pendidikan serta berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan pendidikan kesetaraan. Penyusunan struktur kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan dan memperhatikan kebutuhan dan potensi lokal maupun global serta memperhatikan karakteristik daerah, ciri khas pendidikan kesetaraan, dan peserta didik. Muatan kurikulum pendidikan kesetaraan mengacu pada standar nasional pendidikan yang meliputi mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Kedalaman muatan kurikulum dapat disajikan per darjah (level) atau tingkat pencapaian kompetensi. Muatan kurikulum disusun dengan memperhatikan
4
kebutuhan dan potensi lokal maupun global serta memperhatikan karakteristik daerah, ciri khas pendidikan kesetaraan, dan peserta didik. Pengaturan beban belajar diatur dengan menggunakan dua sistem jam belajar : 1) pertemuan sistem tatap muka (reguler), dan 2) sistem satuan kredit kesetaraan (SKK). Kedua model pengaturan beban belajar dilakukan agar lebih cocok dengan ciri pendidikan kesetaraan yang menekankan program pembelajaran secara mandiri dan moduler, serta dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan peserta didik.
B. Pengertian Model Model adalah representasi sebuah subjek yang sedang diselidiki, dan akan digunakan untuk meramalkan, mengendalikan dan membuat keputusan (Amri Jahi, 2007). Model merupakan gambaran dari suatu sistem fisik yang dapat digunakan untuk meramalkan dan menjelaskan perilaku sistem. Prinsip dasar dari suatu model adalah sederhana dan dapat menangkap perilaku penting dari suatu sistem. Model berguna untuk mengungkapkan suatu fenomena yang sedang diselidiki secara detil; membantu peneliti untuk memahami dengan baik hubungan berbagai komponen fenomena tersebut; membantu peneliti mengontrol faktor-faktor tertentu untuk mengetahui cara bagian-bagian fenomena tersebut berfungsi. Bentuknya dapat berupa diagram, formula matematika, gambar, atau benda tiga dimensi. Berdasarkan penjelasan di atas maka model pendidikan layanan khusus bagi komunitas adat terpencil harus dibuat secara sederhana, mampu meramalkan dan menjelaskan perilaku peserta dalam proses pendidikan, bentuknya berupa diagram. Koberg & Bagnall (1974) merinci tahapan pemodelan sebagai berikut: Penerimaan suatu situasi sebagai masalah yang perlu dipecahkan; melakukan analisis untuk mengetahui masalah secara jelas dan rinci; mendefinsikan isu utama dari masalah dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai; merumuskan berbagai alternatif pencapaian tujuan; memilih alternatif yang mempunyai peluang lebih baik untuk mencapai tujuan dan efisien dalam penggunaan sumber daya; menerapkan alternatif yang terpilih; dan terakhir melakukan evaluasi untuk menentukan dampak dari implementasi disain. Tahapan dimaksud Koberg & Bagnall, harus berjalan seraca terurut, karena tahap kesatu merupakan prasyarat bagi tahap berikutnya. Dengan demikian harus diciptakan kondisi pada masyarakat adat terpencil sebagai subyek proses pendidikan bahwa mereka menyadari ada situasi masalah pada komunitasnya yang perlu dipecahkan. Tugas peneliti selanjutnya adalah melakukan analisis untuk mengetahui masalah secara jelas dan rinci. Tanpa kedua tahapan tersebut, pemodelan sulit dilakukan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keterbatasan kemampuan pemerintah daerah setempat dalam memfasilitasi proses pendidikan layanan khusus bagi masyarakat adat terpencil. Untuk menyiasatinya, maka komunitas masyarakat adat terpencil yang beranggotakan rumah tangga-rumah tangga lebih baik mengorganisasikan dirinya dalam organisasi dan aksi sosial sukarela.
5
Menurut Margono Slamet (2006), organisasi sosial sukarela adalah himpunan orang-orang yang bebas untuk berpartisipasi atau tidak, menurut pilihannya; terbuka bagi orang-orang yang memiliki minat atau maksud yang sama; menentukan kebijaksanaannya sendiri dan mengarahkan kegiatan-kegiatannya sendiri; tujuannya mewujudkan masyarakat yang selalu waspada, peduli dan bertanggung jawab. Organisasi sukarela yang berukuran besar maupun kecil mempunyai tanggung jawab ganda, yaitu memberikan pelayanan atau meneruskan pelayanan untuk perbaikan dan kemajuan masyarakat, serta memberikan kesempatan kepada anggotanya dan relawan lain untuk berbagi tanggung jawab dalam mencapai maksud di atas dengan jalan membantu program secara langsung atau tidak langsung. Talcott Parsons (Turner, 1978) menyatakan bahwa kesukarelaan merupakan basis bagi pembuatan keputusan subyektif pada setiap aktor. Mengingat bahwa otoritas pembuatan keputusan adalah inti dari kekuasaan, dan pemilikan kekuasaan merupakan aspek terpenting dalam pemberdayaan, maka aksi sosial sukarela yang dilakukan komunitas rumah tangga tersebut dapat dimasyarakat akan pemberdayaan diri sendiri. Aksi sosial sukarela berlangsung dalam diagram 1. Diagram1. Unit Aksi Sosial Sukarela Norma, nilai dan ide lain
Cara 1 Cara 2
Aktor
Tujuan
Cara 3 Cara n
Kondisi situasional
Pada konteks pendidikan luar sekolah bagi masyarakat adat terpencil, diagram tersebut bermakna: 1. Aktor adalah individu yang ada dalam rumah tangga masyarakat adat terpencil ; 2. aktor tersebut berusaha mencapai tujuan yaitu pemberdayaan dalam lima aspek; power, kognitif, psikologis, ekonomi, politik; 3. aktor tersebut memiliki berbagai macam cara untuk memberdayakan diri sendiri; 4. aktor tersebut dibatasi oleh kondisi situasional yang berasal dari dalam dirinya antara lain sikap, pengetahuan dan kemampuan memberdayakan diri, dan kondisi eksternal berupa terbatasnya daya dukung lingkungan fisik, dan kurangnya kemampuan pemerintah dalam mendukung proses
6
pendidikan luar sekolah bagi masyarakat adat terpencil. Kondisi tersebut akan mempengaruhi perumusan tujuan dan cara pencapaiannya; 5. aktor dipengaruhi oleh nilai, norma dan idea lain yang akan mempengaruhinya dalam merumuskan tujuan dan cara mencapainya; 6. karena pengaruh dari dari nilai, norma dan ide serta kondisi situasional, aktor membuat keputusan subyektif dalam pencapaian tujuan. Lionberger & Gwin (1982) menyarankan pada agen peubah yang akan melakukan perubahan sosial pada local communities, untuk terlebih dahulu mengenali change variables; personal (background, beliefs, habits), situational (soil, water, government, family), communication (radio, posters, folk media), support agency (supplies, services, credits, road, transportation, information, markets, storage), behavioral change (adopt new practice, change crops), dan family goals outcomes (short term, long terms, unintended). Apabila tahapan pertama dan kedua pemodelan menurut Koberg & Bagnall telah dilakukan, organisasi kesukarelaan pada masyarakat adat terpencil telah mulai terinisiasi, dan local communities variables telah diketahui. Maka dapat dirancang pemodelan yang tepat. Salah satu bentuk model pendidikan luar sekolah yang kiranya mendukung bagi pemberdayaan masyarakat adat terpencil dalam aspek power, kognitif, psikologis, ekonomi dan politik adalah logic model. Menurut Powell (2005) generic logic model tampak dalam diagram 2. Diagram 2. Generic Logic Model
Generic model dipilih karena kesederhanaannya dan relatif familiar. Dalam model ini masyarakat adalah kunci bagi masing-masing submodel; (1) Inputs: What we invest? Man, money, method, machine, material, research base, time, curriculum, etc. (2) Outputs: What we do? Training, delivery service, lessons, farm and plot demonstration, discuss, focus group, etc. (3) Outcomes (short term): What the short term results are? Behavior change; cognitive, affective, psychomotor. (4) Outcomes (medium term): What the medium term results are? Productivity growth. (5) Outcomes (long term-impact); What the long term results are? Income raising- welfare degree.
7
C. Pengertian Pendidikan Nonformal Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1991 Pasal 9 (1) dan (3), dan Pasal 10 (3), pengertian pendidikan luar sekolah (sekarang: pendidikan nonformal) pada intinya adalah penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar pada satuan pendidikan dapat dilakukan di luar sekolah. Sedangkan lingkup pendidikan nonformal meliputi satuan pendidikan keluarga, kelompok belajar, kursus, dan satuan pendidikan yang sejenisnya. Pendidikan nonformal dalam pengertian ini tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Pendidikan nonformal menurut Suparjo Adikusumo dalam Modul Konsep Dasar dan Sejarah PLS tahun 2008 yang dimaksud dengan pendidikan nonformal adalah kesempatan di mana terdapat komunikasi yang terarah dan teratur di luar sekolah, dan seseorang memperoleh informasi pengetahuan, latihan, ataupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikapsikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya bahkan masyarakat dan negaranya. Ahli lainnya, Sudjana (1992) memberikan definisi pendidikan nonformal sebagai usaha pelayanan pendidikan yang dilakukan secara sengaja, teratur dan terencana di luar sistem sekolah, berlangsung sepanjang umur yang bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi manusia sehingga terwujud manusia yang gemar belajar dan membelajarkan, maupun meningkatkan taraf hidup, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat. Apapun pengertian tentang pendidikan nonformal yang dikemukakan oleh para ahli di atas, terdapat kesamaan konsepsi tentang hal itu, yaitu bahwa pendidikan nonformal memiliki beberapa unsur, ada proses, program, aktivitas, tujuan, dan sasaran. Tujuan pendidikan nonformal menurut Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1991 ialah melayani, membina, memenuhi kebutuhan, mengembangkan tingkat keterampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai, mengaktualisasikan potensi manusia, sehingga terwujud manusia yang gemar belajar dan membelajarkan. Fungsi pendidikan nonformal sebagai pelengkap, sebagai penambah, dan sebagai pengganti. Sebagai pelengkap berfungsi untuk melengkapi kemampuan warga belajar dengan jalan memberikan pelajaran yang tidak diperoleh dalam kurikulum formal. Sebagai penambah berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi warga belajar untuk memperdalam pemahaman dan penguasaan materi pelajaran bagi mereka yang putus sekolah dan mempunyai kebutuhan belajar untuk memperoleh pengetahuan baru dan keterampilan yang berkaitan dengan dunia kerja. Sebagai pengganti berfungsi untuk mengadakan program-program yang dapat melayani anak atau orang dewasa yang karena berbagai hal tidak memasuki pendidikan sekolah. Isi program biasanya cenderung terpusat pada keterampilan membaca, menulis, dan berhitung, serta pengetahuan umum yang praktis dan sederhana. Sasaran pendidikan nonformal menurut Sutaryat (1992) adalah ditinjau dari segi usia, lingkungan sosial budaya, golongan suku terasing, golongan ekonomi lemah, jenis kelamin, golongan mata pencaharian, taraf pendidikan dan kelompok khusus.Selain itu sasaran lainnya adalah warga masyarakat yang buta huruf, warga
8
masyarakat putus sekolah, dan mereka yang sudah bekerja tetapi ingin meningkatkan untuk jenjang karir. Ciri pendidikan nonformal adalah pendidikan yang memiliki keleluasaan yang besar untuk secara cepat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang senantiasa berubah, pendidikan nonformal merupakan jembatan antara pendidikan sekolah dan dunia kerja. Penyelenggaraan kegiatan pendidikan nonformal pada umumnya tidak terpusat, lebih terbuka dalam penerimaan peserta didik dan tidak terikat pada peraturan yang ketat, menjawab kebutuhan warga belajar atau mayarakat pada waktu dan situasi tertentu, waktu penyelenggaraan yang relatif pendek dan singkat, organisasi penyelenggaraan relatif pendek dan tidak permanen, berorientasi pada pengetahuan dan keterampilan praktis, warga belajarnya mempunyai latar belakang yang beranekaragam dan pada umumnya tidak memberikan sertifikat yang mempunyai efek atau pengaruh. D. Karakteristik Masyarakat Adat Terpencil. Menurut Keppres No. 111/1999 dan Kepmensos No. 06/PEGHUK/2002, komunitas adat terpencil adalah kelompok sosial (budaya) yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi maupun politik. Kedua, adanya pengakuan dari pemerintah berupa pengakuan akan eksistensi komunitas adat terpencil, pengakuan terhadap hak sosial dan ekonomi komunitas adat terpencil, pengakuan terhadap perlindungan tradisi dan adat-istiadat komunitas adat terpencil dan pengakuan terhadap program pemberdayaaan komunitas adat terpencil, melalui produk hukum nasional maupun daerah yang melindungi hak-hak masyarakat adat terpencil serta kewajiban Negara mengakui dan melindungi hak-hak komunitas masyarakat adat terpencil. Berdasarkan data dari Departemen Sosial RI tahun 2005, populasi masyarakat adat terpencil berjumlah 267.550 kepala keluarga atau sekitar 1,1 juta jiwa yang tersebar di 30 propinsi di Indonesia dalam meningkatkan kemampuan dan kemandirian demi keberlangsungan hidup mereka . Masyarakat Adat Terpencil merupakan komunitas kecil, tertutup dan homogen serta hubungan kekeluargaan di antara mereka sangat kuat. Sehingga berdampak keangganan mereka untuk meninggalkan daerahnya dan membaur dengan masyarakat lainnya. Pelayanan sosial dasar yang diberikan kepada mereka sangat terbatas karena masyarakat adat terpecil menetap di daerah terpencil dan sulit untuk dijangkau. Teknologi yang mereka gunakan sangat sederhana, sehingga ketergantungan masyarakat adat terpencil terhadap sumber daya alam yang ada di sekitarnya sangat tinggi. Permasalahan yang mendasar yang ada pada masyarakat adat terpencil adalah kebutuhan dasar mereka yaitu pemenuhan kebutuhan dasar seperti kebutuhan sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Karakter umum yang terdapat pada masyarakat adat terpencil dan berlaku universal adalah sebagai berikut: berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen; pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan; pada umumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit dijangkau; pada umumnya masih hidup dengan sistem ekonomi sub sistem; peralatan teknologinya sederhana; ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat relatif tinggi; terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi, dan politik. Dengan demikian maka berdasarkan kriteria tersebut masyarakat adat terpencil dapat dikelompokkan berdasarkan habitat dan atau lokalitas sebagai berikut: dataran
9
tinggi / pegunungan; dataran rendah; daerah rawa; daerah pantai/laut; daerah pasca/rawan konflik; daerah perbatasan; kawasan industri; daerah rawan bencana; dan wilayah pemekaran. E. Kendala Pendidikan di Masyarakat Adat Terpencil Kendala umum dalam pelaksanaan pendidikan pada masyarakat adat terpencil adalah sarana yang ada sangat minim dan tidak memadai, motivasi guru untuk mengajar juga rendah, bahkan banyak sekolah yang kekurangan tenaga pengajar, rendahnya minat belajar, dan kadang-kadang adanya aturan adat yang membelenggu kebebasan untuk belajar. Pendidikan yang tepat bagi masyarakat adat terpencil tentunya bukanlah pendidikan formal yang mengikat bagi mereka. Yang paling cocok model pendidikan bagi masyarakat adat terpencil adalah pendidikan yang fleksibel dengan tidak meninggalkan kekhasan adat istiadat mereka, sehingga lebih tepat dikatakan sebagai pendidikan alternatif yang ranahnya bisa formal, informal ataupun nonformal. Metode yang diberikan juga metode yang tidak menghilangkan kebiasaan positif mereka yang mereka percayai dan dilaksanakan secara turun-temurun. Sentuhan yang diberikan dalam pendidikan alternatif yang diberikan bagi masyarakat adat terpencil adalah sentuhan yang tulus dan khas karena keikhlasan dalam mendidik masyarakat adat terpencil adalah hal utama yang harus dimiliki oleh para pendidik yang akan terjun ke sana.
F. Karakteristik Masyarakat Talang Mamak 1. Gambaran Umum Masyarakat adat terpencil (MAT) Talang Mamak merupakan suku asli Indragiri Hulu Riau. Komunitas ini tersebar di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Batang Gangsal, Batang Cinaku, Kelayang, Rengat Barat, dan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Nama-nama MAT Talang Mamak disesuaikan dengan nama di mana mereka tinggal. Di antaranya adalah MAT Talang Mamak yang tinggal di Kecamatan Rakit Kulim, Talang Sungai Limau, Talang Kedabu, Talang Sungai Jirak, dan Talang Perigi. MAT Talang Mamak yang tinggal di Kalayang adalah Talang Sungai Ekok dan Talang Parit, dan yang tinggal di Rengat Barat adalah Talang Jerinjing. Dari MAT di atas, MAT Talang Sungai Limau mempunyai struktur adat yang paling tinggi, atau merupakan pusat dari MAT Talang-talang lainnya. Di mana adat-adat tertentu hanya MAT Talang Sungai Limau yang boleh melakukan. Wilayah MAT Talang Mamak relatif sulit dijangkau dengan kendaraan terutama setelah turun hujan, hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki hal ini disebabkan karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan dapat ditempuh dengan kendaraan. Akan tetapi ada kawasan MAT Talang Mamak yang paling dekat dan dapat dilalui kendaraan roda dua, yaitu Talang Perigi dan Talang Jerinjing di Kecamatan Rakit Kulim. Di daerah ini kendaraan roda dua bisa melintas wilayahnya, walaupun untuk sampai ke rumahnya harus tetap berjalan kaki.
10
Jalan menuju Talang Perigi
Jumlah penduduk MAT Talang Mamak ini masih berkisar antara 1.341 keluarga atau sekitar 6.418 Jiwa (data Taman Budaya Bukit Tigapuluh). Jumlah tersebut terbagi dalam beberapa kelompok. Ada 8 dusun yang mereka tempati di wilayah Riau 7 dusun yaitu Tanah Datar, Dusun Tua, Suit, Sadan, Air Bomban, Nunusan, Siamang Desa Rantau Langsat dan Semerantihan desa Suo-suo masuk wilayah Jambi. 2. Sejarah Suku Talang Mamak tergolong pada kelompok Melayu Tuo (Proto Melayu) merupakan suku asli Indragiri, kelompok Talang Mamak menyebut dirinya ”Suku Tuha”. Kedua sebutan tersebut bermakna suku pertama datang dan lebih berhak terhadap sumber daya di Indragiri Hulu. Ada beberapa versi asal usul Suku Talang Mamak. Ada yang berpendapat (dalam masyarakat) bahwa mereka berasal dari Pagaruyung yang terdesak akibat konflik adat dan agama. Sedangkan menurut mitos yang mereka percayai bahwa Talang Mamak merupakan keturunan Nabi Adam ke tiga berasal dari kayangan turun ke bumi, tepatnya di Sungai Limau dan menetap di Sungai Tunu (Durian Cacar).
11
Gbr. Masyarakat Talang Mamak
3. Unsur-unsur Kebudayaan a. Sistem Teknologi dan Peralatan Dalam kehidupan keseharian MAT Talang Mamak sudah mengenal teknologi dalam bentuk yang sederhana terutama yang dipergunakan untuk mengolah pertanian, perkebunan, ladang dan memasak. Dalam mengolah pertanian menggunakan cangkul, beliung (sejenis kampak kecil yang lentur), parang dan pisau (semua berbahan dasar besi). Alat untuk memasak menggunakan kuali, sendok nasi yang terbuat dari kayu dan ujungnya menggunakan batok kelapa. Untuk makan kebanyakan masih menggunakan tangan, walaupun ada juga yang sudah menggunakan sendok. Selain gelas yang digunakan untuk minum, masih banyak yang menggunakan kulit labu air. Masyarakat Talang Mamak pada umumnya bisa menerima pembaharuan dalam penggunaan alat-alat teknologi modern, baik alat rumah tangga, alat telekomunikasi dan trasportasi.
12
Gbr. Alat rumah tangga
b. Sistem Matapencaharian Sistem mata pencaharian MAT Talang Mamak adalah bertani, berkebun, berladang. Dalam bertani mereka menanam padi, timun, betik (sejenis timun untuk dimakan), cakur (kencur), sipedas/halia (jahe), kunyit, dan lengkiu (semacam daun bawang kecil). Selain itu ada juga tanaman palawija seperti jagung, ubi dan waluh. Kerajinan tangan yang biasa dihasilkan adalah anyaman tikar dari daun rumbai dan tikat dari daun pandan, ambong (sejenis keranjang yang dikasih tali dan ditaruh di dahi), kisayan (semacam ayakan), serta lukoh (anyaman bambu untuk menangkap ikan).
Gbr. Keranjang
Gbr. Tikar
c. Kesenian Kesenian yang ada pada MAT Talang Mamak ini diantaranya adalah berdendang dan bernyanyi, nyanyian dinyanyikan bersama-sama dan sangat tergantung pada situasi (sedih, riang, senang) biasanya disampaikan dalam bentuk pantun. Di tempat lain ada juga tarian Rentak Bulian yang biasa dilakukan secara bersama-sama baik laki-laki maupun perempuan, tetapi tarian ini bukan asli masyarakat talang merupakan tari kresasi. Tarian ini dilakukan ketika ada pesta bagawai (pesta pernikahan) dan 13
dalam rangka pengobatan. Pesta bagawai ini dibedakan menjadi 3 (tiga) tingkatan. Tingkatan pertama gawai merenda, kedua gawai biasa (ngukus), ketiga gawai besar. Selain itu ada juga tari arak (dilakukan ketika ada pesta besar). Dalam pesta ini biasanya dibangun balai kajang serong (balai yang berbentuk khusus seperti perahu untuk duduk para batin dan tamu kehormatan). Dalam pesta bagawai ini biasanya diisi dengan sabung ayam dan main kartu. Pada awalnya sabung ayam hanya merupakan kegiatan simbolis sebagai prasyarat dalam suatu upacara, akan tetapi sampai sekarang berkembang menjadi arena perjudian, dan pelaku dalam aduan ini tidak terbatas pada komunitas talang mamak, tetapi ada suku lain (jawa) yang ikut terlibat. Selain itu kesenian di atas, ada juga kesenian pencak silat yang menandai mulai dan mengakhiri kegiatan ritual yang diiringi dengan gendang, main gambus, tari balai terbang.
Gbr. Balai Kajang Sorong
Gbr. Adu Ayam
Gbr. Pengantin Laki-laki
Gbr. Pengantin Perempuan
d. Bahasa Bahasa yang digunakan untuk melakukan komunikasi harian adalah melayu talang atau melayu tinggi, tidak ada tingkatan bahasa pada komunitas ini. Bahasa ini ada sedikit perbedaan dengan bahasa melayu pada umumnya. Ada beberapa istilah dan sebutan yang berbeda, yang kadang orang melayu sendiri tidak tahu artinya.
14
e. Pendidikan Dilihat dari pendidikan formal, sebagian besar Masyarakat Adat Talang Mamak memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Rendahnya sistem pendidikan dalam Masyarakat Talang Mamak ini disebabkan adanya pandangan dari masyarakat Talang Mamak bahwa ketika anak berpendidikan, maka mereka akan meninggalkan keluarga dan kelompoknya. Selain itu sebagian besar orang tua pada komunitas ini kurang mementingkan pendidikan anggota keluarga, sehingga berdampak pada kurangnya motivasi belajar pada anak. Hampir sebagian besar penduduk Talang Mamak buta huruf, terutama masyarakat yang tinggal di dalam Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Wilayah Taman Nasional Bukit Tigapuluh tidak terjangkau oleh sarana dan prasarana pendidikan kecuali yang tinggal di tepi Lintas Timur. Suku yang tinggal di wilayah ini adalah Suku Talang Perigi, Talang Jerinjing yang berada di Rengat Barat dan relatif berada di perbatasan dengan masyarakat umumnya sudah mulai melek huruf. Hal tersebut disebabkan sudah adanya program pendidikan di wilayah ini. Sehingga berdampak pada peningkatan partisipasi sebagian masyarakat dalam bidang pendidikan. Kepedulian pada komunitas ini dapat terlihat dengan adanya warga masyarakat yang telah berhasil menjadi Kepala UPTD dan anggota dewan di Kabupaten Indragiri Hulu.
Gbr. Sekolah Mandiri
15
f.
Sistem Religi dan Upacara Keagamaan MAT Talang mamak mempunyai agama yang istilah mereka adalah Islam Langka Lama (berkiblat kepada Nabi Adam, tidak kepada Nabi Muhammad) merupakan kepercayaan sehari-hari, sebagian lainnya masih animisme, ada juga yang memeluk Islam, tetapi mereka tidak disebut MAT Talang Mamak lagi tetapi berubah menjadi orang melayu. Komunitas ini dalam memberikan pelajaran agama adalah dengan ”Kitab Kalam Allah” artinya yang tersirat yang ada di ujung lidah. Keseharian dalam pengamalan agama pada MAT Talang Mamak berupa ajaran dan norma-norma.
Gbr. Tokoh Agama
MAT Talang Mamak masih mewarisi tradisi leluhur, hal tersebut dapat dilihat dengan masih adanya warga yang berambut panjang, pakai sorban/songkok, dan gigi bergarang (hitam karena menginang). Mereka masih kental dengan upacara-upacara adat mulai dari melahirkan sampai meninggal. Kegiatan ini biasanya dengan minta bantuan dukun, mulai dari timbang bayi, sunat, upacara perkawinan (bagawai) beranggul (tradisi menghibur orang yang kemalangan), bertambak (selain untuk memperingati roh yang sudah meninggal juga untuk meningkatkan status sosial), sari kubur dan menaik tanah. Dalam ritual keagamaan ada yang disebut Pandam/makam/meratus dalam ritual ini dilakukan naik tambak/naik tanah. Ritual ini bertujuan untuk memperingati kematian orang tua untuk terakhir kali. Dan apabila sudah dilakukan ritual ini, makam tersebut tidak boleh lagi dikunjugi oleh keluarganya, apabila ketahuan oleh orang lain atau pemangku adat orang tersebut akan mendapat sangsi. Dalam ritual ini dilaksanakan dengan menggelar pesta besar-besaran bagi yang mampu, dalam pesta tersebut tidak berlaku peraturan yang berkaitan dengan perjudian, semua masyarakat boleh melakukan perjudian, mulai sabung ayam, sampai pada main kartu dengan taruhan uang. Dalam kegiatan ini semua masyarakat ikut berpartisipasi dari mulai persiapan, pelaksanaan dan akhir dari acara tersebut. Partisipasi masyarakat berupa pemberian bantuan baik moril maupun material dan tenaga. Upacara adat lainnya adalah Pasorongan sirih yaitu ritual yang dilakukan dalam rangka untuk memulai pembicaraan dengan mengemukakan maksud dan tujuannya. Dalam ritual ini yang dijadikan persembahan adalah sirih, gambir, kapur dan tembakau. Maksud dan tujuan tersebut bisa berupa lamaran, pertolongan pengobatan, dan minta petunjuk untuk memecahkan berbagai persoalan.
16
g. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan Pada MAT Talang Mamak dikenal adanya struktur kepemimpinan, pemimpin tertinggi adalah Patih (Istilah patih hanya ada pada MAT Talang Mamak Durian Cacar, di komunitas lainnya namanya Batin). Patih/Batin ini merupakan penguasa wilayah (semacam bupati dalam pemerintahan kita) Dalam keseharian Patih mendapatkan tempat tertinggi dan sangat dihormati dan mempunyai kewenangan dalam memutuskan suatu masalah. Dibawah patih ada yang disebut Manti, hampir sama dengan patih hanya kekuasaannya lebih kecil. Selain itu dikenal juga Kumanti, Mangku, Kumantan, dan Dukun.
Gbr. Batin Talang Perigi
Gbr. Batin Talang Jerinjing
MAT Talang Mamak punya peraturan yang ketat dan denda yang harus dibayar ketiga ada seseorang warga yang melakukan kesalahan atau pelanggaran misalnya pencurian (buah, ayam) dan sebagainya. Penyelesaian kasus pencurian biasanya dilakukan secara kekeluargaan, dimana pelaku meminta maaf kepada orang yang barangnya dicuri, akan tetapi apabila yang dicuri tidak terima, maka bisa naik banding ke tingkat yang lebih atas. Ketika naik banding inilah semua keputusan ada di tangan Batin, orang yang dianggap salah mendapatkan sangsi/denda tergantung tingkat kesalahannya. Istilah denda atau hukuman yang biasa digunakan adalah denda 1 (satu) tail, 2 (dua) tail, dan 3 (tiga) tail dan yang paling tinggi adalah 7 tail. Denda yang paling tinggi adalah 7 tail (denda ini tidak mungkin dipenuhi oleh orang Talang, karena banyaknya syarat yang harus dipenuhi). Pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat Talang Mamak diselesaikan dan diputuskan oleh pimpinan adat (Patih/Batin). Prinsip memegang adat sangat kuat bagi mereka dan cenderung menolak budaya luar, walaupun ada juga komunitas di wilayah lain yang mau menerima budaya asing terutama yang tinggal di wilayah timur. Bagi MAT Talang Mamak sangat memegang teguh keutuhan komunitasnya hal itu tercermin dari pepatah ”biar mati anak asal jangan mati adat”. Kekukuhan memegang adat ini terutama bagi kelompok yang tinggal di Tigabalai dan di dalam Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT).
17
h. Kesehatan Dalam hal kesehatan, MAT Talang Mamak selain berobat ke dukun/kumantan juga sudah mengenal dokter. Hanya saja kesadaran akan kebersihan masih kurang, hal tersebut bisa dilihat masih banyaknya masyarakat yang melakukan MCK di sungai, dan di kebun. Secara budaya MAT Talang Mamak yang tinggal di TNBT sedikit berbeda dengan di Tigabalai-Pusat Kebudayaan Talang Mamak, juga berbeda pula dengan yang tinggal Talang Parigi. Mereka masih mengandalkan pengetahuannya tentang tumbuh-tumbuhan yang bisa dijadikan obat.
18
BAB III MODEL KURIKULUM PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS UNTUK MASYARAKAT ADAT TERPENCIL Dalam pendidikan layanan khusus terdapat beberapa jenjang pendidikan yang disebut Paket A dalam hal ini setara dengan tingkat pendidikan SD, Paket B setara dengan SMP/MTS dan Paket C setara dengan SMA. Khusus untuk daerah masyarakat adat terpencil ada beberapa perbedaan dengan masyarakat di daerah lain. Perbedaan tersebut adalah terbatasnya akses pelayanan sosial dasar, ekonomi dan politik. Hal ini terkait dengan belum terdapat lembaga formal di bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan dan kesejahteraan sosial; belum ada pasar, kebutuhan konsumsi masih berupa bahan dasar, akses perhubungan, komunikasi/informasi terbatas; belum ada sistem pemerintahan formal dan masih kuatnya pengaruh lembaga adat. Dampak dari kondisi tersebut maka masyarakat adat terpencil memilki pola pikir yang masih sangat sederhana dan praktis baik dalam budidaya pertanian maupun kehidupan sosialnya serta pendidikan. Bertitik tolak pada berbagai permasalahan yang terdapat dalam masyarakat adat terpencil maka, yang dapat dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran mereka akan pentingnya mengikuti pendidikan. Pendidikan tersebut berbentuk program reorientasi diri dengan menekankan pada proses penyadaran akan potensi diri, tujuannya adalah mengembangkan segala potensi yang ada pada diri individu, keluarga serta masyarakat adat terpencil dengan berpedoman pada normanorma yang ada sehingga dapat memanfaatkan sumber daya alam dengan lebih bijak. Selain program tersebut diberikan model pembelajaran tematik yang menekankan pada kehidupan atau mata pencaharian sehari-hari mereka (kecakapan hidup). Tujuan dari pembelajaran tematik ini menekankan pada kemampuan baca, tulis, hitung (calistung).
A. Program Reorientasi Diri 1. Prinsip Pengembangan Kurikulum Untuk Program Reorientasi Diri Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan pendidikan nasional. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Pengembangan kurikulum secara berdiversifikasi dimaksudkan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkataan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, dan seni, serta agama dan dinamika perkembangan global dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Oleh karena itu prisip pengembangan kurikulum : berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan perkembangan peserta didik dan lingkungan, beragam dan terpadu, relevan dengan kebutuhan 19
kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar sepanjang hayat, seimbang antara kepentingan nasional dan daerah, tematik dan partisipatif. Bertitik tolak pada prinsip-prinsip tersebut maka kurikulum program Reorentasi diri dilakukan. 2. Tujuan a. Diharapkan warga belajar memahami dan mendalami pentingnya pendidikan untuk meningkatkan taraf hidup tanpa mengabaikan tradisi dan mempertahankan adat istiadat yang ada b. Diharapkan warga belajar memahami dan mendalami pentingnya pendidikan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara bijak 3. Pengorganisasian Program Reorientasi Diri a. Tahap pertama mengidentifikasi dan mengelompokkan warga belajar oleh tutor b. Tahap kedua sosialisasi program oleh tutor c. Tahap ketiga proses program reorientasi diri, yang terdiri dari: 1) kajian keadaan peserta didik, 2) pengembangan peserta didik, 3) penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, 4) monitoring dan evaluasi partisipatif d. Tahap keempat pemandirian Kegiatan program reorientasi diri ini melibatkan tokoh masyarakat adat terpencil, tenaga pendidik dan kependidikan 4. Strategi Pengajaran Program Reorientasi Diri (metode pembelajaran) Belajar Mandiri, tahapan: a. Mengumpulkan warga belajar b. Membentuk kelompok-kelompok belajar c. Melakukan proses pembelajaran 5. Struktur dan Muatan Kurikulum pada Program Reorientasi Diri a. Program Reorientasi Diri ini berisikan tentang : 1) kemampuan mengidentifikasi diri dan komunitasnya, 2) Mengidentifikasi kebutuhan diri dan komunitasnya, 3) Pemecahan dalam pemenuhan kebutuhan, seperti : a) Program kegiatan pembelajaran mengenai perlindungan hutan b) Program kegiatan pembelajaran mengenai penghijuan c) Program kegiatan pembelajaran mengenai pendidikan keluarga dan lingkungan hidup d) Program pembelajaran mengenai ketrampilan hidup
20
B. Pembelajaran Terpadu bentuk Tematik Penekanan pada Baca, Tulis, Hitung 1. Pengertian Istilah pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa Inggris instruction, yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya ialah membantu orang belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar. Gagne dan Briggs (1979) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi, dsb.) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi siswa (pembelajar), sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kejadian yang dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua kejadian maupun kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang dimuat dalam bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Bahkan saat ini pemanfaatan berbagai perangkat elektronik, yang berupa program-program komputer untuk pembelajaran, atau dikenal dengan e-learning (electronic-learning) seperti: CAI (Computer Assisted Instruction) atau CAL (Computer Assisted Learning), belajar lewat internet, SIG (Sistem Informasi Geografis) pendidikan, web-site sekolah, dll., sudah banyak digunakan dalam pembelajaran. Dengan demikian, sesuai dengan perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), fungsi pembelajaran bukan hanya fungsi guru, melainkan juga fungsi pemanfaatan sumbersumber belajar lain yang digunakan oleh pembelajar untuk belajar sendiri. Pada umumnya orang berpendapat bahwa kegiatan pembelajaran adalah penerapan prinsip serta teori belajar. Oleh karena itu bila seseorang telah tahu bagaimana sebenarnya orang belajar, maka pembelajaran akan berusaha merumuskan cara-cara yang terbaik untuk membuat orang belajar. Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan warga belajar, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik, baik secara individual maupun kelompok. Pembelajaran terpadu akan terjadi jika tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran, dengan aktif bereksplorasi didalam tema warga belajar sekaligus belajar untuk semua bahan ajar atau berbagai mata pelajaran yang dipadukan sehingga memungkinkan penggunaan waktu yang optimal. Emma Packard, dkk mengemukakan bahwa pengaturan pengorganisasian kelas dalam pembelajaran terpadu sangat berharga karena warga belajar akan lebih mandiri. Biasanya dalam satu hari kegiatan terpadu akan terdapat tiga atau empat aktivitas yang berbeda pada area kurikulum dalam waktu yang bersamaan. Pamong Belajar dalam menciptakan pembelajaran terpadu harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Membuat satu fokus untuk dikerjakan dalam satu seksi pertemuan, Menyiapkan perkerjaan lain yang tersisa dari suatu kelas yaitu masalah sulit yang terjadi dari penggabungan atau keterpaduan tersebut sehingga mampu melakukannya secara bebas,
21
Mengorganisasikan kelas dalam kegiatan yang terpadu, Membantu warga belajar sama artinya dengan membantu pamong belajar itu sendiri. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran terpadu guru boleh memberikan instruksi kepada hal yang lebih dalam atau kepada hal yang lebih sukar untuk diselesaikan oleh anak sehingga dapat menyelesaikan sediri dan meringankan guru, Harus ingat bahwa tidak setiap area kurikulum dapat diangkat tiap hari atau tiap minggu, Menyadari bahwa integrasi dalam satu hari dapat terjadi amat kompleks, Pikirkan tentang ukuran grup yang memungkinkan, Menjaga agar setiap instruksi bersifat simpel dan mudah dimengerti oleh warga belajar Harus menyadari bahwa bentuk integrasi amat berhubungan dengan pemakaian waktu yang tersedia sehingga waktu yang tersedia tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, dan Membuat kepastian dalam akhir suatu sesi sama artinya dengan, teliti dalam memulai kegiatan.Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa pada akhir pembelajaran terpadu memungkinkan untuk merencanakan pembelajaran terpadu lanjutan dengan lebih baik.1 Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa pendekatan pembelajaran terpadu adalah salah satu pendekatan yang dapat digunakan di mana pamong belajar harus menyiapkan perencanaan bentuk pembelajaran yang mengkaitkan semua mata pelajaran sehingga warga belajar dapat bereksplorasi dan berkreasi secara optimal 2. Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman warga belajar. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung warga belajar (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari pamong belajar, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masingmasing warga belajar. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan warga belajar yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat warga belajar dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
1
Emma Pakackarrd,,Nick Pakarrd and Sally Brown 500 Tips for Primari Teacher, London 1977. P8-9
22
3. Karakteristik Pembelajaran Terpadu Bentuk Tematik Karakterisitik bentuk pembelajaran nterpadu bentuk tematik adalah: Berpusat pada warga belajar Pembelajaran tematik berpusat pada warga belajar hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan warga belajar sebagai subjek belajar sedangkan pamong belajar lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada warga belajar untuk melakukan aktivitas belajar. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada warga belajar (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, warga belajar dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan warga belajar. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Warga belajar mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu warga belajar dalam memecahkan masalahmasalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan warga belajar Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan warga belajar Warga belajar diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 4. Persiapan Pembelajaran Dalam pelaksanaan pembelajaran perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. a. Pemetaan Kompetensi Dasar Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 23
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati 2) Menentukan tema a) Cara penentuan tema Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni: Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. b) Prinsip Penentuan tema Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu: Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa: Dari yang termudah menuju yang sulit Dari yang sederhana menuju yang kompleks Dari yang konkret menuju ke yang abstrak. Ruang lingkup tema disesuaikan kondisi sosial budaya yang ada 3) Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis. b. Membuat Jaringan Tema Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema. c.
Penyusunan Silabus Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.
d. Penyusunan Rencana Pembelajaran Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi 24
dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi: 1) Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan). 2) Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan. 3) Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator. 4) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup). 5) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. 6) Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).
25
BAB IV PENUTUP
Model Pendidikan Layanan Khusus bagi masyarakat adat terpencil merupakan suatu solusi dalam rangka pemerataan pendidikan di Indonesia. Mayarakat adat terpencil yang secara geografis sulit terjangkau oleh layanan pendidikan formal, perlu memperoleh satu bentuk layanan pendidikan melalui jalur pendidikan nonformal. Hal ini juga merupakan satu langkah yang bertujuan untuk menuntaskan program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah. Masyarakat adat terpencil (MAT) Talang Mamak merupakan suku asli Indragiri Hulu Riau. Komunitas ini tersebar di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Batang Gangsal, Batang Cinaku, Kelayang, Rengat Barat dan Rakit Kulim Kabupaten Indragiri Hulu Riau. Wilayah MAT Talang Mamak relatif sulit dijangkau dengan kendaraan, hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki hal ini disebabkan karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan dapat ditempuh dengan kendaraan terutama setelah hujan. Dengan kondisi mayarakat yang demikian maka perlu suatu model pendidikan yang dapat menjangkau memenuhi kebutuhan komunitas ini. Untuk itu disusun suatu bentuk model reorientasi diri atau penyadaran kolektif tentang pentingnya pendidikan kepada semua elemen masyarakat dan pembelajaran tematik yang menekankan pada kemampuan baca, tulis, hitung. Model ini bertujuan untuk menyadarkan warga belajar memahami dan mendalami pentingnya pendidikan untuk meningkatkan taraf hidup tanpa mengabaikan tradisi dan mempertahankan adat istiadat yang ada dan dapat memahami dan mendalami pentingnya pendidikan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara bijak. Demikian acuan ini dibuat untuk memudahkan pelaksanaan sekaligus memberikan rujukan teknis dalam pelaksanaan pengelolaan kelompok belajar Pendidikan Kesetaraan program Paket A untuk komunitas adat terpencil. Semua pihak; pemerintah, perusahan-perusahan swasta, organisasi-organisasi sosial dan keagamaan, masyarakat adat terpencil, pendidik dan tenaga kependidikan, dan peserta didik diharapkan dapat berperanan aktif dalam mensukseskan pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan ini.
26
DAFTAR PUSTAKA ------------.2007. “Model Aksi Sosial”. Makalah Kuliah Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor: Tidak Dipublikasikan. Amri Jahi. 2007. “Pemberdayaan, dari Teori ke Praktek”. Makalah Kuliah Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor: Tidak Dipublikasikan. Emma Pakackarrd,,Nick Pakarrd and Sally Brown 500 Tips for Primary Teacher, London 1977. P8-9
Instruksi Presiden: No. 1 tahun 1994 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun. Instruksi Presiden No.5 Tahun 2006, tanggal 9 Juni 2006 Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. Keputusan Mendiknas No. 86/U/2003 tentang penghapusan UPERS. Keputusan Mendikbud No. 0131/U/1994 tentang Program Paket A dan Paket B. Koberg, Don & Jim Bagnall. 1974. The Universal Traveler. A Soft – Systems Guide to: Creativity, Problem Solving. California: William Kaufmann Inc. Lionberger, Herbert F., Paul H. Gwin. Communication Strategies: A Guide for Agricultural Change Agents. Danville: The Interstates Printers & Publishers, Inc. Margono Slamet. 2006. “Kelompok, Organisasi dan Kepemimpinan”. Makalah Kuliah Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor: Tidak Dipublikasikan. Mosher, A.T. 1966. Getting Agriculture Moving. New York: Prentice Hall.
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, proses, kompetensi kelulusan, pendiidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah. Permendiknas No. 14 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C. Powell, Ellen Taylor. 2005. Logic Models : A Framework for Program Planning and Evaluation. Baltimore: University of Wisconsin – Extension – Cooperative Turner, Jonathan H. 1978. The Structural of Sociological Theory. Illionis: The Dorsey Press.
Undang Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
27
Lampiran 1
PROGRAM REORIENTASI DIRI A. Definisi Serangkaian kegiatan belajar untuk membangun kemampuan identifikasi diri dan komunitasnya, identifikasi kebutuhan diri dan komunitasnya, serta pemecahanpemecahan dalam pemenuhan kebutuhan. B. Tujuan Peserta belajar mampu: 1. Menjelaskan diri dan komunitasnya 2. Menjelaskan kebutuhan nyata diri dan komunitasnya. 3. Menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan C. Strategi Pendidikan orang dewasa; proses belajar diarahkan agar orang dewasa mampu mengembangkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalahnya. Hal penting yang perlu diperhatikan: 1. Memusatkan perhatian pada apa yang dipelajari untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah peserta belajar. 2. Memandang peserta belajar sebagai pribadi yang mampu menentukan dan mengarahkan diri sendiri. 3. Peserta belajar adalah pribadi yang kaya akan pengalaman hidup, dimana pengalamannya dijadikan sumber belajar, dan belajar harus merupakan pengalaman berharga. 4. Proses belajar ditujukan sebagai dukungan pemenuhan tugas peserta belajar untuk menjalankan peranan tertentu dalam keluarga dan komunitasnya. 5. Orientasi belajar berpusat pada pemecahan masalah, dan dalam waktu segera. 6. Discovery learning; belajar untuk menentukan kebutuhan dan masalah yang dihadapi. 7. Partisipasi; peserta belajar berperan setara dengan fasilitator dalam pengambilan keputusan proses belajar. 8. Menggunakan kelompok belajar ukuran kecil
28
Lampiran 2 JUDUL : PERTEMUAN PERSIAPAN PROGRAM REORIENTASI DIRI A. LATAR BELAKANG Pendidikan yang dilaksanakan di tingkat lokal akan lebih efektif manakala kelembagaan-kelembagaan dan penduduk setempat mempunyai kesempatan untuk terlibat secara langsung di dalam setiap tahapan proses penyusunannya. Pendidikan masyarakat akan dapat dilaksanakan secara efektif apabila semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan juga dilibatkan dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi. Pendidikan layanan khusus dilaksanakan dengan tujuan memberdayakan masyarakat khususnya masyarakat adat terpencil dalam upaya pengentasan kemiskinan yang disebabkan oleh berbagai hal. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pendidikan layanan khusus dengan program reorientasi diri yang bertemakan identifikasi diri dan komunitas, identifikasi potensi sumber daya alam, identifikasi kebutuhan diri dan komunitas serta masalah-masalah dalam pemenuhan kebutuhan disusun berdasarkan karakteristik dan kebutuhan warga belajar yang melibatkan berbagai unsur yang ada di masyarakat adat terpencil. Kemudian untuk dapat memberikan kesempatan yang sama bagi semua penduduk di wilayah masyarakat adat terpencil untuk mengikuti program reorientasi diri perlu diadakan pertemuan persiapan program reorientasi diri. B. TUJUAN Setelah selesai pertemuan persiapan program reorientasi diri, peserta dapat : 1. Memilih warga belajar dimana semua penduduk usia sekolah dan produktif di masyarakat adat terpencil dapat terwakili 2. Memilih ketua kelompok belajar 3. Menyusun jadwal kegiatan/belajar 4. Menentukan tempat belajar 5. Membuat kontrak belajar C. POKOK BAHASAN 1. Pemilihan peserta belajar dengan mengidentifikasi warga belajar 2. Pemilihan ketua kelompok belajar 3. Penyusunan jadwal kegiatan/belajar 4. Penentuan tempat belajar 5. Pembuatan kontrak belajar disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar D. WAKTU 90 menit (2 jam pelatihan) E. METODE Uraian singkat dan tanya jawab, belajar sendiri, diskusi kelompok dan diskusi pleno
29
F. LANGKAH-LANGKAH 1. Kenalkan diri anda sebagai tutor dalam pertemuan ini 2. Uraikan secara singkat tentang : a. Tujuan pertemuan b. Latar belakang program reorientasi diri c. Kegiatan pokok program reorientasi diri 3. Mintalah kepada peserta untuk mengenalkan diri, masing-masing menyebut nama dan tempat tinggal 4. Rangkum semua peserta yang hadir dan umumkan kepada seluruh peserta Contoh : Pertemuan persiapan di dusun talang mamak kab. Indragiri Hulu, tanggal, 17 Agustus 2008 dihadiri : Dusun Talang Perigi : 7 orang Dusun .................... : 11 orang Dusun ..................... : 10 orang Dusun ..................... : 10 orang Jumlah : 38 orang 5. Tanyakan kepada mereka apakah yang hadir ini sudah mewakili penduduk usia sekolah dan produktif yang ada di masyarakat adat terpencil 6. Kalau pertemuan dapat dilanjutkan, maka mintalah salah seorang peserta untuk memimpin pemilihan peserta program reorientasi diri 7. Kalau peserta sudah terpilih, maka mintalah mereka untuk memilih ketua 8. Dengan difasilitasi oleh ketua kelompok, mintalah mereka untuk menyepakati jadwal pembelajaran dan tempat belajar. 9. Dengan difasilitasi oleh ketua kelompok, mintalah mereka untuk membuat kontrak belajar yang memuat : a. Kewajiban peserta : misal berpartisipasi aktif dan mengingatkan peserta lain b. Sanksi : misal bagi warga belajar yang terlambat dan bagi pelanggaran lainnya diingatkan c. Hak peserta misal alat tulis, buku paket, peralatan keterampilan. 10. Tutuplah pertemuan dengan memberikan tugas apa-apa yang harus dibawa pada saat mulai pembelajaran misal: a. Membawa alat tulis b. Buku paket/modul pembelajaran jika ada
30
Lampiran 3 JUDUL : JADWAL KEGIATAN No Nama Kegiatan 1 Program reorientasi diri tema Identifikasi diri dan komunitasnya serta potensi wilayah 2 Program reorientasi diri tema identifikasi kebutuhan diri dan komunitasnya 3 Program reorientasi diri tema masalah-masalah dalam pemenuhan kebutuhan
Waktu Minggu I pertemuan I
Fasilitator Tutor Paket A
Minggu I pertemuan II
Tutor Paket A
Minggu I pertemuan III
Tutor Paket A
Peserta Masyarakat adat terpencil usia sekolah dan produktif Masyarat adat terpencil usia sekolah dan produktif Masyarakat adat terpencil usia sekolah dan produktif
31
Lampiran 4 PENGORGANISASIAN ISI KURIKULUM LAYANAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN NON FORMAL UNTUK MASYARAKAT ADAT TERPENCIL
A. Contoh Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami potensi diri dan sumber daya alam
1.1 Mengidentifikasi tentang potensi diri serta kekuatan dan kelemahan potensi diri 1.2 Mengidentifikasi potensi sumber daya alam 1.3 Mengklasifikasikan berbagai sumber daya alam 2.1 Menguraikan jenis-jenis kebutuhan berdasarkan kepentingannya (kebutuhan pokok dan kebutuhan tambahan) 2.2 Menguraikan kebutuhan menurut sifat dan waktu pemenuhan (sekarang dan yang akan datang) 2.3 Mengidentifikasi kebutuhan menurut subjek (kebutuhan individual dan sosial)
2. Memahami kebutuhan komunitas
3.
Memahami masalahmasalah dalam pemenuhan kebutuhan
3.1 Mengidentifikasi tentang masalah-masalah dalam pemenuhan kebutuhan 3.2 Menganalisis potensi yang mendukung dan menghambat dalam pemenuhan kebutuhan 3.3 Mengidentifikasi faktor luar yang mendukung dan menghambat dalam pemecahan pemenuhan kebutuhan
B. Arah Pengembangan Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Seluruh materi SK dan KD pada masing-masing tingkat/derajat kompetensi dibagi ke dalam satuan kredit kompetensi (SKK) secara seimbang sebanyak yang ditentukan untuk tingkat/derajat kompetensi yang dimaksud. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.
32
CONTOH SILABUS Nama PKBM : Standar Kompetensi : Memahami potensi diri dan sumber daya alam
Kompetensi Dasar
Materi pokok
Mengidentifika 1. Potensi si tentang diri potensi diri dan 2. Kekuatan komunitasnya potensi serta kekuatan diri dan kelemahan 3. Kelemaha diri n potensi diri
Indikator
Kegiatan pembelajaran
Mengelompokan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masingmasing warga belajar
1. Mendengarkan uraian mengenai kegunaan pengetahuan tentang potensi diri dan komunitas, kerugian yang dialami apabila potensi diri dan komunitas tdk dikembangkan 2. Membagi kelompok dan mendiskusikan tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. 3. Setiap wb menulis 2 buah tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, lalu mengajukan kepada tutor untuk ditanggapi
Menyebutkan jenisjenis pekerjaan yang bisa dilakukan
1. Mendengarkan uraian mengenai kegunaan pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan yang bisa dilakukan 2. Membagi kelompok dan mendiskusikan tentang jenis-jenis pekerjaan yang bisa dilakukan
Penilaian
1. Penugasan 2. Uraian 3. Pilihan ganda
Alokasi Waktu (menit) 2 x 40 menit
Sumber, Bahan, atau alat 1. Modul pembelaj aran 2. Media cetak 3. Papan tulis
33
Mengidentifika si potensi sumber daya alam
1. Sumber Daya Alam 2. Potensi SDA
3. Setiap wb menulis 2 buah jenis pekerjaan yang bisa dilakukan, lalu mengajukan kepada tutor untuk ditanggapi Menyebutkan jenis 1. Mendengarkan uraian mengenai pekerjaan yang dapat kegunaan pengetahuan tentang dijadikan mata jenis pekerjaan yang dapat pencaharian dijadikan mata pencaharian 2. Membagi kelompok dan mendiskusikan tentang jenis pekerjaan yang dapat dijadikan mata pencaharian 3. Setiap wb menulis rencana 2 buah jenis pekerjaan yang dapat dijadikan mata pencaharian berdasarkan potensi diri dan komunitas, lalu mengajukan kepada tutor untuk ditanggapi 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan uraian mengenai pengertian sumber kegunaan pengetahuan tentang daya alam SDA 2. Menganalisis 2. Membagi kelompok dan potensi SDA yang mendiskusikan tentang potensi ada di lingkungan SDA yang ada di lingkungan masing-masing WB. masing-masing 3. Presentasi hasil diskusi oleh masing-masing perwakilan kelompok dan kelompok lain menanggapi 4. Membuat kesimpulan dari hasil diskusi oleh masing-masing WB
34
mengklasifikas ikan berbagai sumber daya alam
Jenis-jenis SDA
1. Mengidentifikasi 1. Mendengarkan uraian mengenai jenis-jenis SDA kegunaan pengetahuan tentang 2. Mengklasifikasikan jenis-jenis SDA SDA yang ada di 2. Membagi kelompok dan lingkungan masingmendiskusikan tentang jenis-jenis masing WB ke SDA dan penggunan SDA yang dalam jenis-jenis ada untuk tujuan pemenuhan SDA kebutuhan di lingkungan masing3. Menganalisis masing penggunaan SDA 3. Presentasi hasil diskusi oleh yang ada untuk masing-masing perwakilan tujuan pemenuhan kelompok dan kelompok lain kebutuhan menanggapi 4. Membuat kesimpulan dari hasil diskusi kelompok oleh masingmasing WB
35
CONTOH SILABUS Nama PKBM : Standar Kompetensi : Memahami kebutuhan diri dan komunitas Kompetensi Dasar
Materi pokok
Menguraikan jenis-jenis kebutuhan berdasarkan kepentinganny a (kebutuhan pokok dan kebutuhan tambahan)
1. Kebutuhan pokok 2. Kebutuhan tambahan
Indikator
1. Menjelaskan pengertian kebutuhan pokok dan kebutuhan tambahan 2. Menganalisis kebutuhan pokok dan tambahan yang dibutuhkan masing-masing WB
Kegiatan pembelajaran
Penilaian
1. Mendengarkan uraian tentang kebutuhan pokok dan tambahan 2. Mengumpulkan kebutuhankebutuhan dari setiap warga belajar 3. Mengelompokkan kebutuhan dari setiap WB dengan cara menyatukan kebutuhan-kebutuhan yang berada dalam satu topik 4. Menuliskan masing-masing kebutuhan diatas kartu agar proses pengelompokan lebih mudah 5. Menempelkan kartu-kartu satu persatu saling berdekatan bila dianggap satu kelompok kebutuhan 6. Menempelkan dengan selotip kecil agar mudah dipindah/dikoreksi 7. Sepakati bersama setiap penempelan kartu kebutuhan tersebut 8. Menulis diatas kartu berwarna lain, nama topik untuk setiap kumpulan kebutuhan (misal : kebutuhan kesehatan, kebut uhan pendidikan dll
4. Penugasa n 5. Uraian 6. Pilihan ganda
Alokasi Waktu (menit) 2 x 40 menit
Sumber, Bahan, atau alat 1. Modul pembel ajaran 2. Media cetak 3. Papan tulis
36
Menguraikan kebutuhan menurut sifat dan waktu pemenuhan
1. Kebutuhan primer 2. Kebutuhan sekunder
1. Menganalisis macam-macam kebutuhan pokok dan tambahan yang mendesak 2. Menganalisis macam-macam kebutuhan pokok dan tambahan yang bisa ditangguhkan
1. Mendengarkan uraian tentang macam-macam kebutuhan pokok dan tambahan 2. mendiskusikan kebutuhan dari setiap WB dengan cara curah pendapat dan mengelompokkan dalam satu topik 3. Membagi kelompok dan mendiskusikan tentang kebutuhan pokok dan tambahan yang mendesak 4. Memprioritaskan kebutuhan yang dihasilkan dari diskusi kelompok
Mengidentifika si kebutuhan menurut subjek
1. Kebutuhan individual 2. Kebutuhan sosial
1. Menjelaskan pengertian kebutuhan individual dan sosial 2. Menganalisis kebutuhan individual dan masyarakat yang ada dilingkungan masing-masing WB
1. Mendengarkan uraian tentang kebutuhan individual dan sosial 2. Membagi kelompok dan mendiskusikan tentang kebutuhan individual dan sosial 3. Presentasi hasil diskusi oleh masing-masing perwakilan kelompok dan kelompok lain menanggapi 4. Membuat kesimpulan dari hasil diskusi kelompok oleh masingmasing WB
37
CONTOH SILABUS Nama PKBM Standar Kompetensi : Memahami masalah-masalah dalam pemenuhan kebutuhan Kompetensi Dasar
Materi pokok
Indikator
Kegiatan pembelajaran
Penilaian
Mengidentifika 1. Pemenuhan 1. Menjelaskan si tentang kebutuhan pengertian masalah2. Masalah-masalah pemenuhan masalah dalam dalam kebutuhan pemenuhan pemenuhan 2. Menganalisis kebutuhan kebutuhan masalah-masalah yang ada dalam pemenuhan kebutuhan masingmasing WB 3. Mengidentifikasi solusi yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalahmasalah pemenuhan kebutuhan tsb
1. Mendengarkan uraian tentang pemenuhan kebutuhan dan masalah-masalahnya 2. Membagi kelompok dan mendiskusikan tentangmasalah-masalah yang ada dalam pemenuhan kebutuhan 3. Presentasi hasil diskusi oleh masing-masing perwakilan kelompok dan kelompok lain menanggapi 4. Membuat kesimpulan dari hasil diskusi kelompok oleh masing-masing WB
1. Penugasa n 2. Uraian 3. Pilihan ganda
Menganalisis potensi yang mendukung dan menghambat
1. Mendengarkan uraian tentang potensi SDA yang dapat mendukung dan menghambat dalam pemenuhan kebutuhan 2. Membagi kelompok dan mendiskusikan tentang potensi SDA yang dapat mendukung dan menghambat dalam pemenuhan kebutuhan
Potensi SDA yang bersifat positif dan negatif
1. Mengidentifikasi potensi-potensi SDA yang dapat mendukung dan menghambat dalam pemenuhan kebutuhan tersebut 2. Mengidentifikasi pemecahan maslah
Alokasi Waktu (menit) 2 x 40 menit
Sumber, Bahan, atau alat 1. Modul pembel ajaran 2. Media cetak 3. Papan Tulis
38
dalam pemenuhan kebutuhan
Mengidentifika Faktor-faktor luar si faktor luar yang mendukung dan menghambat
1. Menjelaskan pengertian faktorfaktor luar 2. Mengidentifikasi jenis-jenis faktor luar yang mendukung dan menghambat 3. Mengidentifikasi pemecahan masalah untuk faktor-faktor luar yang mendukung dan menghambat dalam pemenuhan kebutuhan
3. Presentasi hasil diskusi kelompok dalam bentuk matrik 4. Membuat kesimpulan dari hasil diskusi kelompok oleh masing-masing WB 1. Mendengarkan uraian tentang faktor-faktor luar yang dapat mendukung dan menghambat dalam pemenuhan kebutuhan 2. Membagi kelompok dan mendiskusikan tentang jenisjenis faktor luar yang dapat mendukung dan menghambat dalam pemenuhan kebutuhan 3. Presentasi hasil diskusi kelompok dalam bentuk matrik yang berisi alternatifalternatif pemecahan masalah 4. Merumuskan alternatifalternatif pemecahan masalah oleh masing-masing WB
39
Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Judul Tema Alokasi Waktu
: Reorientasi Diri : Identifikasi Diri dan Komunitasnya : 2 X 40’
A. Standar Kompetensi Memahami potensi diri dan komunitas B. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi tentang potensi diri dan komunitasnya serta menganalisis kekuatan dan kelemahan diri C. Indikator 1. Mengelompokan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing warga belajar 2. Menyebutkan jenis-jenis pekerjaan yang bisa dilakukan 3. Menyebutkan jenis pekerjaan yang dapat dijadikan mata pencaharian. D. Tujuan Pembelajaran 1. Warga belajar dapat menyadari potensi diri dan komunitasnya 2. Warga belajar dapat mengelompokkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki 3. Warga belajar dapat menyebutkan jenis-jenis pekerjaan yang dapat dilakukan 4. Warga belajar dapat menyebutkan jenis pekerjaan yang dapat dijadikan mata pencaharian E. Materi Pembelajaran 1. Potensi diri 2. Kekuatan potensi diri 3. Kelemahan potensi diri F. Sumber Belajar 1. Modul pembelajaran 2. Media cetak 3. Buku yang relevan G. Metode Pembelajaran 1. Curah Pendapat 2. Diskusi kelompok 3. Penugasan H. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal 1. Tutor membuka pelajaran dengan salam. 2. Tutor memotivasi Warga belajar agar giat belajar.
40
3. Tutor menyampaikan kompetensi dasar yang hendak dicapai yaitu menguraikan pentingnya mengetahui dan memahami tentang potensi diri dan komunitasnya 4. Tutor menyampaikan metode pembelajaran yang hendak dilaksanakan, yaitu diskusi kelompok setelah sebelumnya Warga belajar menggali informasi dari berbagai sumber pembelajaran. 5. Tutor membagi Warga belajar dalam 10 kelompok yang terdiri dari 4 Warga belajar. Kegiatan Inti 1. Warga belajar melaksanakan diskusi kelompok yaitu membahas potensi diri dan komunitasnya 2. Warga belajar menggali informasi dari modul pembelajaran/buku paket, dan media cetak, kemudian mengambil kesimpulan. 3. Warga belajar mengumpulkan hasil diskusi kelompok dalam bentuk laporan tertulis. 4. Secara perwakilan, Warga belajar menyampaikan hasil diskusi kelompok. 5. Secara individu, warga belajar menulis hasil penugasan Kegiatan Penutup 1. Bersama tutor, warga belajar membuat kesimpulan dari diskusi kelompok. 2. Tutor memberi penguatan-penguatan berdasarkan hasil diskusi kelompok. 3. Warga belajar merangkum materi. 4. Menutup pelajaran dengan salam. I. Penilaian 1. Jenis : a. Penugasan b. Uraian c. Pilihan ganda 2. Bentuk : a. Pilihan ganda b. Uraian c. Pengamatan dalam diskusi kelompok 3. Soal/Instrumen a. Apa yang dimaksud dengan potensi diri? b. Sebutkan bentuk-bentuk potensi diri? c. Jelaskan yang anda ketahui tentang potensi wilayah yang ada didaerah masing-masing ? d. Sebutkan jenis-jenis pekerjaan yang dapat dijadikan mata pencaharian ? e. Sebutkan kekuatan-kekuatan pada diri dan komunitas yang dapat dimanfaatkan ? f. Dst
41
NO
ASPEK YANG DINILAI
KRITERIA PENILAIAN
Bobot 1
1. 2
3 4
Pengetahuan Kemampuan mengemukakan pendapat secara sistematis
2
3
4
5
SKOR PEROLEHAN (bobot x kriteria penilaian)
20 30
30 20
Sikap JUMLAH
Mengetahui, Ketua PKBM,
Tutor,
42
LAMPIRAN 5. JARINGAN TEMA BAHASA INDONESIA
MATEMATIKA 1.1 Membilang banyak benda 1.2 Mengurutkan banyak benda 1.3 Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 3.1 Membandingkan bilangan sampai 500 3.2. Mengurutkan bilangan sampai 500 13.1Memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya (meteran, timbangan, atau jam)
1.2 2.1 3.1 3.2 4.1 7.1
Melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana Mengulang deskripsi tentang benda-benda di sekitar Menyebutkan kembali dengan kata-kata atau kalimat sendiri isi teks pendek Mendeskripsikan isi puisi Menyampaikan pesan pendek yang didengarnya kepada orang lain Menyapa orang lain dengan menggunakan kalimat sapaan yang tepat dan bahasa yang santun 9.1 Menceritakan kegiatan sehari-hari dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain 10.1Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai ciri-cirinya dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang lain 13.1 Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat 19.3Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar 19.4 Melengkapi kalimat yang belum selesai berdasarkan gambar
1.4 Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 2.3 Menjelaskan lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah
Tema
Kehidupan masyarakat Talang Mamak PENGETAHUAN ALAM
KEWARGANEGARAAN
2.3. Menceritakan perlunya merawat tanaman, hewan peliharaan dan lingkungan sekitar 3.1 Mengenal bagian-bagian utama hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan 3.2 Mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada pertumbuhan hewan (dalam ukuran) dan tumbuhan (dari biji menjadi tanaman)
2.1 Menjelaskan pentingnya tata tertib di lingkungannya sekitarnya 2.2 Melaksanakan tata tertib di lingkungan sekitarnya
43
SILABUS TEMATIK LINGKUNGAN BUDIDAYA KARET
Kompetensi Dasar
Kegiatan Pembelajaran
Bhs Indonesia 1.2 Melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana
Membaca peta Kabupaten Indargiri Hulu Berdiskusi tentang budidaya karet
10.1 Mengulang deskripsi tentang benda-benda di sekitar
Membuat perkakas tradisional pada masyarakat adat Talang Mamak Mendata jenis-jenis tanaman produksi yang tumbuh di Indragiri hulu
3.1 Menyebutkan kembali dengan kata-kata atau kalimat sendiri isi teks pendek
Menyimak cerita upacara Begawai pada masyarakat Talang Mamak Mengurutkan kegiatan upacara begawai sesuai dengan tumbu kembang seseorang dari lahir sampai meninggal
3.2 Mendeskripsikan isi pribahasa
Mengungkapkan puisi dari tema kehidupan masyarakat Talang Mamak Berbalas pantun Menulis pribahasa dan pantun
Indikator Menunjukkan letak kecamatan yang menjadi tempat tinggal dari peta Kabupaten Indragiri hulu Mendemonstrasikan cara menakik karet Menjelaskan pengertian luko berdasarkan cara membuat dan manfaatnya. Mengidentifikasi jelutung dan karet Menjelaskan dengan katakata sendiri kegiatan upacara Begawai Menceritakan kembali halhal pokok pada upacara Tambak Kubur Menjelaskan isi pribahasa tentang hidup gotong royong Menulis puisi empat baris
Penilaian
Alokasi Waktu
Alat/sumber bahan
Unjuk kerja
Tertulis, Uraian singkat
Unjuk kerja
Uraian produk
44
Kompetensi Dasar
Kegiatan Pembelajran
Indikator
9.1 Menceritakan kegiatan sehari-hari dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain
Berdiskusi dan bercakap-cakap tentang budidaya karet Menjelaskan cara budidaya tanaman karet Mengidentifikasi upacara ritual masyarakat adat Talang Mamak
Menjelaskan cara menakik karet Menjelaskan upacara begawai Tambak kubur
10.1Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai ciricirinya dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang lain
Mendiskusikan tata-cara pengobatan menggunakan tanaman yang dapat dijadikan obat Menyebutkan ciri tumbuhan yang dapat dijadikan obat Menjelaskan cara pengobatan menggunakan tanaman obat pada masyarakat Talang Mamak
Menjelaskan cara budidaya karet Menyebutkan ciri-ciri tanaman obat dan nama penyakitnyanya
13.1 Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat
Membaca kata-kata alat tradisional penangkap ikan di masyarakat adat Talang mamak Membaca dengan teknik mengeja Membaca nyaring kata yang dilengkapi gambar
Membaca nama-nama benda yang di jadikan alat menagkap ikan Membaca nama-nama hasil hutan
Penilaian
Alokasi Waktu
Alat/sumber bahan
Unjuk kerja
45
Kompetensi Dasar
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
19.3Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar
Latihan memegang alat tulis Menjiplak huruf vokal Menjiplak angka Menulis peribahasa yang kalimatnya sederhana
Mencontoh huruf vokal Mencontoh menulis abjad Mencontoh tulisan tentang peribahasa
MATEMATIKA 1.1 Membilang banyak benda
Membilang urutan bilangan sampai dengan 100 Membuat urutan bilangan dari yang terbesar sampai yang terklecil Menyebutkan banyak seuatu benda Mengurutkan bilangan sesuai dengan banyaknya benda Membilang banyaknya benda dari hitungan ke satu sampai dengan jumlah banyaknya benda Mengurutkan benda dari yang paling sedikit sampai yang paling banyak
Menyebutkan jumlah pohon karet di kebun miliknya Menyebutkan banyaknya peserta paket A Mengurutkan usia warga belajar dari yang tertua sampai yang termuda Mengurutkan jumlah pohon karet yang dimiliki warga belajar dari yang terbanya sampai yang paling sedikit
1.2 Mengurutkan banyak benda
Penilaian
Alokasi Waktu
Alat/sumber bahan
46
Kompetensi Dasar
Kegiatan Pembelajran
1.3 Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20
melakukan penjumlahan dengan media jari tangan secara berpasangan
13.1Memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya (meteran, timbangan,ataujam)
PENGETAHUAN ALAM 2.3. Menceritakan perlunya merawat tanaman, hewan peliharaan dan lingkungan sekitar 3.1Mengenal bagian-bagian utama hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan
3.2.Mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada pertumbuhan hewan (dalam ukuran) dan tumbuhan (dari biji menjadi tanaman)
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Alat/sumber bahan
Melakukan penjumlahan bilangan cacah sampai 20 dengan benar Melakukan pengurangan menggunakan lambang bilangan dengan benar Mengukur panjang halaman rumah dengan meteran secara tepat Mengidentifikasi alat ukur menurut fungsinya Menjelaskan cara membudiyakan karet Mendemonstrasikan cara merawat rumah sehat
Menyebutkan bagianbagian tumbuhan karet meliputi akar, batang, daun, getah, biji Menyebutkan bagianbagian hewan yang menjadi hama karet Menjelaskan proses budidaya tanaman karet dari biji sampai tumbuh dan dapat dipanen Menyebutkan fase perkembangan ulat menjadikupu-kupu
47
KEWARGANEGARAAN 2.1Menjelaskan pentingnya tata tertib di lingkungannya sekitarnya
Menyebutkan kehidupan bermasyarakat yang hidup bebas
2.2 Melaksanakan tata tertib di lingkungan Sekitarnya ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 2.3 Menjelaskan lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah
48
BAB III MODEL BAHAN AJAR (Tema kegaiatan Masyarakat Talang Mamak) Kabupaten Indragiri Hulu terdiri beberapa kecamatan. Kecamatan Batang Gansal, Batang Cenaku, Kelayang, Rengat Barat, dan Rakit Kulim adalah tempat daerah pemukimanan mayarakat Talang Mamak. Sebutan masyarakat Talang Mamak disesuaikan dengan nama lokasi pemukiman yang menjadi tempat tinggal yaitu Talang Sungai Limau, Talang Jerinjing, Talang Kedabu, Talang Sungai Jirak, Talang Perigi, Talang Sungai Elok, dan Talang Parit. Dapatkah kamu menyebutkan dimana kamu tinggal? Saya tinggal di.......................... Dapatkah kamu menyebutkan kecamatan tempat tinggalmu? Saya tinggal di Kecamatan.................. Tunjukan peta kecamatan tempat kamu tinggal!
(Peta Kabupaten Indragiri Hulu)
49
Hutan sumber hidup masyarakat. Patih Laman orang terkenal. Ia menyanyangi hutan dan lingkungan hidup. Penduduk hidup dari hasil hutan dan pertanian. Tahukah kamu produk yang dapat dijual dari hasil hutan? Dapatkah kamu menuliskan manfatnya? Tuliskan dalam tabel berikut dengan bantuan gurumu! Nama
1
Nama hasil Hutan
Jelutung
Manfaatnya
Bahan pembuat permen kosmetik
2
Karet
..................................................
3
Pinang
.................................................
4
Sawit
.................................................
5
Kelapa
....................................................
Banyak obat diambil dari tanaman. Ada 110 jenis tanaman sebagai obat. Ada 22 jenis cendawan juga jadi obat. (sumber ekspedisi Biota Medika 1998) Apakah kamu pernah menggunakan tanaman sebagai obat? Sebutkan nama jenis penyakit dan tanaman yang dijadikan obat! No
Jenis Penyakit
Obat Penyembuh
1 2 3 4 5
50
6 7 8 9 10
(Tabel nama penyakit dan obat penyembuhnya) Tahukah kamu apa yang menjadikan kita terjangkit penyakit? Penyakit muncul karena lingkungan tidak sehat. Penyakit muncul karena makanan tidak sehat. Apakah kamu sering membersihkan rumah dari sampah? Rumah bersih hidup sehat. Sekolah bersih hidup sehat Foto di rumah Bapak Jentul, kepala desa Talang Kedabu
Foto di SD Mandiri Talang Jerinjing
Rumah dan sekolah harus bersih dan sehat, kebun dan hutanpun perlu dibersihakan .
51
Hutan terjaga tanaman tumbuh subur. Pohon karet juga tumbuh subur, kita menakik karet hasilnya baik. Karet termasuk tanaman berkeping dua Tanaman karet memiliki akat tunggang. Pohonya memiliki dahan. Dapatkah kamu menjelaskan cara menanam karet? Jelaskan cara menamam karet yang baik! Umur berapa tahun pohon karet dapat ditakik? Karet dapat ditakik pada umur....... tahun Dapatkah kamu menyebutkan alat-alat yang digunakan dalam menakik karet! Alat yang digunakan adalah 1. ........................ 2. ......................... 3............................ 4............................. 5............................. 6. ........................... Menakik karet
Bagaimana cara mengumpulkan karet agar tetap karet tidak rusak? Dapatkah kamu menjelaskan bagaimana cara mengolah karet?
52
"Begawai” Masyarakat pedalaman Talang Mamak setiap momen kehidupan memiliki arti penting. Hampir semuanya dalam sebuah upacara ritual. Adat istiadat turun temurun yang disebut Langkah Lama. Masyarakat Talang Mamak memiliki pepatah "biar mati anak, asal jangan mati adat". Sumber daya alam harus dikelola secara adat. Hutan tempat bersemayamnya nenek moyang dan dewa-dewa mengatur kehidupan, Sejak nenek moyang masyarakat Talak Mamak mempunyai pepatah "langit diaku bapak, bumi diaku ibu", Arti pepatah itu menjual tanah adat adalah durhaka. Hutan dijaga dan dilestarikan secara bergotong royong. Semua berkewajiban menjaga dengan baik Berat sama dipikul Ringan sama dijinjing Hati gajah sama dilapah Hati kuman sama dicecah Sakit sama mengerang Senang sama melenggang Ke laut sama basah Ke darat sama berkering Seperiuk sama menyendok Sebelang sama merasa ( H. Tenas Effendi buku saku budaya melayu. 2003)
Masyarakat adat Talang Mamak selalu bergotong royong dalam berbagai kegiatan. Dalam kegiatan Begawai semua ambil bagian. Apa itu begawai bagi masyarakat Talang Mamak? Begawai adalah Kegiatan budaya dengan permainan dan seni tradisi Begawai banyak macamnya mencakup upacara perkawinan, sunatan, mambangun makam, tambak kubur, dan upacara adat lainnya.
53
(Kegiatan Begawai upacara perkawinan)
Ketika membangun makam, bakal digelar upacara pemakaman yang disebut Naik Tambak Tiang Pusing. Upacara tersebut setelah 40 hari jenazah dimakamkan. Begawai juga digelar pada Bulean (acara tolak bala) Masyarakat Talang Mamak yang hidup penuh kesederhanaan dan kesahajaan. Talang Mamak adalah salah satu suku yang tinggal di pedalaman Kecamatan Seberida dan Pasir Penyu
Fota acara persiapan naik tambak masyarakat Talang Jerinjing dipimpin oleh Batin
54
Tugas 1. Ceritakan upacara lain dalam budaya masyarakat Talang Mamak! 2. Jelaskan istilah-istilah dalam acara begawai, Tambak Kubur, Meratus, sorong sirih dan lain-lain
55