1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat maupun swasta yang berfungsi untuk pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks (Depkes RI, 2005). Rumah sakit di Indonesia dewasa ini merupakan Institusi pelayanan kesehatan yang
padat
modal,
padat
SDM,
padat
ilmu,
dan
padat
teknologi.
Mengelola sebuah rumah sakit tidaklah mudah, karena masih ada satu lagi yaitu rumah sakit di Indonesia padat masalah. Masalah ini berhubungan dengan mempertahankan kelangsungan hidup di era persaingan dunia usaha produksi dan jasa yang makin bebas. Perkembangan dan penambahan rumah sakit di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, baik itu rumah sakit umum ataupun rumah sakit khusus. Rumah sakit khusus banyak macamnya, antara lain rumah sakit khusus bedah, mata, jantung, jiwa, kanker, kulit, infeksi, ketergantungan obat, dan rumah sakit khusus ibu dan anak. Meskipun penambahan rumah sakit meningkat dari tahun ke tahun, akan tetapi penambahan rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit anak dan bunda di Indonesia dan di Jakarta tidak terlalu signifikan, kita dapat lihat pada tabel 1, hanya 8 penambahan rumah sakit ibu dan anak/rumah sakit anak dan bunda di Jakarta dalam kurun waktu enam tahun (2007-2012). Jumlah rumah sakit umum di Indonesia dan di Jakarta perwilayah (Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakrta selatan), baik itu rumah sakit umum ataupun rumah sakit khusus dapat kita lihat pada tabel 1.
2
Tabel 1 . Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Jumlah RS Indonesia - Umum - Khusus Jakarta - Umum - Khusus Jakarta Pusat - Umum - Khusus Jakarta Barat - Umum - Khusus Jakarta Timur - Umum - Khusus Jakarta utara - Umum - Khusus Jakarta Selatan - Umum - Khusus
Tahun 2007
2012
1033 286
1608 475
77 53 (RSAB/RSIA : 16)
84 59 (RSAB/RSIA : 24)
18 11 (RSAB/RSIA : 5)
18 11 (RSAB/RSIA : 7)
8 8 (RSAB/RSIA : 2)
13 8 (RSAB/RSIA : 2)
16 8 (RSAB/RSIA : 2)
24 8 (RSAB/RSIA: 4)
12 4 (RSAB/RSIA : 3)
18 4 (RSAB/RSIA: 4)
20 9 (RSAB/RSIA: 4)
31 11 (RSAB/RSIA: 7)
Sumber Data Indikator Kesehatan, Pusat Data Kemenkes 2007 dan 2012 Pada tabel 1 terlihat bahwa penambahan rumah sakit di Indonesia sangat signifikan pada tahun 2007-2012, akan tetapi penambahan rumah sakit ibu dan anak/rumah sakit anak dan bunda di wilayah DKI Jakarta tidak terlalu banyak bahkan di wilayah Jakarta Barat tidak ada penambahan. RSAB/RSIA di wilayah Jakarta Barat hanya 2 yaitu rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina Daan Mogot. Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita berada di tengah kota Jakarta Barat yaitu jalan Let Jen S Parman Kav 87 Jakarta Barat. Jalan ini merupakan jalan utama yang sangat strategis,akan tetapi akses menuju jalan ini sering mengalami kemacetan. Pasien yang datang ke RSAB Harapan Kita terdiri dari berbagai wilayah seperti dari Jakarta, Botabek (Bogor, Tangerang, Bekasi), Jawa, dan luar Jawa.
3
Kunjungan pasien terbanyak berasal dari Jakarta Barat. Hal ini dikarenakan rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita berada di wilayah Jakarta Barat. Unit Gawat Darurat merupakan salah satu bagian dari rumah sakit yang memegang peranan cukup penting dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang datang ke rumah sakit. Unit Gawat Darurat sebagai unit pelayanan terdepan sebuah rumah sakit, memberikan pelayanan setiap hari selama 24 jam kepada pengguna pelayanan terutama pasien yang mengalami kegawat daruratan (Setyowatiningsih, 2009). Wajah sebuah rumah sakit sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan di Unit Gawat Darurat, oleh karena tempat tersebut merupakan pelayanan tahap awal kepada calon konsumen atau pasien yang akan berobat,maka rumah sakit harus mempunyai Standart Pelayanan Minimal. (Depkes RI, 2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 65 tahun 2005 Tentang Pedoman Peyusunan dan Penerapan Standart Minimal dalam BAB 1 Ayat 6 menyatakan : Standart Pelayanan Minimal yang di singkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Standart Pelayanan Minimal Unit Gawat Darurat menurut Keputusan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/ll/2008 adalah : 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa 100%. 2. Pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat yang masih berlaku BLS/PPGD/GELS/ALS 100% . 3. Ketersediaan tim penangulanggan bencana, satu tim. 4. Jam buka pelayanan gawat darurat 24 jam. 5. Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat ≤ lima menit terlayani setelah pasien terlayani. 6. Tidak ada keharusan membayar uang muka.100%. 7. Kematian Pasien <8 Jam ≤ Dua per seribu 8. Kepuasan pelanggan ≥70%
4
Pelayanan di Unit Gawat Darurat terkait dengan unit lainnya (matrix terkait) diantaranya dengan pelayanan informasi rawat inap, pelayanan farmasi, pelayanan administrasi keuangan, pelayanan laboratorium, pelayanan radiologi, pelayanan kamar operasi, pelayanan kamar bersalin, pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan, pelayanan keamanan (security) dan pelayanan sarana parkir. Gambaran Umum Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Rumah Sakit Anak dan Bunda "Harapan Kita" pada awal berdirinya memiliki nama Rumah Sakit Anak dan Bersalin "Harapan Kita" yang keberadaannya merupakan gagasan almarhumah Ibu Tien Soeharto selaku Ibu Negara Republik Indonesia pada saat itu sekaligus Ketua Yayasan Harapan Kita. Gagasan tersebut tercetus berdasarkan pemikiran bahwa ibu yang sehat akan melahirkan anak yang sehat, cerdas dan luhur budi pekertinya, serta akan menjadi generasi penerus yang dapat mengangkat derajat Bangsa Indonesia di masa yang akan datang ketingkat yang lebih baik. RSAB "Harapan Kita" diresmikan oleh Bapak Soeharto selaku Presiden Republik Indonesia pada tanggal 22 Desember 1979, bertepatan dengan Hari Ibu Nasional. Pada saat itu juga dilakukan penyerahan kepemilikan RSAB "Harapan Kita" dari Ketua Yayasan Harapan Kita kepada pemerintah Republik Indonesia melalui Presiden Republik Indonesia, dengan tujuan agar seluruh aset RSAB "Harapan Kita", baik tanah maupun bangunannya untuk seterusnya akan dimiliki bangsa dan negara Indonesia. Selanjutnya, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan serta tuntutan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas maka Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mendorong kemandirian di dalam pengelolaan rumah sakit, berupa terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan, yang memungkinkan perubahan status RSAB "Harapan Kita" dari instansi pengguna PNBP menjadi Perusahaan Jawatan. Pada tanggal 12 Desember 2000 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 127 tahun 2000, status RSAB "Harapan Kita" berubah dari satuan kerja instansi pemerintah menjadi badan usaha pelayanan yang secara otonom mengelola instansinya dengan nama Perusahaan jawatan Rumah sakit Anak dan Bersalin
5
"Harapan
Kita"
atau
disingkat
Perjan
RSAB
"Harapan
Kita".
Untuk mengembangkan pelayanan rumah sakit dimasa yang akan datang diperlukan perluasan cakupan pelayanan, khususnya dalam pengembangan pelayanan sekunder dan tersier kesehatan ibu, maka berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 271/Menkes/SK/ll/2005 tertanggal 23 Februri 2005 terjadi perubahan nama Rumah Sakit Anak dan Bersalin "Harapan Kita" menjadi Rumah Sakit Anak dan Bunda "Harapan Kita". Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) dan mengacu pada Surat Menteri Kesehatan Nomor 861/Menkes/VI/2005 tertanggal 16 Juni 2005 tentang Perubahan Bentuk Rumah Sakit Perjan, maka Rumah Sakit Anak dan Bunda "Harapan Kita" berubah status lagi menjadi Rumah Sakit Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Departemen Kesehatan yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan - Badan Layanan Umum yang disingkat dengan PPK – BLU. Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita beralamat di Jalan S. Parman Kav 87 Jakarta Barat. Adapun batas-batas rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita adalah sebelah utara dengan Hotel Twin Plaza, sebelah selatan dengan rumah sakit jantung Harapan Kita, sebelah timur dengan perumahan penduduk Kota bambu, sedangkan sebelah barat dengan kompeks perumahan Golkar. Akses menuju rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita dapat melalui Petamburan, Slipi-Tomang, keluar tol Kebon Jeruk-Tomang, Grogol-Tomang, dan dari kota menuju Tomang. Akses tsb sering mengalami kemacetan.
Gambaran Umum UGD rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita Unit Gawat Darurat RSAB Harapan Kita melayani semua kasus kegawatdaruratan, baik pada bayi, anak dan orang dewasa, wanita maupun pria selama 24 jam, dan dilayani oleh tenaga-tenaga medis dan para medis yang memiliki kompetensi kegawat-daruratan dalam memberikan pelayanan. Fokus pelayanan adalah pada anak, obgyn dan bunda level 1.
6
Secara struktur organisasi Unit Gawat Darurat tidak berdiri sendiri akan tetapi bergabung dengan Instalasi ICU yang dipimpin oleh kepala instalasi Gadar dan ICU. Instalasi ini mempunyai 2 penanngung jawab yaitu penanggung jawab pelayanan dan penanngung jawab fasilitas, SDM, Oleh karena UGD bergabung dengan ICU, maka penanggung jawab pelayanan, dan penanggung jawab fasilitas dan SDM menjadi satu pula. Standart akreditasi Depkes RI tahun 2002, pada 16 pelayanan, dimana salah satu pelayanan adalah tentang Unit Gawat Darurat. Pada pelayanan UGD tsb terdapat 7 standarat dan pada Standart S1 dan parameter 2 (S1P2) dijelaskan bahwa instanlasi UGD harus terpisah secara fungsional dari unit lainnya. Standart S3 parameter 1 (S3P1) ditetapkan bahwa ada dokter sebagai kepala UGD yang bertanggung jawab atas pelayanan UGD dan tidak mempunyai tugas pokok di tempat lain. Pada standart akreditasi RS yang baru yang mengacu pada Joint Commission Internasional Accreditation Standarts for Hospital yaitu kelompok standart pelayanan berfokus pada pasien, pada BAB 1, akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan (APK) menyatakan sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional di bidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan (Kemenkes, 2011). Pada BAB I tsb, menjelaskan tentang standar pelayanan berfokus pada pasien ,mulai admisi ke rumah sakit (APK 1), kontinuitas pelayanan (APK 2), pemulangan pasien, rujukan dan tindak lanjut (APK 3), perpindahan/rujukan pasien (APK 4), transportasi (APK 5), elemen penilaian pada bab ini lebih mengarah kepada manajemen UGD. Unit Gawat Darurat
adalah satu unit yang kompleks yang berhubungan
dengan para matriks terkait yaitu mulai dari, pelayanan pendaftaran UGD pasien datang, pelayanan
dokter dan perawat, pelayanan laboratorium, pelayanan
radiologi, pelayanan farmasi, pelayanan informasi rawat inap, pelayanan kamar
7
operasi, pelayanan rawat inap, pelayanan ICU/NICU, pelayanan kamar bersalin, pelayanan rawat jalan, pelayanan kasir dan administrasi serta pelayanan security. Sistem laporan tahunan dan sistem laporan akuntabilitas RS pemerintah menyatakan bahwa laporan UGD berdiri sendiri, terpisah dari bagian lainnya. Unit Gawat Darurat merupakan Rawat Jalan, sedangkan ICU adalah rawat inap. Sertifikasi tenaga yang bekerja di UGD dan ICU berbeda, di UGD tenaga yang bekerja harus memiliki sertifikasi ACLS/ATLS/BLS/GELS sedangkan tenaga yang bekerja di ICU tidak harus memiliki sertifikasi tsb. Pelayanan pasien
di UGD dalam keadaan komplek dan gawat darurat
sehingga pelayanan harus cepat, cermat, dan tepat, sehingga manajemen UGD sebaiknya dibawah satu instalasi dan terpisah dengan ICU, dan dikepalai oleh satu dokter penanggung jawab UGD yang kompeten dan tersertifikasi dan tidak mempunyai tugas pokok di tempat lain. Volume kujungan dan pendapatan UGD rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita cendrung mengalami kenaikan dari tahun 2002-2005, akan tetapi cendrung
mengalami penurunan mulai tahun 2007-2011. Pencapaian volume kunjungan UGD RSAB Harapan Kita tidak pernah mencapai target sesuai dengan RBA 2007-2011. Adapun data volume kunjungan sebagai berikut : Tabel 2.Volume kunjungan pasien dan BOR RSAB Harapan Kita 2007-2011 Kasus 2007 18.112
2008 16.515
Tahun 2009 17.239
4894
4224
5123
4066
4331
2010 16.458
2011 13.691
Volume Kunjungan UGD Volume Kunjungan Rawat Obgyn Volume Kunjungan Rawat Pediatrik BOR
7032
6437
6691
6822
5147
54,96%
47,12%
49,12%
48,66%
44,63%
Bayi rujukan
609
601
531
435
523
Sumber Data Laporan Akuntabilitas Kinerja RSAB Harapan Kita 2007-2011
8
Dari tabel 2 dapat dilihat terjadi penurunan jumlah kunjungan yang cukup signifikan, 4.480 pasien hilang dalam waktu kurun 5 tahun. Kunjungan UGD terkait dengan BOR, apabila volume kunjungan UGD menurun secara signifikan maka BOR rumah sakit pun juga menurun, karena sebagian besar pasien rawat inap berasal dari UGD. Bed Occupation Rate RS akan berdampak kepada pendapatan RS, hal ini terjadi, apabila BOR pasien rawat inap menurun, maka pendapatan unit/instalasi farmasi, laboratorium, radiologi, rehab medik, akomodasi sewa kamar perawatan, akomodasi sewa kamar operasi, sewa alat rumah sakit, dll akan menurun. Sebaliknya jika BOR meningkat maka pendapatan RS akan meningkat. Volume kunjungan rawat obgyn tejadi fluktuatif, dimana kunjungan tertinggi terjadi pada tahun 2009, setelah itu terus mengalami penurunan. Hal ini pun akan berdampak pada penurunan pendapatan RS, oleh karena jika kasus rawat inap obgyn mengalami penurunan maka, pendapatan kamar operasi dan pendapatan tindakan kamar bersalin akan menurun,d isamping itu terjadi pula penurunan pendapatan penunjang lainnya. Volume kunjungan rawat inap pediatrik juga mengalami fluktuatif, kunjungan tertinggi terjadi pada tahun 2007 dan terendah pada tahun 2011. Rujukan pasien anak dan bunda ke rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita belum tercatat dengan baik, yang tercatat adalah rujukan bayi perina. Perina merupakan program unggulan rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita banyak bayi yang dirawat berasal dari rujukan sarana pelayanan luar RSAB. Program unggulan ini terjadi penurunan dari tahun 2007-2010, dan mulai meningkat lagi di tahun 2011. Kunjungan pasien ke UGD rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita pada kelompok kasus terbanyak terdiri dari pasien anak, obgyn, bunda, bedah anak dan perina (bayi dengan umur dibawah 28 hari,atau bayi dengan berat badan kurang 3000 gram).
9
Tabel 3. Kunjungan Pasien UGD Berdasarkan Kelompok Kasus Tahun 2007-2011 Kasus Pediatrik Obgyn Bedah anak Neonatal Bunda non obgyn
2007 14338 772 592 300 1411
2008 12152 684 578 132 2898
Tahun 2009 12564 730 629 137 3078
2010 11608 674 253 305 2865
2011 8045 589 150 345 1810
Sumber Data Laporan Tahunan UGD RSAB Harpan Kita 2007-2011 Rumah sakit anak dan bunda adalah rumah sakit khusus untuk pelayanan anak dan bunda, dimana untuk bundanya lebih spesifik pada kasus obgyn. Pelayanan bunda non obgyn lebih mengutamakan pelayanan level 1, hal ini terkait dengan SDM profersional penyakit dalam (spesilisasi internis) hanya ada 1 orang saja dan belum memiliki keahlian subspesialisai. Kelompok kasus terbanyak adalah pediatrik, dan terlihat jumlah kunjungan yang jauh berbeda antara kasus pediatrik dan kasus obgyn,hal ini terjadi karena pasien obgyn yang ante natal carenya di RSAB Harapan Kita, pelayanan obgyn langsung ke kamar bersalin tidak melalui pelayanan UGD, sehingga kasus pelayanan obgyn di UGD terlihat hanya sedikit. Pada tahun 2009, kasus bunda non obgyn sangat meningkat, hal inii karena pada tahun tsb dibuatkan ruang khusus perawatan bunda yang terpisah dengan ruang perawatan obgyn, akan tetapi kelompok kasus tsb cendrung mengalami penurunan yang cukup signifikan, dimana terjadi penurunan sebanyak 1268 pasien, dalam kurun waktu 5 tahun. Pelayanan kasus bunda saat ini
hanya
dilayani oleh satu orang spesialisas penyakit dalam, dimana sebelum tahun 2007 ada 2 orang sprsialisas penyakit dalam. Perinatal merupakan program unggulan rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita, kasus neonatologi di UGD tidak terlalu banyak, dan terjadi kecendrungan penurunan 2007-2009, akan tetapi mulai terjadi peningkatan dari 2009-2011.
10
Walaupun terjadi peningkatan, hal ini tidak terlalu signifikan bagi rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita. Terjadi kecendrungan penurunan kelompok kasus bedah anak yang datang ke UGD RSAB Harapan Kita. bila dibandingkan dengan jumlah spesialisasi bedah anak di RSAB Harapan Kita yang cukup banyak dan sangat profesional. Sedangkan jumlah spesialis bedah anak di Indonesia sangat jarang, Akan tetapi mengapa di tahun 2011 hanya terdapat 150 pasien dengan kasus bedah anak yang datang ke UGD rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita. Rumah sakit anak dan bunda Harpan Kita adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan pada pasien anak, termasuk perina sebagai program unggulan dan bunda (lebih spesifik pasien obgyn). Berbagai kasus penyakit dilayani oleh rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita, karena rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita merupakan salah satu rumah sakit rujukan dan banyak tenaga spesialisasi, subspesialisasi serta mempunyai alat yang cukup lengkap. Pada tabel 4, 5, dan 6 kita dapat melihat kelompok kunjungan pasien berdasarkan 5 besar kasus penyakit. Tabel 4. Kunjungan pasien pediatrik UGD berdasarkan 5 besar kasus penyakit tahun 2007-2011 Kasus
Tahun 2007
2008
2009
2010
2011
Febris
3.960
3.404
3.370
3.359
2.296
ISPA
3.409
3.283
2.876
2.632
1.825
GE
2.639
1.641
1.929
1.620
1.322
DHF
1.178
415
923
842
331
811
446
616
682
324
Gastritis
Sumber Data Laporan Tahunan UGD RSAB Harapan Kita 2007-2011
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa Kasus pediatrik terbanyak adalah febris. Sebenarnya febris bukan
merupakan
suatu diagnosa, akan tetapi hanya
merupakan suatu gejala. Pada saat pasien masuk di UGD kasus pediatrik belum
11
didapatkan diagnosa pasti, oleh karena gejala jelas, belum ada hasil pemeriksaan darah secara lengkap atau pun penunjang lainnya, akan tetapi setelah pasien masuk rawat inap, diperiksa oleh konsulen dan hasil pemeriksaan penunjang sudah ada, seharusnya diagnosa pasti atau diagnosa keluar pasien sudah jelas. Kasus pediatrik kedua terbanyak adalah infeksi saluran nafas atas (ISPA), dilanjutkan dengan gastroenteritis, kasus dengue hemoragic fever (DHF), dan semua kasus mengalami kecendrungan penurunan dari 2007-2011. Tabel 5 . Kunjungan Rawat Inap Obgyn Berdasarkan Kasus
Kasus Partus SC Partus spontan CPD Lilitan KPD
2007 1992 1233 257 273 215
2008 2094 1021 249 189 204
Tahun 2009 2115 988 252 231 178
2010 2223 794 244 187 162
2011 1714 664 238 178 142
Sumber Data Laporan Seksi Rekam Medik RSAB Harapan Kita 2007-2011 Kunjungan rawat inap kebidanan terbanyak adalah melahirkan dengan secsio caesaria. Kasus melahirkan dengan cara operasi ini ada dasar atau penyebab. Penyebabnya antara lain bekas SC, preeklamsia, eklamsia, gawat janin dll. Terjadi fluktuatif kunjungan rawat inap obgyn, dan kunjungan terendah terjadi pada tahun 2011. Urutan kedua kasus rawat obgyn adalah partus spontan, bila kita lihat tabel di atas terjadi penurunan partus spontan, hal ini akan berdampak pada pendapatan RS oleh karena bayi yang dilahirkan di rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita juga sedikit, sehingga kunjungan pediatrik kedepannya juga menurun dan secara tidak langsung juga akan berpengaruh pada pendapatan rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita. Kasus rawat obgyn Cephalo Pelvic Disproportion (CPD), lilitan tali pusat dan ketuban pecah dini juga terjadi kecendrungan penurunan.
12
Tabel 6 . Kunjungan Rawat Inap Neonatus Berdasarkan Kasus Penyakit Kasus Hiperbiirubin CHD Infeksi neonatal Prematur BBLR
2007 556 269 218 239 83
2008 734 Data ( - ) 217 150 72
Tahun 2009 700 Data ( - ) 310 202 100
2010 851 166 321 199 100
2011 644 359 285 225 73
Sumber Data Laporan Seksi Rekam Medik RSAB Harapan Kita 2007-2011 Perina merupakan program unggulan rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita, pada tabel 6 terlihat terjadi fluktuatif kunjungan rawat inap perina pada semua kelompok kasus. Kasus rawat perina tertinggi adalah hiperbilirubinemia dan kasus rawat terendah adalah BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), CHD (Congenital Heart Disease) menempati urutan kedua terbanyak kasus rawat perina,CHD ini termasuk ASD, PDA, VSD dll. Pada tahun 2008 dan 2009 tidak ada data berapa jumlah pasien bayi dengan kasus CHD, tidak teridentifikasi tidak adanya data tsb. Perawatan pada perina tidak berdasarkan kelas, akan tetapi berdasarkan level penyakitnya. Level 3 (perawatann NICU),selanjutnya level 2, dan level 1 (perawatan biasa). Pasien yang datang berobat ke rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita berasal dari berbagai macam golongan/kelas, mulai golongan menengah keatas sampai dengan menengah ke bawah. Terjadi kecendrungan penurunan BOR dari semua kelas perawatan mulai tahun 2007-2011. Mulai tahun 2007-2011 terlihat BOR tertinggi ada di ruangan VIP B, dilanjutkan dengan perawatan kelas 2, artinya pasien yang banyak dirawat di rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita adalah pasien menengah ke atas, hal ini terlihat urutan kelas perawatan terbanyak adalah VIP B, dilanjutkan dengan kelas 2. Pada tahun 2012 BOR di kelas 1 lebih tinggi dari pada kelas 2 sedangkan kelas 3 agak meningkat, menempati urutan kedua setelah VIP B, hal ini mungkin karena adanya program baru KJS bagi warga DKI Jakarta dimana pengobatan/perawatan gratis di kelas 3.
13
Pasien yang di rawat di RSAB Harapan Kita menggunakan berbagai macam asuransi baik asuransi swasta, askes, jamkesmas, jamkesda, KJS, ataupun pembayaran dengan umum tunai. Pasien yang datang untuk rawat inap di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita menggunakan cara pembayaran yang berbeda-beda, mulai dari umum tunai, menggunakan jaminan/asuransi swasta, Askes, Jamkesmas atau KJS. Khusus program KJS di rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita baru ada di bulan Desember 2012. Terjadi peningkatan pasien dengan menggunakan KJS. Pasien lebih banyak menggunakan pembayaran dengan umum tunai dari pada menggunakan asuransi Tidak seperti di negara maju jaminan kesehatan masyarakat seluruhnya menggunakan asuransi, baik asuransi swasta ataupun pemerintah. Tabel 7. Pendapatan UGD RSAB Harapan Kita 2007-2011 (Rp.000.)
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Pendapatan 2.183.705 1.913.435 2.079.318 1.942.435 1.315.884 Sumber Data Laporan Akuntabilitas Kinerja RSAB Harapan Kita 2007-2011 Pendapatan UGD RSAB Harapan Kita mengalami kecendrungan untuk penurunan mulai dari tahun 2007-2011, walaupun di 2009 mengalami peningkatan akan tetapi bila di bandingkan pendapatan 2007 tetap mengalami penurunan. Terjadi penurunan pendapatan sebesar Rp. 867.820.500. ( Delapan ratus enam puluh tujuh juta delapan ratus dua puluh ribu lima ratus rupiah), dari tahun 2007-2011.
14
Tabel 8. Pendapatan dan Biaya RSAB Harapan Kita 2007-2011 (Rp. 000.) Tahun
Pendapatan dan biaya
2007
2008
2009
2010
2011
Pendapatan
128.503.798
129.753.976
133.049.040
135.083.981
139.545.120
DIPA
66.764.681
59.737.553
121.540.763
75.022.985
96.273.521
Pendapatan non
3.660.850
5.868155
8.475.352
7.786.537
8.010.012
178.965.913
197.706.798
207.479.809
217.948.948
236.325.101
operasional
operasional Biaya
Sumber Data Laporan Akuntabilitas Kinerja RSAB Harapan Kita 2007-2011
Dari data tabel 8 dapat kita lihat terjadi peningkatan pendapatan 8,6 % akan tetapi terjadi peningkatan biaya operasional sebesar 32,1 %.Untuk kelangsungan pelayanan rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita, maka RS mendapat subsidi dari Kemenkes dan pendapatan non operasional RS, peningkatan pendapatan subsidi dan pendapatan non operasional RS sebesar 48,1 %. Strategi pengendalian dana rumah sakit, dan subsidi keuangan dari luar rumah sakit sangat dibutuhkan. rumah sakit di Indonesia jaminan pelayanan kesehatan tidak seperti di negara maju, dimana biaya anggaran pemerintah dapat melayani seluruh lapisan masyarakat secara gratis, akan tetapi di Indonesia, pemerintah belum dapat memberi jaminan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat. Untuk keberlangsungan pelayanan di rumah sakit maka rumah sakit harus mencari sumber dana dari masyarakat sebagai pasien. Kucuran dana dari pemerintah untuk membiayai
pasien miskin sering
terlambat, sehingga lima rumah sakit di Jawa Timur terancam bangkrut karena menunggak hutang Rp 65,4 miliyar ke sejumlah perusahaan obat (Mawardi, 2007). Rumah Sakit untuk menjalankan pelayanan kesehatan diberi tanggung jawab pelayanan medis terstandar, akan tetapi pelayanan terstandar tidak di beri
15
anggaran yang cukup untuk menjalankan tangung jawabnya. Akibatnya, rumah sakit pemerintah harus sibuk mencari tambahan pendapatannya tersendiri, meminta urunan pasien yang ingin berobat sesuai kemampuanya. Bentuk RS BLU/BLUD bukan mencari untung, tetapi bagaimana rumah sakit bisa lebih fleksibel dalam administrasi keuangannya agar bisa melayani pasien secara lebih baik ( Junadi, P, 2010 ). Untuk
membuat Strategis pengendalian dana dan pelayanan medis
terstandar,maka harus ada analisis lingkungan eksternal dan internal untuk penyusunan rencana strategik bisnis.Pelayanan pada unit gawat darurat dipengaruhi oleh faktor lingkungan external dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah: adanya regulasi pemerintah pusat dan daerah, makin banyaknya pesaing rumah sakit anak dan bunda, paradikma pasien yang semakin kritis, sedangkan faktor internal yang mempengaruhi adalah: pelayanan dokter, paramedik, unit penunjang dan administrasi dimana para profesional tersebut harus ada continuing profesional development, Training, Kursus-kursus, tingkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja. Sumber Daya Manusia Unit Gawat Darurat mempengaruhi pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Tata ruang, bentuk, layout, fisik bangunan, peralatan medik dan nonmedik, diperlukan maintenance secara rutin agar menunjang rumah sakit yang aman, nyaman yang berorientasi pada patient safety. Menurut laporan akuntabilitas kinerja tahun 2007-2011, Unit Gawat Darurat sedang mengalami penurunan kinerja dengan ditandai penurunan jumlah kunjungan dan pendapatan UGD Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita. Menurut laporan akuntabilitas kinerja tahun 2007-2011 juga terjadi penurunan BOR sebesar 10,33%, peningkatan biaya operasinal RS
32,1 %, yang tidak
seimbang dengan peningkatan pendapatan sebesar 8,6 %. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan faktor kajian kekuatan,kelemahan serta peluang dan ancaman yang menjadi dasar penyusunan rencana strategi bisnis sebagai bahan acuan untuk UGD rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita dalam peningkatan kinerja dan mutu sebagai pusat rujukan anak dan bunda ditingkat Nasional.
16
Komitmen bersama untuk mencapai visi, misi, goal rumah sakit khususnya UGD dimulai dari jajaran top management. Untuk penyusunan visi, misi, tujuan, dan rencana strategik bisnis UGD perlu diketahui bagaimana analisa faktor eksternal dan internal Unit Gawat Darurat rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita,dalam rangka pengembangan sebagai pusat rujukan anak dan bunda ditingkat Nasional. B. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dari latar belakang, maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah isu-isu strategik yang dihadapi UGD RSAB Harapan Kita dalam rangka peningkatan kinerja menjadi pusat rujukan anak dan bunda di tingkat Nasional ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum Melakukan analisis internal dan eksternal untuk menyusun rencana strategi bisnis UGD rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita sebagai langkah pengembangan menjadi pusat rujukan anak dan bunda di tingkat nasional. Tujuan khusus 1. Melakukan analisis faktor internal yaitu kekuatan, kelemahan, dan faktor eksternal yaitu peluang, dan ancaman Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita. 2. Mengidentifikasi
isu-isu utama sehingga mendapat
penyusunan rencana
gambaran untuk
strategik bisnis Unit Gawat RSAB Harapan Kita,
sebagai pusat rujukan anak dan bunda di tingkat nasional.
17
D. Manfaat penelitian Hasil akhir yang diperoleh dari penelitian ini bermanfaat untuk: 1. Untuk menejemen Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah masukan dalam menyusun rencana strategik bisnis UGD rumah sakit anak dan bunda Harapan Kita 2. Sebagai bahan masukan bagi pihak management RSAB Harapan Kita untuk peningkatan kunjungan pasien, pendapatan UGD serta peningkatan BOR Rumah Sakit. 3. Bagi peneliti lain,hasil penelitian ini di harapkan menambah wawasan dan masukan dalam mengembangkan ilmu menejemen terutama penyusunan rencana strategik bisnis 4. Bagi penulis penelitian ini sangat bermanfaat karena merupakan pengalaman yang berguna untuk menerapkan ilmu yang di peroleh selama mengikuti pendidikan di MMR UGM
E. Keaslian penelitian Penelitian analisis lingkungan eksternal dan internal untuk penyusunan rencana strategik bisnis Unit Gawat Darurat Harapan Kita belum pernah dilakukan.Penilitian serupa yang pernah dilakukan adalah : 1. Isu-isu pengembangan RSU PKU Muhammadiyah Bantul Sebagai Dasar Penyusunan Renstra ( Salimah, 2012). Tujuan penelitian : Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang dan menentukan isu-isu pengembangan RSU PKU Muhammadyah Bantul yang strategik. Hasil
penelitian
:
Pengembangan
produk
unggulan
bedah
dengan
menggunakan teknologi minimal infasif dan meningkatkan peran satelit-satelit klinik yang berada dibawah Muhammadyah sebagai bagian dari network PKU Bantul.
18
2. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal untuk Penyusunan Rencana Strategic Unit Gawat Darurat RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda (Syrafuddin, 2001). Tujuan penelitian: melakukan analisis kekuatan ,kelemahan,peluang dan ancaman untuk menyusun strategi UGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samiranda Hasil penelitian kajian faktor external dan internal ,bahwa UGD RSUD Abdul Wahab syahrinie Samarinda berada pada kwadran 1(satu) pertumbuhan dan isu-isu yang perlu mendapat perhatian khusus yang dapat di gunakan sebagai strategi pemgembangan sesuai prioritas. . 3. Analisis lingkungan eksternal dan internal untuk penyusunan rencana strategic Unit Gawat Darurat RSU Wonogiri (Amirsyah,1996) Tujuan penelitian : penyusunan rencanaan strategik untuk pengembangan UGD RSU Wonmogiri sebagai bahan untuk pengembangan selanjutnya. Hasil penelitian : peningkatan manajemen umum, ketenagaan, peralatan,fisik gedung,dan kecepatan pelayanan serta peningkatan kerja sama dengan pelayanan kesehatan dasar melalui sistim rujukan. Bedanya penelitian ini adalah : 1. Melakukan analisis faktor internal yaitu kekuatan, kelemahan, dan faktor eksternal yaitu peluang, dan ancaman Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita. 2. Mengidentifikasi
isu-isu utama sehingga mendapat
gambaran untuk
penyusunan rencana strategik bisnis Unit Gawat Darurat RSAB Harapan Kita, sebagai pusat rujukan anak dan bunda di tingkat nasional.
19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka
1. Unit Gawat Darurat Pemerintah dan segenap masyarakat bertanggung jawab dalam meningkatkan kwalitas pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan adalah pelayanan rumah sakit. Rumah sakit khususnya di Unit Gawat Darurat memiliki peran sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat,dimana kemampuan
suatu rumah sakit dalam kwalitas dan kesiapan
sebagai pusat
rujukan penderita tercermin dari kemampuan Unit Gawat Darurat. Semua orang yang bekerja di UGD membutuhkan kecekatan, keterampilan, dan kesiagaan setiap saat (Depkes RI, 2005). Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam keadaan emergency) sehari hari adalah hak asasi manusia/hak setiap orang (Depkes RI, 2005). Tujuan Unit Gawat Darurat menurut Kementrian Kesehatan RI, tahun 2012 1. Mencegah kematian dan kecacatan. 2. Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien/melakukan rujukan baik secara horizontal (setingkat) maupun vertikan (ketingkat yang lebih tinggi) 3. Melakukan penangulangan korban musibah massal dan bencana yang terjadi didalam maupun di luar rumah sakit 4. Melakukan
penanganan
kasus
“true
emergency”
maupun
“false
emergency” 5. Mengembangkan dan menyebar luaskan pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat melalui pendidikan dan menyelengarakan berbagai kasus yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan bantuan hidup dasar (Basic Life Support) maupun bantuan hidup lanjut (Advanced Life Support)